*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini
Zaman Now berbeda dengan zaman doeloe. Tempo doeloe tidak
ada hitungan bilangan besar, yang ada siapa duluan itu yang dapat. Individu
bisa mengalahkan yang banyak dan yang kuat bisa melenyapkan yang lemah. Kini
adalah Zaman NOW. Era modern, demokratis, hukum bilangan besar dan hukum pasar
(market). Zaman Now juga ditandai dengan hubungan individu yang terkoneksi satu
dengan yang lain tanpa batas-batas, tanpa batas negara dan tanpa batas sosial.
Semua mengikuti alamiahnya, tanpa diatur, yang mengatur hanyalah invisible hands.
Termasuk dalam hal ini soal bahasa.
Kini, bahasa Inggris semakin menguat menjadi
bahasa tunggal dalam pergaulan internasional, dalam hal ini Bahasa Indonesia
semakin menguat sebagai bahasa tunggal dalam pergaulan di regional Asia
Tenggara (tempo doeloe disebut nusantara). Beberapa dasa warsa yang lalu,
sempat muncul bahasa Melayu (merujuk pada negara Malaysia dan Singapura serta
Brunai) sebagai entitas bahasa regional, paling tidak dalam translating bahasa
dalam produk industri. Tapi kini telah bergeser. Dalam dunia enterainment
seperti Youtube dan lain sebagainya, penggunaan bahasa Indonesia terus menguat.
Bahkan akhir-akhir ini NETFLIX secara sadar telah menggunakan bahasa Indonesia.
Demikian juga dalam algoritma googlemap nama Borneo telah menjadi nama
Kalimantan. Itu adalah contoh kecil pada fase awal dalam dunia masa kini yang
terus berkembang ke masa depan. Bahasa Indonesia tidak hanya sebagai bahasa
regional tetapi juga telah promosi sebagai salah satu bahasa internasional.
Dalam kaitan ini, uniknya, dalam konteks bahasa Indonesia masa kini, banyak pihak
dari negara lain coba melisting kosa kata apa saja yang mirip dengan bahasa
Indonesia. Semua itu muncul karena dunia kini yang semakin terkoneksi, setiap
orang mencari relasi, dalam hal ini relasi bahasa (mirip bahasa) dalam
pergaulan internasional.
Lantas bagaimana sejarah asal-usul Bahasa Indonesia
sebagai lingua franca di kawasan regional? Itu bermula di zaman kuno, bahasa
Sanskerta sebagai lingua franca di kawasan nusantara pada era Hindoe-Boedha.
Namun perkembangan bahasa Sanskerta ini diklaim sebagai bahasa Melayu dan semua
penduduk di kawasan regional nusantara sebagai Orang Melayu meski secara
historis berbeda asal-usul (etnik) dan bahasa (daerah). Padahal faktanya
penutur (bahasa ibu) bahasa Melayu terbilang relatif kecil jika dibandingkan
penutur bahasa lain seperti bahasa Jawa, bahkan penutur bahasa Melayu di
Semenanjung (termasuk Singapura) hanya relatif kecil jika dibandingkan penutur
bahasa Melayu gabungan di kota-kota pelabuhan seperti Palembang, Aceh, Banten,
Jacatra, Semarang, Pontioanak, Bandjarmasin, Amboina, Koepang, dan Ternate. Lalu
mengapa nama tunggal (Melayu) yang muncul? Peran orang-orang Inggris di kawasan
dan keutamaan pelabuhan internasional Singapura. Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.