Rabu, 25 Januari 2017

Sejarah Bandung (6): Mas Aksan, Situ Aksan; Danau di Westerpark, Tempat Tradisi Peh Tjoen (Dayung Kano)



Situ Aksan, danau di dekat Pasir Kaliki, Bandung kini sudah lenyap. Lokasi dimana dulunya terdapat situ (danua) bernama Aksan telah berubah fungsi menjadi lahan pemukiman dan perkantoran. Danau ini begitu penting bagi warga Bandung, karena boleh jadi satu-satunya situ yang dianggap penting di cekungan Bandung atau kota Bandung yang sekarang. Kehilangan danau yang penuh dengan cerita indah, tentu saja seakan kehilangan segalanya.


Algemeen Indisch dagblad, 18-06-1947
Pada masa ini, Situ Aksan dipertanyakan yang dialamatkan pada dua hal. Pertama, apakah situ Aksan merupakan sisa danau purba yang dikaitkan dengan letusan gunung Tangkuban Perahu? Kedua, bagaimana danau tersebut terbentuk jika terbentuknya karena letusan gunung atau tidak.

Pengusaha Pribumi Bernama Mas Aksan

Jalan pos trans-Java ruang kota Bandoeng sebelah barat adalah area yang banyak dihuni oleh orang Tionghoa (pecinan) di Bandoeng (antara Andir dan Kantor Pos). Dia area pecinan ini banyak ditemukan pedagang Tionghoa.

Pedagang-pedagang Tionghoa Bandung adalah orang-orang Tionghoa yang berasal dari area pecinan di Buitenzorg (kini jalan Soerja Kentjana).

Salah satu pribumi yang terkenal di area pecinan Bandoeng ini sebagai pedagang (pengusaha) adalah Mas Aksan. Dia sebelumnya adalah lulusan sekolah pejabat pribumi (Bataviaasch nieuwsblad, 11-06-1910). Pengusaha bernama Mas Aksan ini telah memiliki pabrik (perdagangan) batu bata yang diproduksi di sekitar Andir.

Pada tahun 1911, Mas Aksan memperluas usahanya di bidang pengolahan kapur di Padalarang dengan membentuk perusahaan bersama seorang kawannya orang Tionghoa di Bandoeng (lihat De Preanger-bode, 24-08-1911). Yang menjadi directeur adalah Ang Sioe Tjiang, handelaar di Batavia, wakil direktur Mas Aksan, kalkbrander di Bandoeng dan sebagai commissaris adalah Tjoe Tjin Kie, handelaar di Bandoeng. Perusahaan ini diberi nama N.V. Kalkbranderij ‘Berg' TAGOGAPOE.

Mas Aksan sendiri awalnya di desa Soeniaradja dan kemudian tinggal di Pasirkaliki weg (De Preanger-bode, 27-12-1915). Sebagai pedagang besar, nama Mas Aksan semakin popular. Mas Aksan tidak hanya pengusaha batu bata dan kapur giling tetapi juga menjadi pemilik tanah yang luas (De Preanger-bode , 14-09-1912). Mas Aksan dengan kongsi dagangnya kemudian mendirikan usaha property (De Preanger-bode, 08-08-1918).

Mas Aksan yang namanya terus meroket di Bandoeng, kemudian dicalonkan menjadi anggota dewan kota (gemeeteraad). Mas Aksan adalah satu-satunya anggota dewan kota yang berasal dari pribumi (De Preanger-bode, 26-05-1916).

Mas Aksan  dengan teman-temannya Tionghoa mendirikan perusahaan baru di bidang perdagangan kapur, yang mana Mas Aksan yang sudah berumur 40 tahun bertindak sebagai direktur (De Preanger-bode,     08-07-1921). Sementara Mas Aksan berjuang di parlemen kota, anaknya juga diterima di sekolah tinggi teknik (TECHNICAL SCHOOL) Bandoeng bernama R. Moh. Aksan (De Preanger-bode, 11-05-1922). Kelas di atas R. Moh. Aksan adalah Soekarno (De Preanger-bode, 08-05-1923).

Kapan Situ Aksan Dilaporkan Kali Pertama?

Nama Sitoe Aksan muncul pertamakali pada tahun 1925 (Bataviaasch nieuwsblad, 06-01-1925). Nama Sitoe Aksan dalam berita ini menunjukkan nama kampong. Suatu kampong, dimana Mas Aksan di Andir memulai kiprahnya sebagai pengusaha batu bata.

Mengapa namanya Aksan? Sudah barang tentu karena Mas Aksan adalah orang terkenal dan kesohor di kampong itu.

Lantas mengapa di sebut situ Aksan? Karena situ itu muncul karena merupakan eks lio yang dimiliki oleh Mas Aksan. Kampong Sitoe Aksan ini tidak hanya dihuni oleh pribumi tetapi juga oleh orang-orang Tionghoa (Bataviaasch nieuwsblad, 20-01-1938). Nama kampong Sitoe Aksan yang mengambil nama tokoh terkenal Bandung, Mas Aksan, boleh jadi kampong ini telah menjadi urban. Mas Aksan jauh sebelumnya sudah memiliki kenalan dekat dengan orang-orang Tionghoa.

Mas Aksan sendiri tetap berkiprah di politik, tetapi kini bukan lagi anggota dewan kota (gemeenteraad) tetapi beralih menjadi anggota dewan kabupaten (regenschapraad).  De Indische courant,  05-10-1932 melaporkan regenschap Bandoeng pertama kali dibentuk tahun 1923 dimana Mas Aksan termasuk salah satu anggotanya. Pada tahun 1923 jumlah dewan di Hindia Belanda sebanyak 53, termasuk Gemeete Bandoeng dan Regentschap Bandoeng, Di Residentie Tapanoeli hanya satu dewan (raad) yang berada di onderfadeeling Angkola en Sipirok.

Tradisi Peh Tjoen

Riwayat kampong Sitor Aksan di era pendudukan Jepang tidak pernah diberitakan. Nama kampong Sitoe Aksan baru muncul kemudian ketika Belanda menguasai kembali kota Bandung. Di Sitoe Aksan pada tahun 1947 dilaksanakan suatu pesta orang-orang Tionghoa yang disebut Peh Tjoen.

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

1 komentar:

  1. Makasih banyak infonya, saya jadi tahu lebih luas ttg pergaulan buyut saya, buyut saya itu Ang Sioe Tjiang, pengen tau kalau cucu buyutnya R. Moh Aksan dimana ya? ortu ku sering cerita ttg P. Aksan sohibnya buyut aku.

    BalasHapus