Senin, 15 April 2019

Sejarah Yogyakarta (34): Ki Hadjar Dewantara dan Sutan Gunung Mulia; Dua Tokoh Pendidikan Sejaman Menjadi Menteri


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini 

Di Indonesia banyak tokoh pendidikan, tetapi hanya ada dua tokoh pendidikan sejaman yang keduanya juga sama-sama menjadi Menteri Pendidikan. Kedua tokoh pendidikan itu adalah Ki Hadjar Dewantara dan Sutan Gunung Mulia. Meski mereka berdua memiliki latar belakang yang berbeda, tetapi keduanya sama-sama Republiken sejati di Jogjakarta.

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara lahir di Jogjakarta, 2 Mei 1889. Raden Mas Soewardi tahun 1902 diakui sebagai kelas 3 Europanen Lagere School (ELS) di Semarang (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 14-03-1902). Setelah lulus ELS, Raden Mas Soewardi melanjutkan sekolah kedokteran (Docter Djawa School) di Batavia. 

Todung Harahap gelar Sutan Gunung Mulia lahir di Padang Sidempuan tahun 1896. Memulai pendidikan dasar di Sekolah Eropa (Europeesche Lagere School=ELS) Padang Sidempuan tahun 1903. Pada tahun 1910, Todung menyelesaikan pendidikan di ELS dan ayahnya Mangaradja Hamonangan seorang pengusaha perkebunan di Padang Sidempuan menyekolahkan Todung ke Negeri Belanda.

Itulah awal pendidikan dua tokoh pendidikan Indonesia. Lantas bagaimana selanjutnya?. Bagaimana kiprah masing-masing sebelum menjadi Menteri Pendidikan RI?. Sebagaimana diketahui Ki Hadjar Dewantara menjadi Menteri Pendidikan RI yang pertama dari tanggal 2 September 1945 hingga 14 November 1945 (2,5 bulan) dan kemudian dilanjutkan Sutan Gunung Mulia dari tanggal 14 November 1945 hingga 2 Oktober 1946 (10,5 bulan). Setelah tidak menjadi menteri apa yang mereka lakukan? Semua pertanyaan tersebut tentu masih menarik untuk diperhatikan. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 14 April 2019

Sejarah Kota Ambon (9): Sejarah Boven Digul, Merauke; Kota Tanah Merah dan Tahanan Politik Indonesia pada Era Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini
 

Pada era kolonial Belanda, semua nama tempat di Maluku dan Papua terhubung dengan Kota Ambon. Salah satu kota penting di barat daya Papua adalah Merauke. Pada tahun 1927 sebuah area di hulu sungai Digoel (Boven Digoel) di Tanah Merah menjadi tiba-tiba populer, karena menjadi tempat pengasingan para tahanan politik Indonesia. Kota Merauke yang sudah dibangun sejak lama juga terangkat karena popularitas Boven Digoel.

Kamp Interniran Tanah Merah, Boven Digoel, 1927
Pada masa kini, Boven Digoel menjadi nama sebuah kabupaten baru dengan ibukota Tanah Merah (lihat UU No. 26 Tahun 2002). Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi dan Kabupaten Asmat adalah pemekaran dari Kabupaten Merauke. Ibukota kabupaten (Distrik Merauke) adalah Merauke, suatu kota yang tumbuh pada era kolonial Belanda relatif bersamaan dengan Kota Tual (ibukota Maluku Tenggara). Jalur transportasi laut Ambon Merauke melalui Kota Tual.

Lantas mengapa Boven Digoel dipilih pemerintah Hindia Belanda sebagai tempat pengasingan tahanan politik Indonesia sejak 1927? Penetapan Boven Digoel sebagai pusat tahanan politik juga menandai era baru dalam sistem pemerintahan Hindia Belanda di wilayah Papua. Lalu bagaimana dengan Tanah Merah sendiri menjadi kota. Mari kita telusuri berdasarkan sumber-sumber tempo dulu.

Sabtu, 13 April 2019

Sejarah Menjadi Indonesia (21): Kantor Berita Antara adalah Suksesi Kantor Berita Alpena; Parada Harahap dan Adam Malik


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Kantor berita Antara adalah kantor berita pribumi yang didirikan pada tahun 1937. Kantor berita pribumi pertama adalah Alpena, didirikan oleh Parada Harahap pada tahun 1925. Kantor berita Antara terhubung dengan Kantor berita Alpena karena faktor Parada Harahap dan Amir Sjarifoeddin Harahap. Salah satu kader terbaik Amir Sjarifoeddin di Partai Gerindo adalah Adam Malik. Salah satu wartawan terbaik Parada Harahap di Tjaja Timoer adalah Soemanang.

Amir Sjarifoeddin Harahap adalah adik Parada Harahap di Bataksch Bond. Mohamad Jamin adalah adik Parada Harahap di Sumatranen Bond. Parada Harahap adalah anggota Bataksch Bond dan juga anggota Sumatranen Bond. WR Supratman adalah anak buah Parada Harahap di Kantor Berita Alpena. Parada Harahap sebagai sekretaris Sumatranen Bond menggagas didirikan supra organisasi kebangsaan pada tahun 1927 yang disingkat namanya PPPKI. Ketua PPPKI adalah MH Thamrin dan sekretarisnya adalah Parada Harahap. Parada Harahap mengagendakan Kongres PPPKI pada bulan September 1928 yang juga diintegrasikan dengan Kongres Pemuda pada Oktober 1928. Parada Harahap menunjuk Dr. Soetomo menjadi ketua panitia Kongres PPPKI. Lalu dibentuk panitia Kongres Pemuda. Dr. Soetomo mencalonkan Soegondo (ketua), Parada Harahap mencalonkan Mohamad Jamin sebagai sekretaris dan Amir Sjarifoeddin Harahap sebagai bendahara. Penyandang dana dua kongres ini adalah perhimpunan pengusaha pribumi di Batavia (semacam KADIN) yang diketuai oleh Parada Harahap. Dalam Kongres Pemuda diperdengarkan lagu Indonesia Raya karya WR Supratman. Adinegoro adalah editor surat kabar Bintang Timoer milik Parada Harahap.

Parada Harahap dan Adam Malik meski beda generasi tetapi sama-sama pernah dibui di penjara Padang Sidempoean. Sumanang dan Adam Malik berinisiatif mendirikan kantor berita Antara. Dalam pendirian ini juga turut Sipahoetar yang juga wartawan di Tjaja Timoer.

Jumat, 12 April 2019

Sejarah Bandung (44): Sinar Pasoendan (1933-1942) dan Parada Harahap; Surat Kabar Terbanyak di Bandung Era Kolonial


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini

Pada era kolonial Belanda surat kabar dalam pers nasionalis (baca: Indonesia) sudah eksis. Meski ada yang cepat gulung tikar tetapi masih lebih banyak yang bertahan lama dan terus eksis hingga berakhirnya era kolonial Belanda. Salah satu surat kabar nasionalis yang bertahan adalah Sinar Pasoendan yang didirikan pada tahun 1933. Meski surat kabar Sinar Pasoendan berbahasa daerah (Sunda) tetapi sangat nyaring dalam perjuangan nasional.

Bataviaasch nieuwsblad, 28-03-1941
Di kota Bandung pers Belanda sudah lama eksis (sejak 1902). Namun itu hanya terbatas untuk orang-orang Eropa/Belanda dan kelompok elit pribumi. Surat kabar berbahasa Melayu dan berbahasa Sunda menjadi segmen penting untuk mencerdaskan semua golong pribumi dan ruang penalaran untuk mempertajam perjuangan bangsa (melawan) Belanda. Surat kabar Sinar Pasoendan termasuk surat kabar nasional yang pernah terkena delik pers.

Surat kabar Sinar Pasoendan diterbitkan secara sadar sehubungan dengan kiprah Pagujupan Pasoendan yang semakin menguat dalam perjuangan nasional. Surat kabar Sinar Pasoendan digagas oleh tokoh PPPKI sebagai bagian dari penguatan persatuan nasional. Surat kabar Sinar Pasoendan secara tak langsung telah menjadi organ penting bagi Pagujupan Pasoendan. Meski pada awal pendiriannya sulit, tetapi surat kabar Sinar Pasoendan secara bertahap mampu menjadi surat kabar yang berpengaruh di Bandung dan Priangan.

Rabu, 10 April 2019

Sejarah Yogyakarta (33): Universitas Gadjah Mada dan Menteri Pendidikan 1945/1946; Sutan Gunung Mulia, Ph.D (Ahli Pedagogi)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini  

Universitas Gadjah Mada adalah universitas negeri pertama di Indonesia. Disebutkan Universitas Gadjah Mada resmi didirikan pada tanggal 19 Desember 1949, tetapi faktanya peresmiannya dimulai pada tanggal 2 November 1949. Itu satu hal. Hal yang lainnya di dalam sejarah Universitas Gadjah Mada tidak disebutkan bagaimana proses yang sebenarnya tentang terbentuknya universitas di Jogjakarta. Tentu saja tidak ditemukan nama Menteri Pendidikan RI Soetan Goenoeng Moelia. Pada kenyataannya penulisan sejarah Universitas Gadjah Mada muncul dalam berbagai versi.

Nieuwe courant, 05-11-1949 dan Prif. SG Moelia, Ph.D
Pendirian Universitas Gadjah Mada terjadi pada era Republik Indonesia (bukan era RIS). Tepatnya setelah ibukota Republik Indonesia dipindahkan dari Djakarta ke Jogjakarta. Perang kemerdekaan Indonesia, pasca Agresi Militer Belanda II tanggal 19 Desember 1948 menyebabkan terganggungnya proses belajar dan mengajar. Akibatnya Universitas Gadjah Mada yang dibuka pertama kali tanggal 3 Maret 1946 dibuka lagi pada tanggal 2 November 1949. Sultan Hamengkoeboewono dalam pembukaan menyatakan jangan sampai Universitas Gadjah Mada dibuka untuk ketiga kalinya (lihat Nieuwe courant, 05-11-1949).    

Jika dilihat dari website resmi Universitas Gadjah Mada, sejarah Universitas Gadjah Mada hanya dimulai dari tanggal 19 Desember 1949. Kita tidak tahu alasannya. Artikel ini tidak membicarakan perihal sesudah tanggal tersebut, tetapi sebaliknya artikel ini hanya tentang sejarah Universitas Gadjah Mada sebelum tanggal 19 Desember 1949. Dengan demikian akan saling melengkapi. Untuk itu kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 09 April 2019

Sejarah Bandung (43): Letnan Kolonel Ir. MO Parlindungan, Direktur PT PINDAD Pertama; Insinyur Teknik Kimia, Delf, 1941


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini

Tidak ada nama Letnan Kolonel Ir. MO Parlindungan pada masa ini di Bandung. Namun nama Letnan Kolonel Lembong masih dikenal di Bandung sebagai nama Jalan Lembong. Sama-sama letnan kolonel tetapi memiliki latar belakang yang berbeda. Adolf Gustaaf Lembong memulai karir sebagai serdadu KNIL di era kolonial Belanda, AFP Siregar gelar MO Parlindungan memulai karir sebagai insinyur teknik kimia di era pendudukan Jepang. Dalam perang kemerdekaan keduanya memiliki start yang berbeda.

Bandoeng 1951: MO Parlindungan (kiri; AH Nasution (kanan)
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 terjadi perang kemerdekaan melawan Sekutu/Inggris dan NICA/Belanda. Dalam masa perang kemerdekaan ini dua markas Tentara Rakyat Indonesia (TRI) yang kemudian berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah Jogjakarta dan Bandoeng. Ini semua karena NICA/Belanda dengan pasukan KNIL-nya telah menguasai sepenuhnya Djakarta, Soerabaja dan Semarang. Praktis pusat kekuatan Republik Indonesia berada di dua kota pedalaman ini. Intensitas perang kemerdekaan juga terjadi di seputar dua kota ini.

Pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda (27 Dsember 1949) beberapa tempat strategis segera dikuasai oleh TNI. Salah satunya berada di Bandoeng yakni Perusahaan Sendjata dan Mesioe (PSM). Perwira TNI yang ditunjuk untuk menanganinya adalah Letnan Kolonel Ir. MO Parlindungan. Perusahaan yang memproduksi senjata dan mesiu di Bandoeng ini kemudian dikenal PT Pindad. Bagaimana itu bisa terjadi? Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. .