Villa Isola di Dago, Bandung, di sisi jalan
ke arah Lembang terkenal dengan arsitekturnya. Namun, pemiliknya, Dominique
Willem Berretty kurang dikenal sebagai jurnalis yang hebat. Padahal kemauan dan
ketekunannya dalam mengelola media inilah yang menjadi pangkal perkara mengapa
dia memiliki banyak uang dan mampu
membangun villa mewah.
Dominique
Willem Berretty, lahir di Djokjakarta 20 November 1891. Sebagai orang Indo (ayah
orang Italia, ibu orang pribumi), meski berpikir dengan cara lokal Baretty ingin sukses seperti orang Eropa.
Barretty yang berasal dari keluarga besar,
sebagai Indo, di satu sisi mudah mendapat pekerjaan sebagai orang Eropa, dan di
sisi lain cara berpikirnya tetap lokal (membumi). Perpaduan inilah yang membuka
jalan pikirannya menjadi orang yang sukses besar di bisnis media.
Villa Isola, tahap pembangunan, 1928 |
Berretty
memulai kerja di Kantor Pos dan Telegraf di Batavia. Hanya berbekal pendidikan
HBS hingga tingkat dua di Surabaya dan ikut ujian MULO di Djokjakarta. Dengan
langsung bekerja pada usia muda, Berretty bekerja menjadi lebih aktif. Baretty,
merasa bisa lalu meminta naik jabatan tetapi karena ‘dituding’ tidak memiliki
pendidikan khusus tentang pos, permintaannya ditolak. Sejak itu, Baretty
beralih ke jurnalistik.
Dominique Willem Berretty memulai karir
jurnalistik dengan meminta pelatihan langsung dari Mr. Zaalberg, editor dari
Bataviasch nieuwsblad di Batavia. Barretty menerbitkan majalah bernama ‘Lash’
pada 1 April 1917. Ini berarti umurnya sudah 26 tahun. Namun karena berdarah
pribumi, semangatnya untuk maju sangat tinggi dari tingkat kesulitan yang amat
sangat. Tentu saja hasilnya tidak memuaskan. Lalu kemudian menerbitkan lagi
majalah bernama ‘Whip’. Setali tiga uang dengan ‘Lash’, bahkan menurut banyak
orang pada edisi pertama ‘Whip’ tidak layak disebut sebagai media. Baretty
terpikir untuk mendirikan kantor berita.