*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini
Apakah ada sejarah sepak bola di Lombok? Tentu saja ada, tetapi mungkin sulit dicari. Sepak bola adalah olah raga yang populer untuk semua lapisan masyarakat dimanapun berada, baik di kota-kota maupun di wilayah pedesaan. Di Lombok, permainan sepak bola juga populer. Oleh karena itu sejarah sepak bola di Lombok haruslah tetap dicari. Sejarah sepak bola jangan sampai hilang selamanya. Selagi kita ingin terus mencarinya, sejarah sepak bola tidak akan hilang.
Apakah ada sejarah sepak bola di Lombok? Tentu saja ada, tetapi mungkin sulit dicari. Sepak bola adalah olah raga yang populer untuk semua lapisan masyarakat dimanapun berada, baik di kota-kota maupun di wilayah pedesaan. Di Lombok, permainan sepak bola juga populer. Oleh karena itu sejarah sepak bola di Lombok haruslah tetap dicari. Sejarah sepak bola jangan sampai hilang selamanya. Selagi kita ingin terus mencarinya, sejarah sepak bola tidak akan hilang.
Sejarah sepak bola di
Lombok tidak hanya merujuk pada Perslobar Lombok Barat, Perslotim Lombok Timur,
PS Mataram, PSLT atau Loteng Raya FC dan lainnya. Sejarah sepak bola tentu saja
tidak hanya soal klub, tetapi juga setiap pertandingan sepak bola yang pernah
dimaainkan oleh penduduk. Sejarah sepak bola di Indonesia secara khusus
diperkenalkan oleh orang-orang Belanda. Mereka juga yang menginisiasi
terbentuknya klub, perserikatan (bond) dan penyelenggaraan kompetisi
(turnamen), Tentu saja sepak bola di Lombok awalnya diperkenalkan oleh
orang-orang Belanda. Lalu pertanyaannya dimana kali pertama diadakan dan tahun
berapa dimulai? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi penting, karena itulah awal
sejarah sepak bola di Lombok hingga kini kita kenal Persilotim, Perselobar dan
klub-klub lainnya.
Lantas bagaimana kita memulainya dan dimulai darimana? Yang jelas jangan tanya PSSI. Sebab sejarah PSSI lahir dari sejarah
sepak bola rakyat, sejarah klub dan sejarah orang-orang yang bergiat
mempopulerkan sepak bola. Kalau begitu, kita harus susun sendiri. Sebab sejarah
sepak bola Lombok akan mendampingi klub-klub dari Lombok ke tangga prestasi
regional dan nasional. Syukur-syukur PSSI mau membantu Lombok untuk membangun
stadion bertaraf internasional. Tidak hanya sirkuat MotoGP, toh. Okelah. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Lapangan sepak bola, stadion Malomba (Now) |
Awal Sepak Bola di Lombok
Usia sepak bola di pulau Lombok sudah tua. Itu
bermula ketika terjadi Perang Lombok (antara Pemerintah Hindia Belanda dan
penduduk Sasak di satu pihak dan kerajaan Bali Selaparang di pihak lain). Perang
Lombok sendiri dimulai tahun 1894. Pelabuhan Ampenan dijadikan sebagai tempat
kapal berlabuh yang membawa pasukan untuk mendarat lalu memasuki pedalaman. Kota
Ampenan menjadi tempat garnisun militer dan juga tempat dimana pemerintahan
sipil (Controleur) berkedudukan. Sementara itu, pasukan juga memasuki pedalaman
Lombok dari timur pulau di Labohan Hadji.
Pasca perang,
Pemerintah Hindia Belanda menata kembali cabang pemerintahan di Afdeeeling (pulau)
Lombok. Awalnya terdiri dari dua onderafdeeling kemudian menjadi tiga
onderafdeeeling: Onderafdeeling West Lombok ibu kota di Mataram; Onderafdeeling
Oost Lombok ibu kota di Sisik; dan Onderafdeeling Midden Lombok dengan ibu kota
di Praja. Pada tahun 1897 ibu kota Oost Lombok dipindahkan dari Sisik ke
Selong. Kota Ampenan sendiri kembali menjadi ke kondisi semula sebagai
pelabuhan laut.
Pasca perang Lombok, jumlah pasukan di Lombok
secara bertahap dikurangi sehubungan dengan situasi dan kondusi yang makin
kondusif. Di kota Ampenan, meski wilayah selatan sungai Djangkok tetap menjadi area
orang Eropa-Belanda. keberadaan garnisun militer tetap dipertahankan. Garnisun
ini dipimpin oleh seorang perwira militer dan pasukan terdiri dari gabungan
tentara Belanda dan pribumi (yang berasal dari luar Jawa).
Wilayah
selatan sungai Djangkok adalah area orang Eropa-Belanda. Sementara utara sungai
Djangkok adalah area perkampongan pribumi. Kota Ampenan sudah sejak lama
(bahkan sejak era VOC) terdiri dari empat perkampongan yang namanya sesuai
dengan asal-usul penghuninya: Melajoe, Boegis, Sasak dan Bali. Pelabuhan berada
di wilayah perkampongan Melajoe. Dalam perkembangannya, barak militer eks
Perang Lombok di kota Apenan dirobohkan dan dijadikan sebagai lapangan rumput.
Sedangkan rumah perwira militer juga dirobohkan karena akan dibangun sekolah.
Lapangan rumput inilah yang diduga kuat yang kini menjadi stadion sepak bola
Malomba. Sekolah yang dibangun tersebut diduga kuat kini dikenal sebagai sekolah
dasar (SD) negeri 1 Ampenan.
Dalam perkembangannya, barak militer eks Perang
Lombok di kota Ampenan dirobohkan dan dijadikan
sebagai lapangan rumput. Sedangkan rumah bangunan kayu perwira
militer juga dirobohkan karena akan dibangun sekolah. Lapangan rumput inilah
yang diduga kuat yang kini menjadi stadion sepak bola Malomba. Sekolah yang
dibangun tersebut diduga kuat kini dikenal sebagai sekolah dasar (SD) negeri 1
Ampenan. Garnisun dan barak yang dipertahankan hanya yang berada di Mataram
(angakatan darat). Pelabuhan Ampenan setiap tahun dijadikan angkatan laut
sebagai area latihan perang (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 04-10-1910). Para
militer angkatan laut inilah yang kerap bermain sepak bola di lapangan Ampenan
tersebut.
Bataviaasch
nieuwsblad, 04-10-1910: ‘Setiap tahun dari awal Mei hingga akhir Juli,
kapal-kapal skuadron Belanda untuk Ampenan di Lombok berkumpul untuk mengadakan
latihan bersama. Situs ini sangat cocok untuk kegiatan seperti itu. Selat
Lombok, yang memisahkan Bali dan Lombok sangat dalam dan bersih yaitu tidak ada
terumbu di dalamnya. Bagian jalan tersempit masih ada 8 mil laut lebarnya, sementara
Ampenan berada di teluk sehingga medannya jauh lebih luas disana. Pada musim
timur, angin sepoi-sepoi sampai siang atau ada angin sepoi-sepoi dari selatan
yang agal lebih keras di malam hari, tetapi dimana seseorang benar-benar
terlindung di pelabuhan....Orang-orang asing Lombok sedikit menarik celana mereka
dan berpikir bahwa kaki mereka basah dianggap segar, yang mana mereka berjalan
lebih jauh dengan sepatu basah, stocking, celana panjang dan pelindung kaki menjadi
kenikmatan imajiner. Sementara penduduk pribumi begitu terbiasa dengan latihan perang
utama itu, bahkan ketika baku tembak disimulasikan dengan menembak dengan
kartrid longgar, mereka tidak akan kehilangan satu inci pun pandangan mata.
Kemudian sekali lagi orang melihat di kejauhan dari pelabuhan mengepul salah
satu kapal dengan bendera merah ditanda atas yang ditembak dengan meriam...Ini
adalah kegiatan yang menyenangkan yang sangat bermanfaat bagi keterampilan staf
angkatan laut. Mereka itu sibuk sepanjang hari dan siapa pun yang berpikir
bahwa seluruh kru selalu dapat beristirahat selama waktu luang yakni dengan sepak
bola dimainkan, bermain tenis, sepatu roda, jogging, berlayar, dll. Dan pada
pukul delapan malam semua kru kembali ke kapal untuk mengumpulkan pasukan untuk
hari berikutnya. Hanya hari Minggu yang dihabiskan untuk kesenangan masing-masing,
ada yang melakukan perjalanan indah di pedalaman dan juga adakalanya pesta
piknik atau berburu dirancang tidak jauh dari teluk. Ada rusa, babi hutan dan
merpati sehingga para pemburu dapat melakukan pekerjaan mereka baik pada
permainan kasar maupun kecil.Kompetisi diselenggarakan pada akhir musim.
Menembak dengan pistol, berlayar, mendayung adalah urutan hari itu...Selama
lima belas tahun hingga sekarang, angkatan laut secara teratur datang ke
Ampenan, dan tidak ada yang dilakukan untuk membuatnya sedikit lebih
menyenangkan bagi orang-orang di Ampenan’.
Para kru angkatan laut diduga adalah orang-orang
yang pertama memperkenalkan sepak bola di pulau Lombok. Itu dimulai di lapangan
kota Ampenan. Di Kota Mataram, tidak terdeteksi adanya kegiatan olah raga. Yang
ada adalah monumen Perang Lombok tidak jauh dari kantor Asisten Residen dan
garnisun militer. Lapangan Mataram hanya digunakan untuk parade. Bagi orang
Belanda suasana di kota Mataram masih diliputi rasa trauma perang (Perang
Lombok 1894-1895). Kota Mataram tidak seaman di Ampenan dan di Selong. Di dua
kota inilah orang-orang Eropa terutama militer terlibat dalam kegiatan
olahraga, di Ampenan kegiatan sepak bola dan tennis, di Selong kegiatan tennis
dan pacuan kuda. Sementara itu diantara kota Matara dan kota Selong tedapat
suatu pesanggrahan di Narmada (eks puri Radja Bali Selaparang). Kolam renang
yang terdapat di dekat pesanggrahan Narmada ini dijadikan untuk tempat berenang
bahkan untuk pelancong yang belum bisa berenang sama sekali. Hal ini karena
airnya dapat diatur sesuai kedalaman kolam yang dibutuhkan (lihat De Indische
courant, 08-11-1922).
‘Tidak
ada pasanggrahan di Laboean Hadji. Namun, tempat berlindung yang sangat baik
menawari kami pasanggrahan darat 6 Kmdi Selong. Kami juga melihat disini bahwa
pacuan kuda di Lombok adalah olahraga yang populer dan asli. Sampai sekarang pacuan
kuda di Selong telah direlokasi dari jalan raya. Oleh pasukan zeni, arena balap
besar telah dibuat yang dibantu oleh dua ribu orang dalam tiga hari yang akan diresmikan
segera’ (lihat buku eksiklopedia pariwisata berjudul Met de camera door
Nederlandsch-Indie yang diterbitkan tahun 1923).
Kegiatan sepak bola, berburu, pacuan kuda dan
renang menjadi jenis olah raga yang sering muncul bagi orang-orang Eropa-Belanda
baik sebagai pejabat di Lombok maupun kru kapal laut dan para wisatawan. Namun
kegiatan yang kerap dilakukan oleh penduduk pribumi adalah kegiatan sepak bola
dan pacuan kuda.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar