*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Suku
Sangir (Tau Sangér) adalah kelompok etnis di kepulauan antara Sulawesi dan
Mindanao, Bahasa asli suku ini adalah bahasa Sangir. Suku Sangir biasanya
ditemukan di provinsi Sulawesi Utara, tepatnya di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud
Indonesia dan Wilayah Davao, Filipina.
Bahasa Sangir biasa juga disebut bahasa Sangihé, Sangil, Sangihê, Sangér adalah bahasa yang digunakan oleh etnis Sangihe di Sulawesi Utara, yang tersebar di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Talaud, dan Davao. Sebagian penutur bahasa ini juga terdapat di kota Manado, kota Bitung dan Kabupaten Minahasa terutama daerah pesisir pantai utara. Terdapat 3 aksen/dialek Bahasa Sangihe yaitu dialek Sangir Besar yang digunakan penduduk di gugusan kepulauan Sangihe Besar, dialek Siau digunakan penduduk di kepulauan Siau dan dialek Tagulandang digunakan penduduk di kepulauan Tagulandang dan Biaro. Dengan memperhatikan tata bahasa suku Bantik, suku asli di Manado, akan dengan mudah dapat dikenali kesamaannya bahwa bahasa Bantik berakar dari Bahasa Sangir. Bahasa Sangihe bukan merupakan bahasa tulisan, sedangkan administrasi, surat menyurat dan hubungan dalam perniagaan menggunakan tulisan bahasa Melayu/Indonesia sejak zaman kolonial Belanda. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Sangir bahasa Sangihe di kepulauaan Sangihe? Seperti disebut di atas bahasa Sangir dituturkan di wilayah kepulauan Sangihe. Bahasa Melayu dan bahasa Bantik di wilayah Minahasa. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sangir bahasa Sangihe di kepulauaan Sangihe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.