Senin, 16 November 2020

Sejarah Kalimantan (82): Sejarah Chinatown (Pecinan) Pulau Kalimantan; Singkawang, Pontianak, Banjarmasin dan Samarinda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Barat di blog ini Klik Disini

Pecinan (Chinatown) adalah bagian kota dimana komunitas Tionghoa berada. Pecinan terdapat di banyak tempat bahkan di Eropa dan Amerika Serikat. Di Indonesia terdapat beberapa pecinan terkenal seperti di Jawa dan Sumatra. Tentu saja pecinan ditemukan di beberapa kota di pulau Kalimantan. Pecinan di Kalimantan bahkan sudah tergolong tua seperti di Singkawang, Pontianak dan Banjarmasin.

Pecinan pertama di Indonesia sesungguhnya berada di Jakarta, Sudah terbentuk sejak awal VOC ketika Jakarta masih bernama Batavia. Pecinan di Batavia terbilang yang padat populasinya. Meski di Sambas terbilang populasi orang Cina sangat banyak, namun pecinan kedua terbesar terdapat di Tangerang dan Semarang dan kemudian disusul di Soerabaja. Oleh karena Singkawang pada era VOC masih kota kecil, maka populasu orang Cina di Sambas hanya relatif sedikit jumlahnya yang bermukim di Singkawang. Pada era Pemerintah Hindia Belanda pecinan semakin banyak di Jawa dan juga muncul di Sumatra seperti di Padang dan Medan. Sejaman dengan ini berkembang pecinan di Penang dan Singapoera sehubungan dengan semakin meningkatkatnya intensitas perdagangan di semenanjung Malaya.

Bagaimana sejarah pecinan di Kalimantan? Salah satu yang terkenal adalah pecinan di Singkawang. Bagaimana bisa? Singkawang termasuk kota kuno yang begitu dekat dengan Tiongkok. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Tentu saja menarik untuk memahami sejarah pecinan di Pontioanak, Banjarmasin dan Samarinda. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pecinan Singkawang

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pecinan di Kota Lainnya di Kalimantan

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar