*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini
Mitologi adakalanya
dipertentangkan dengan sejarah. Sebab menurut para ahli tempo doeloe, sejarah
adalah narasi fakta dan data. Suatu fakta yang benar-benar ada (terjadi) dan
dapat dibuktikan berupa data (fisik atau teks). Unsur-unsur ini kurang dimiliki
mitologi yang awalnya diceritakan secara turun temurun dengan lisan. Seiring
dengan keberadaan aksara, mitologi ini mulai ditulis yang dalam hal ini La
Galigo yang ditulis dalam aksara Lontara yang mengisahkan tentang penciptaan.
La Galigo sering disebut kitab kuno berbentuk puisi
yang berisi mitos penciptaan dari peradaban Bugis, nahkan bagi sebagian
masyarakat Bugis yang masih menganut agama tradisi Tolotang yang adakalnya La
Galigo dianggap sebagai kitab suci. Naskah yang awalnya berupa tuturan lisan
yang dilakukan penulisan pada paruh pertama abad 19 dengan aksara Lontara.
Isinya antara lain bercerita tentang mitos penciptaan dunia dan penciptaan
manusia atau asal-usul manusia pertama yang mendiami dunia. La Galigo sendiri
menurut para ahli berasal dari abad ke-14. Dalam hal ini La Galigo bukanlah
teks sejarah karena aspek mitologis dalam narasi terasa sangat kuat, tetapi
teks ini diakui oleh banyak ilmuwan memiliki pengaruh besar pada bagaimana
sejarawan melihat masa lalu peradaban Bugis. Tokoh utama La Galigo ialah
Sawérigading, cucu Batara Guru. Cerita dimulai dari dunia yang kosong dan
turunnya Batara Guru ke bumi. Alkisah, manusia pertama ini turun di daerah Luwu
di utara Teluk Bone. Batara Guru, sebagai raja digantikan oleh anaknya, La
Tiuleng, dan bergelar Batara Lattu'. La Galigo aksara Lontara ini diperkirakan
terdiri dari 6.000 halaman folio atau 300.000 baris puisi.
Lantas
bagaimana sejarah La Galigo dan aksara Lontara? Seperti disebut di atas La
Galigo dianggap sebagai mitologi, tetapi La Galigo yang ditulis dalam aksara
Lontara adalah sejarah (yang dalam hal ini sejarah penulisan La Galigo itu
sendiri—bukan isinya). Bagaimana itu terjadi? Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.