*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Riau di blog ini Klik Disini
Pada era Portugis, nama Riau belum dikenal. Nama-nama yang sudah dikenal adalah Atjeh, Baros, Tiku, Indrapoera, Indragiri dan Aroe di pulau Sumatra dan Malaca di semenanjung Malaya. Sejak kehadiran Portugis di Malaka pada tahun 1511, nama Borneo diperkenalkan oleh orang-orang Portugis (sejak 1524). Diantara dua pulau besar ini (Sumatra dan Borneo) di selatan semenanjung Malaya mulai dikenal nama Riau. .
Bagaimana sejarah asal usul Riau? Tentu saja sudah banyak ditulis. Namun narasi sejarah tidak pernah berhenti sejauh fakta dan data baru ditemukan. Seperti kata ahli sejarah tepo doeloe, sejarah adalah narasi fakta dan data. Lantas dari mana sejarah Riau harus dimulai? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Oleh karena itu narasi sejarah Raiu seharusnya diawali dari permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Era VOC: Asal Usul Nama Riau
Sebelum kehadiran orang Portugis, (kerajaan) Malaka di pantai barat semenanjung Malaya pernah diserang (kerajaan) Aroe di daerah aliran sungai Baroemoen di pantai timur Sumatra. Kerajaan Malaka yang selalu khawatir terhadap kerajaan Aroe, akhirnya Malaka jatuh ke tangan pelaut-pelaut Poertugis pada tahun 1511. Pasukan kerajaan Aroe (d’Aroe) diperkuat pasukan yang didatangkan dari Luzon, Borneo, Indragiri dan Djambi yang diperkuat oleh orang-orang Moor (lihat Fernão Mendes Pinto, 1537). Nama Borneo diperkenalkan orang Portugis sebagai nama pulau (kini pulau) ketika kali pertama tahun 1524 orang Portugis tiba di kota pelabuhan Boernai (kini Brunei). Nama Borneo merujuk pada nama Boernai.
Orang Moor adalah pelaut-pelaut tangguh yang beragama Islam dari pantai utara Afrika di laut Mediterania. Orang Moor adalah bagian terpenting dari pasukan Islam menyerang Eropa (selatan). Orang Moor yang bertetangga dengan Portugis adalah pendahulu (predescessor) orang-orang Portugis yang mencapai Sumatra (bagian utara) sebelum orang Portugis tiba di Malaka. Nama Moor diduga kuat terkait dengan nama-nama: Negara Morocco, bangsa Moro, pulau Morotai dan kecamatan Moro di kabupaten Karimun, provinsi Kepulauan Riau. Pada fase orang Moor di Aroe inilah diduga mengapa terdapat komunitas Batak di pulau Paragoa (kini pulau Palawan) di Filipina. Goa adalah pusat orang-orang Moor di India.
Sejak kehadiran orang-orang Belanda (1597 yang dipimpin Cornelis de Houtman), kekuatan Portugis mulai tergerogoti. Setelah menguat di Bali, Belanda berhasil menaklukkan Portugis di Amboina tahun 1605. Pada tahun 1611 Belanda berhasil mengalahkan Portugis di Koepang.
Dengan modal tambahan sudah menguasai Banda, Belanda merelokasi pusat perdagangannya dari Amboina ke pulau Ontong Java yang kemudian menaklukkan kerajaan Jacatra 1619 (benteng Kasteel Batavia didirikan). Namun tidak mudah bagi VOC karena pada tahun 1628 kerajaan Mataram menyerang Batavia, namun gagal. Sejak inilah VOC memperkuat pertahanan dan memiliki angkatan perang. Denan kekuatan yang semakin menguat, VOC ingin berkuasa penuh dan ingin mengentaskan Portugis dan Spanyol dari Hindia.
Pada tahun 1643 Belanda (VOC) berhasil menaklukkan Malaka. Sejak ini, pengaruh VOC yang dominan di kawasan. Meski demikian, VOC belum berani membuat kontak dengan raja-raja di Borneo dan Sumatra. Orang-orang Belanda meninggalkan Borneo pada tahun 1619 karena empat orang pedagangnya terbunuh di Borneo. Ofrang Belanda sangat wawas terhadap Atjeh, karena pada tahun 1600 Cornelis de Houtman terbunuh di Atjeh.
Untuk meratakan jalan dari Ambon ke hingga Sumatra yang berpusat di Batavia, VOC mulai mengincar Gowa (Celebes) dan mengusir Atjeh dari pantai barat dan pantai timur Sumatra. Pada tahun 1665 militer VOC yang dibantu pasukan Boegis pimpinan Aroe Palakka menaklukkan pantai barat Sumatra. Tiga pimpinan perlawanan di pantai barat Sumatra dibuang ke Afrika Selatan. Pada tahun 1667 dilakukan perjanjian antara Gowa dan VOC karena beberapa tahun sebelumnya pedagang VOC terbunuh di Sombaopoe (ibu kota kerajaan Gowa). Selanjutnya pada tahun 1668 VOC melanjutkan ekspansi dan membuat kontrak dengan kerajaan Baros dan Singkel. Pada tahun 1669 VOC berperang dengan Gowa dan berhasil menaklukkan Gowa dan Aroe Palaka mendapat angin di Makassar. VOC kemudian merintis jalan dengan kerjasama dengan Pagaroejoeng di pantai timur Sumatra pada tahun 1684 terutama di daerah aliran sungai Siak dan sungai Koeantan.
Setelah VOC semakin menguat di Jawa dan dimulainya introdusi kopi 1711, VOC membuat kontrak dengan kerajaan Banjarmasin. Setelah tercipta hubungan yang baik di Borneo, VOC kemudian merintis jalan ke pantai dimur Sumatra pada tahun 1739 dengan pos perdagangan di muara sungai Siak di pulau Gontong. Namun karena pos ini diserang, VOC kemudian meninggalkan muara Siak. Pada tahun 1784 VOC Malaka yang diserang.
Oleh karena pusat VOC berada di Batavia (Jawa), posisi Malaka seakan terpencil. Kerajaan-kerajaan kecil di kawasan kerap menggangu eksistensi VOC di kawasan. Kerajaan-kerajaan Melayu Selangor, Djohor dan Riau menyerang Malaka pada tahun 1784. Dengan kekuatan yang didatangkan dari Batavia berhasil membebaskan Malaka. Sebagai hukuman, VOC menyerang Selangor dan merebutnya. VOC kemudian menyerang Riau dan Radja Riau terbunuh (lihat Hollandsche historische courant, 12-03-1785). Pada tahun ini juga Kesultanan Bandjarmasin menarik diri dari VOC.
Pada tahun 1784 nama Riau (Riouw) dapat diakatakan untuk kali pertama disebut. Namun sejak kapan nama Riau eksis sulit diketahui. Yang jelas nama-nama pulau Batam (pulau Batang) dan pulau Bintan (pulau Bintang) sudah eksis sejak lama.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Terbentuknya Pemerintah Hindia Belanda di Riau
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar