*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini
Mataram di Jawa adalah masa lampau, Mataram di Lombok adalah masa depan. Pewaris Mataram di Jawa adalah Soerakarta dan Jokjakarta. Lalu, siapa pewaris Mataram di Lombok? Tidak ada. Sebab, Mataram di Lombok adalah ahli waris Selaparang. Dengan kata lain, ahli waris Selaparang adalah Mataram. Dalam hal ini, Mataram di Jawa sudah lama tiada, tetapi Mataram di Lombok masih eksis hingga ini hari.
Mataram di Jawa adalah masa lampau, Mataram di Lombok adalah masa depan. Pewaris Mataram di Jawa adalah Soerakarta dan Jokjakarta. Lalu, siapa pewaris Mataram di Lombok? Tidak ada. Sebab, Mataram di Lombok adalah ahli waris Selaparang. Dengan kata lain, ahli waris Selaparang adalah Mataram. Dalam hal ini, Mataram di Jawa sudah lama tiada, tetapi Mataram di Lombok masih eksis hingga ini hari.
Ampenan, Mataram dan Tjakranegara (Peta 1894) |
Jika Mataram di Jawa adalah masa lalu, dan
Mataram di Lombok adalah masa depan, lantas seperti apa perjalanan sejarah
(kota) Mataram Lombok? Mungkin pertanyaan ini
terkesan sepele dan tidak terlalu penting. Bukan karena terlalu sederhana
tetapi justru karena terlalu rumit. Meski demikian, prosesnya dapat
disederhanakan. Di sinilah pertanyaan tersebut yang awalnya sepele (terabaikan)
menjadi sangat penting untuk diketahui. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Kecamatan Ampenan dan Cakranegara Kota Mataram (Now) |
Kota Mataram dan Kota Ampenan
Radja Lombok Selaparang sudah lama tiada. Memudarnya
kerajaan Selaparang di Lombok (timur) diduga karena adanya invasi kerajaan
Karangasem di Lombok (wilayah kerajaan Selaparang) sejak 1740. Dua nama tempat
di wilayah Lombok barat adalah (pelabuhan) Ampenan dan kota (kampong) Mataram.
Dalam perkembangan, diketahui kerajaan Karangasem di Bali menempatkan seorang pangeran
Bali di Lombok yang disebut sebagai pangeran van het eiland Selaparang.
Pangeran Bali di Lombok tidak membangun kraton di Ampenen dan juga tidak di Mataram
melainkan di arah timur yang kemudian disebut Tjakranegara. Pengakuan
Pemerintah Hindia Belanda Radja Bali Selaparang di Lombok dimulai pada tahun
1830 (lihat Almanak 1847).
Bendera Bali Selaparang (Lombok) |
Pangeran Mataram Lombok menjadi raja tunggal di
Lombok (Bali Selaparang). Bagaimana Goestie Mataram memenangkan perang saudara
di Lombok tidak diketahui apakah dibantu Belanda atau didukung penduduk pribumi
(Sasak). Mataram dan Tjakranegara adalah tempat yang menguntungkan. Pelabuhan
Ampenan menjadi pusat perdagangan yang penting yang mengekspor berbagai
komodisi ke luar daerah. Kapal-kapalnya bahkan mengekspor hingga jauh ke
Batavia (lihat antara lain Javasche courant, 24-12-1845). Tampaknya Bali
Selaparang memiliki hubungan yang baik dengan Batavia (Pemerintah Hindia
Belanda). Hubungan baik itu ditunjukkan pada Perang Bali (pertama) pada tahun
1846.
Pada tahun 1846 perselisihan antara Pemerintah
Hindia Belanda (Batavia) dengan pangeran (radja) Boeleleng mencapai puncaknya.
Pemerintah Hindia Belanda mengirim ekspedisi militer untuk menghukum pangeran
Boeleng (lihat Javasche courant, 07-07-1846). Ekspedisi yang dipimpin oleh Letnan Kolonel G. Bakker ini
dimulai pada tanggal 26 Juni 1816. Pendaratan dilakukan di Boeleleng. Pasukan
tambahan disediakan oleh Sultan Madura dan Sultan Sumanap serta Bupati
Pamakassan, Juga tidak diduga bahwa seorang pedagang dengan fregat bersenjata,
bersama dengan esquader kami, muncul disana yang dipimpin Raja Bali Selaparang
untuk berpartisipasi di bawah bendera Lombok. Catatan: Radja Beoleleng adalah
saudara dari Radja Karangasem Bali. Bantuan dari Radja Bali Selaparang kepada
Belanda untuk menghukum Radja Boeleleng (yang dibantu radja Karang Asem) seakan
mengulang pertikaan tempo doeloe antara pangeran Bali Selaparang dengan radja
Karangasem Bali di Lombok (1839). Dengan katan lain Bali di pulau Lombok sudah
agak berbeda dengan Bali di pulau Bali. Sementara Bali Boeeleleng dan Bali
Karangasem dengan caranya sendiri. Ekspedisi Pemerintah Hindia Belanda
mendapatkan dukungan dari kerajaan-kerajaan Bali lainnya di pulau Bali dengan
mengirim surat melalui utusan masing-masing ke Pemerintah Hindia Belanda (lihat
Algemeen Handelsblad, 27-07-1846)
Perang ini terus berlanjut dan baru berakhir pada
tahun 1849. Bagi Pemerintah Hindia Belanda kawasan Bali en Lombok sudah mulai
kondusif terutama dalam hubungannya dengan pelayaran dan kontak bisnis antara
pedagang-pedagangan Eropa-Belanda dengan pemmpin lokal. Situasi dan kondisi kondusif
ini paling tidak di bali Utara dan Lombok. Hal ini dapat dilihat adanya
perjanjian-perjanjian baru antara Pemerintah Hindia Belanda dan para pemimpin
lokal (lihat Nederlandsche staatscourant, 29-09-1849).
Wujud
dari perjanjian baru ini adalah pengangkatan Ratoe Dewa Gede Tankeban, pangeran
Bangli, Pangeran Boeleleng dan Pangeran Mataram di pulau Lombok dan Anak Nngoerah
Ketoet Karang Assam, pangeran Karang Assam. Disebutkan pada tanggal 25 Junii
ini pelantikan pangeran Boeleleng yang baru yang berjanji untuk mengangkat
panggawa Boeleleng Madih Rahi sebagai kepala penguasa kekaisaran. Sementara itu
pangeran Kloengkoeng, Badong, Tabanan dan Gianjar dengan kapal Zr. MS telah
berangkat ke Batavia yang akan diterima oleh Menteri Negara Gubernur Jenderal
dalam minggu ini.
Sejak Perang Bali (1846-1849), Pemerintah Hindia
Belanda telah mengadministrasikan (pulau) Bali dan (pulau) Lombok sebagai satu
kesatuan geografis wilayah. Namun cabang pemerintahan Hindia Belanda baru
terdapat di (pulau) Bali yakni dengan membentuk Afdeeling Boeleleng dan
Afdeeling Djembrana (dua wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh pangeran
Boeleleng). Dua afdeeling di wilayah Bali en Lombok ini ditempatkan di bawah
Asisten Residen Banjoewangi (Residentie Besoeki). Meski demikian, di Boeleleng
ditempatkan seorang Asisten Residen dan seorang Controleur di Djembrana
(Negara).
Ampenan dan Mataram, Lombok (Peta 1850) |
Sejak kehadiran Pemerintah Hindia Belanda di
wilayah Bali en Lombok, meski masih terbatas di (afdeeling) Boeleleng dan
Djembrana, kota Mataram secara perlahan tumbuh dan berkembang.
Pedagang-pedagang Eropa/Belanda di Lombok yang sebelumnya terbatas di Ampenan
mulai memasuki kota Mataram. Kota Tjkaranegara tetap sebagai ibu kota kerajaan
Bali Selaparang. Para investor Eropa/Belanda mulai berdatangan, tidak hanya di
Boeleleng dan Djembrana tetapi juga Lombok.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kota Tjakranegara dan Kota Mataram
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar