*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini
Tidak ada nama Letnan Kolonel
Ir. MO Parlindungan pada masa ini di Bandung. Namun nama Letnan Kolonel Lembong
masih dikenal di Bandung sebagai nama Jalan Lembong. Sama-sama letnan kolonel
tetapi memiliki latar belakang yang berbeda. Adolf Gustaaf Lembong memulai
karir sebagai serdadu KNIL di era kolonial Belanda, AFP Siregar gelar MO
Parlindungan memulai karir sebagai insinyur teknik kimia di era pendudukan
Jepang. Dalam perang kemerdekaan keduanya memiliki start yang berbeda.
|
Bandoeng 1951: MO Parlindungan (kiri; AH Nasution (kanan) |
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 terjadi perang
kemerdekaan melawan Sekutu/Inggris dan NICA/Belanda. Dalam masa perang
kemerdekaan ini dua markas Tentara Rakyat Indonesia (TRI) yang kemudian
berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah Jogjakarta dan
Bandoeng. Ini semua karena NICA/Belanda dengan pasukan KNIL-nya telah menguasai
sepenuhnya Djakarta, Soerabaja dan Semarang. Praktis pusat kekuatan Republik
Indonesia berada di dua kota pedalaman ini. Intensitas perang kemerdekaan juga
terjadi di seputar dua kota ini.
Pasca pengakuan kedaulatan
Indonesia oleh Belanda (27 Dsember 1949) beberapa tempat strategis segera
dikuasai oleh TNI. Salah satunya berada di Bandoeng yakni Perusahaan Sendjata
dan Mesioe (PSM). Perwira TNI yang ditunjuk untuk menanganinya adalah Letnan
Kolonel Ir. MO Parlindungan. Perusahaan yang memproduksi senjata dan mesiu di
Bandoeng ini kemudian dikenal PT Pindad. Bagaimana itu bisa terjadi? Mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe. .
MO Parlindungan Insinyur Lulusan Teknik Delft Direkrut Letnan
Jenderal Oerip Soemohardjo
Letnan Jenderal Oerip
Soemohardjo pada tanggal 1 Oktober 1945 mulai membentuk Tentara Keamanan Rakyat
(TRI). Langkah pertama yang dilakukan Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo adalah
merekrut 17 pemuda cemerlang di Jogjakarta dengan kualifikasi tertentu, antara
lain Dr. Ibnoe Soetowo, Ir. MO Parlindungan, Dr. Irsan Radjamin, Dr. W Hutagalung, Mr. Arifin Harahap dan
Ir. Tarip Abdullah Harahap.
Ir. MO Parlindungan adalah insinyur kimia lulusan Teknik Delft tahun
1942. Ir. MO Parlindungan adalah pribumi kedua yang lulus di sekolah elit dan
super sulit tersebut. Lulusan pertama adalah Ir. Soerachman tahun 1922.
Mahasiswa pertama di Teknik Delft adalah Raden Sosro Kartono (abang RA Kartini)
tahun 1896, namun gagal di tahun pertama. Dalam kabinet RI pertama Ir.
Soerachman menjabat sebagai Menteri Kemakmuran.
Dr. Ibnoe Soetowo lulusan sekolah kedokteran Soerabaja, 1940 dan Dr.
Irsan Radjamin, lulusan sekolah kedokteran di Djakarta 1943. Dr. Irsan Radjamin
adalah anak Wali Kota Soerabaja, Dr. Radjamin Nasution. Kelak, pasca pengakuan
kedaulatan Indonesia oleh Belanda (1950) Letkol Ibnoe Soetowo diangkat sebagai
kepala Badan Permiyakan Nasional (cikal bakal Pertamina); Letkol AFP Siregar
gelar MO Parlindungan sebagai kepala Perusahaan Sendjata dan Mesiu di Bandoeng
(cikal bakal PT Pindad); Letkol Irsan Radjamin sebagai kepala Departemen
Kesehatan Divisi-Brawijaya di Soerabaja. Dr. W Hutagalung sejak perang kemerdekaan menjadi
dokter pribadi Jenderal Soedirman.
Setelah
perang, pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, Letnan Kolonel Ir. MO
Parlindungan ditugaskan menjadi direktur Perusahaan Sendjata dan Mesioe (PSM). perusahaan
yang memproduksi senjata dan mesiu di Bandoeng (lihat, Algemeen Indisch dagblad
: de Preangerbode, 20-07-1950). Inilah untuk kali pertama pabrik senjata di
Bandoeng sejak pendiriannya pada era Hindia Belanda dan dilanjutkan pendudukan militer
Jepang ini dipimpin oleh seorang pribumi dengan kompetensi yang sesuai.
MO Parlindungan sebenarnya tidak asing dengan kota Bandoeng. Setelah
lulus sekolah teknik di Delft dan Zurich dengan beslit insinyur teknik kimia
kembali ke tanah air. Dalam bukunya MO Parlindunga disebutnya bahwa dirinya sudah
berada di Bandoeng pada pertengahan tahun 1941 (ditempatkan di Bandoeng sebagai
staf di pabrik senjata) atas rekomendasi seniornya Ir. Soerachman yang menjadi
pejabat di Departemen Industri. MO Parlingungan berangkat studi ke Belanda di
Delft (lihat Delftsche courant, 11-09-1937). MO Parlindungan sendiri lulus HBS Afdeeling
B Medan bulan Juni 1937 (lihat De Sumatra post, 03-06-1937). Pada saat terjadi
perang, Ir MO Parlindungan termasuk yang direkrut Oriep Soemohardjo untuk
menjalankan misi khusus petahanan RI di Jogjakarta. Sehubungan dengan
ketegangan yang terus meningkat di Soerabaja, Overste MO Parlindungan dikirim
ke Soerabaja untuk mengurus dan membantu para republiken dalam persenjataann
(terutama bom tarik). Sebagaimana diketahui akhirnya meletus perang Soerabaja
pada tangga 11 November 1945.
Pada saat
Overste Ir MO Parlindungan mengisi jabatannya di Bandoeng, jumlah karyawan PSM
sebanyak 5.000 orang (lihat Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 28-04-1951).
Ini mengindikasikan bahwa satu-satunya pabrik senjata di Indonesia itu adalah
pabrik besar. MO Parlindungan meminta pensiun dini pada tahun 1954. MO Parlindungan
tahun 1954 ini juga MO Parlindungan dari Bandoeng pindah ke Djakarta untuk terjun
ke dunia bisnis.
MO Parlindungan berasal dari keluarga terpelajar di Sipirok, Ayah adalah
seorang guru yang menjadi direktur Normaal School di Pematangsiantar. Dua
pamannya adalah anggota Volksraad yakni Mr Mangaradja Soangkoepon (sekolah di
Belanda) dari dapil province Oost Sumatra dan Dr Abdoel Rasjid (lulus STOVIA) dari
dapil Residentie Tapanoeli. Dua abangnya adalah dokter lulusan Belanda yakni
Dr, Diapari Siregar dan Dr. Gindo Siregar. Pada era perang kemerdekaan Dr Gindo
Siregar adalah komandan militer wilayah Sumatra bagian utara dengan pangkat
Majoor Generaal (setingkat dengan Majoor Generaal Abdoel Haris Nasoetion di di
Divisi I Siliwingi).
Sementara
itu, rekannya Overste Mr. Arifin Harahap selepas perang bekerja dari awal di
Kementerian Ekonomi Urusan Perdagangan (sejak 1949), dan karirnya terus meningkat. Dalam Kabinet Kerja
I (sejak 10 Juli 1959) yang mana sebagai Perdana Menteri adalah Sekarno dan
Menteri Pertama adalah Djuanda Kartawidjaja serta Menteri Keamanan dan
Pertahanan/Kepala Staf Angkatan Darat adalah Abdul Haris Nasution, Mr. Arifin
Harahap dipromosikan dan diangkat sebagai Menteri (Muda) Perdagangan. Mr.
Arifin Harahap menjadi menteri dalam tujuh kabinet yang berbeda.
Overste Ir. Tarip Abdullah Harahap selepas perang yang kembali ke
Bandoeng diangkat Menteri Perhubungan Djoeanda Kartawidjaja sebagai Direktur
Penerbangan Sipil (sejak September 1950) untuk mengambil alih semua fungsi
penerbangan sipil dari orang-prang Belanda, Untuk maskapainya sendiri (GIA)
secara fungsional dijabat oleh Mr. CA Mochtar Nasution (CA Mochtar, lulusan
fakultas hukum di Belanda, sebelumnya sebagai staf KLM di Belanda). Ir. Tarip
Abdullah Harahap adalah adik kelas Ir. Djoeanda Kartawidjaja di THS Bandoeng
(lulus 1939). Selama era ibu kota RI di Djogjakarta Ir. Tarip Abdullah Harahap ditempatkan
sebagai Kepala Djawatan Angkoetan Motor Republik Indonesia (DAMRI).
Tunggu deskripsi
lengkapnya
Letnan Kolonel Lembong Terbunuh oleh KNIL di Bandung; Letnan
Kolonel Ir. MO Parlindungan Pensiun Menjadi Penulis Buku
Tunggu deskripsi
lengkapnya
*Dikompilasi oleh Akhir
Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang
digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi
karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar