Kamis, 13 Agustus 2020

Sejarah Pulau Bali (35): Pahlawan I Gusti Ngurah Rai, Nama Bandara di Badung; Bandara I Gusti Ketut Jelantik di Buleleng?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disin

Di Bali ada dua nama pahlawan terkenal: I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Jelantik. Nama I Gusti Ngurah Rai sudah ditabalkan sebagai nama bandara di (kabupaten) Badung (Denpasar). Dari dua nama pahlawan ini, mengindikasikan nama I Gusti Ngurah Rai memiliki arti yang khusus di Bali khususnya di Badung (Denpasar). Bandara I Gusti Ngurah Rai kini menjadi bandara internasional yang terbilang sangat sibuk di Indonesia.

I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Jelantik juga adalah bangsawan Bali. I Gusti Ngurah Rai lahir di Carangsari, Petang, Badung, 30 Januari 1917 dan meninggal di Marga, Tabanan, 20 November 1946 (usia 29 tahun). I Gusti Ngurah Rai berjuang melawan NICA-Belanda. I Gusti Ketut Jelantik lahir di Tukadmangga  Boeleleng tahun 1800 dan meninggal di Jagaraga, Buleleng pada tahun 1849. I Gusti Ketut Jelantik gugur dalam perang melawan Pemerintah Hindia Belanda. Ada perbedaan rentang waktu selama satu abad antara masa perjuangan heroik I Gusti Ngurah Rai dengan masa perjuangan heroik I Gusti Ketut Jelantik. Pemerintah Republik Indonesia menetapkan I Gusti Ketut Jelantik sebagai pahlawan nasional Indonesia pada tahun 1993 dan I Gusti Ngurah Rai pada tahun 1975. Nama lapangan terbang (militer) Toeban diganti dengan nama I Gusti Ngurah Rai pada tahun 1969 (lihat De Telegraaf 29-05-1970).

Lantas bagaimana sejarah I Gusti Ngurah Rai? Tentu saja sudah banyak ditulis. Namun natasi sejarah tidak pernah berhenti, sejauah penggalian data dan penelusuran sumber-sumber sejaman terus dilakukan. Dalam hal ini penulisan narasi sejarah I Gusti Ngurah Rai masih tetap diperlukan, paling tidak untuk menambahkan yang sudah ada selama ini. Keutamaan I Gusti Ngurah Rai karena namanya sudah ditabalkan menjadi nama bandara internasional di Bali. Lantas, apakah jika bandara internasional di Buleleng terwujud nama I Gusti Ketut Jelantik akan ditabalkan juga? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 12 Agustus 2020

Sejarah Pulau Bali (34): Pasukan Pribumi Pendukung Militer VOC Asal Bali; Sejarah Militer pada Era Pemerintah Hindia Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini

Jumlah orang Belanda dari waktu ke waktu sesungguhnya tidak banyak relatif terhadap luasnya wilayah dan populasi penduduk di Hindia. Di bidang perdagangan orang-orang Belanda sejak era VOC sangat mengandalkan pedagang-pedagang Moor, Armenis, Cina, Arab dan pedagang-pedagang pribumi. Demikian juga untuk mengatur pemerintahan sangat mengandalkan para pemimpin lokal. Tentu saja orang-orang Belanda juga sangat mengandalkan pasukan pribumi untuk mendukung kesatuan militer. Para pasukan pribumi pendukung militer direkrut dari berbagai asal seperti Ambon, Bali, Boegis, Djawa, Makassar dan Malajoe, Ternate dan Tambora.

Pada era VOC pangkat tertinggi militer VOC adalah Majoor. Di bawahnya terdiri dari kapitein, luitenant dan sergeant. Pangkat tertinggi dari korps pasukan pribumi yang tertinggi adalah kapitein (seperti Kapiten Jonker yang terkenal). Pasukan pribumi ini mendapat gaji yang bertugas untuk membantu perang atau membantu menjaga benteng-benteng VOC di berbagai tempat. Untuk mendukung kehidupan para pasukan ini, setiap pemimpin pasukan pribumi diberi lahan di seputar Batavia untuk mengolah pertanian. Komunitas berbagai asal ini menjadi sebab munculnya perkampongan sesuai asal. Penempatan pasukan pribumi di seputar Batavia juga dengan sendirinya bergungsi menjadi pengawal ibu kota (Batavia).

Bagaimana sejarah pasukan pribumi pendukung militer VOC asal Bali? Yang jelas jumlahnya semakin berkurang pada era Pemerintah Hindia Belanda. Mengapa? Yang jelas pada era Pemerintah Hindia Belanda ada beberapa asal yang tidak direkomendasikan oleh para pejabat seperti dari Batak dan Minahasa. Mengapa? Yang jelas dari daerah ini tidak pernah disertakan dalam pemerintahan Hindia Belanda (sebagai bupati). Di Bali, bupati hanya ada di Boeleleng dan Djembrana. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 11 Agustus 2020

Sejarah Pulau Bali (33): Perang Bali dari Masa ke Masa; Banjoewangi, Lombok, Inggris, Hindia Belanda, Jepang dan NICA

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini 

Perang adalah praktek kuno yang terus berlangsung sepanjang masa. Perang adalah cara politik untuk mencapai tujuan: menghancurkan, mempertahankan diri, menguasai, menciptakan keamanan, perdamaian dan sebagainya. Seperti di wilayah lain, juga terjadi di Bali, sejak jaman kuno kerajaan-kerajaan hingga era modern (Republiken melawan penjajah Belanda). Perang berbeda setiap era.

Perang Bali tidak hanya jilid 1 (Boeleleng), jilid 2 (Djagaraga), jilid 3 (Koesamba), ada juga Perang Badoeng, Perang Kloengkoeng, Perang Bandjar dan lainnya. Perang Bali dalam hal ini tidak hanya antara Bali dan asing, tetapi juga antar sesama Bali dan perang antara Bali dengan wilayah lain (Banjoewangi dan Lombok). Dalam perang masa lalu, perang tidak hanya terjadi di era Belanda tetapi juga terjadi di era Inggris dan era pendudukan Jepang. Dalam hal ini perang melawan Inggris tidak hanya di Djogjakarta tetapi juga terjadi di Bali.

Semua Perang Bali adalah fakta masa lalu. Namun sejarah tetaplah sejarah. Sejarah adalah narasi fakta dan data. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Dalam sejarah perang di Bali, kita coba lagi ringkas semua perang yang terjadi di Bali dari permulaan sejarah hingga berakhirnya sejarah perang. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 10 Agustus 2020

Sejarah Pulau Bali (32): Riwayat Awal Trah Djelantik di Bali, Jalan Hidup Berlika Liku; Karang Asem, Boeleleng hingga Lombok

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini

Nama Djelantik [Jelantik], seperti nama marga Harahap di Tapanoeli, adalah nama yang unik. Setiap pengguna nama Djelantik pasti terhubung satu sama lain. Nama Djelantik adalah nama khas dari Bali. Nama Djelantik juga nama jaminan mutu, semisal nama pahlawan Bali  I Goesti Ktoet Djelantik (1800-1849) dan Anak Agoeng Made Djelantik, putra pertama Bali studi ke laar negeri, meraih gelar dokter tahun 1946. Dr. Anak Agoeng Made Djelantik selain sarjana pertama, juga dokter pertama asal Bali.

I Goesti Ketoet Djelantik adalah nama paling tenar dan legendaris di Bali. I Goesti Ktoet Djelantik aktif terlibat dalam Perang Bali (1846-1849). I Goesti Ktoet Djelantik lahir di Boeleleng 1800 dan wafat di Djagaraga tahun 1949. Berdasarkan kepemimpinannya dalam perang melawan Pemerintah Hindia Belanda, pada tahun 1993 Pemerintah Republik Indonesia menetapkan I Goesti Ketoet Djelantik sebagai pahlawan nasional Indonesia (SK Presiden RI No. 077/TK/Tahun 1993). Anak Agoeng Made Djelantik juga memiliki prestasi sendiri. Anak Agoeng Made Djelantik dapat dikatakan sebagai pembuka pintu bagi putra-putri Bali untuk studi lebih tinggi.

Bagaimana sejarah trah Djelantik di (pulau) Bali? Tentu saja tidak hanya I Goesti Ktoet Djelantik dan Anak Agoeng Made Djelantik. Sangat banyak dan tentu saja tidak seragam. Yang jelas nama Djelantik unik (khas). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 09 Agustus 2020

Sejarah Pulau Bali (31): Pemerintahan di Bali; Sejak VOC, Hindia Belanda, Inggris, Jepang, NICA hingga Republik Indonesia

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disin

Seperti di wilayah lain, kekuasaan di Bali berawal dari pemerintahan di bawah rezim kerajaan-kerajaan. Antar satu kerajaan yang saling bermusuhan menyebabkan Pemerintah Hindia Belanda (yang berpusat di Batavia) membentuk cabang pemerintahannya di Bali utara (di Boeleleng dan di Djembrana) tahun 1846 dengan ibu kota Boeleleng (dan kemudian relokasi ke Singaradja). Pada tahun 1908 semua kerajaan-kerajaan di Bali selatan dilikuidasi dan Pemerintah Hindia Belanda membentuk cabang pemerintahan yang baru dengan ibu kota di Denpasar.

Tidak ada hubungan yang paling mesra antara Belanda dengan kerajaan-kerajaan di nusantara sejak era VOC, kecuali radja-radja di Bali. Hubungan baik antara Belanda dengan radja-radja Bali bermula dari perjanjian kerjasama antara Belanda dengan Radja Bali sejak 1597.  Hubungan baik tersebut tetap terjaga hingga awal Pemerintah Hindia Belanda sebelum Inggris menduduki Jawa (1811-1816). Pada tahun 1914 pemerintah pendudukan Inggris sempat berseteru dengan radja Karangasem. Setelah Pemerintah Hindia Belanda berkuasa kembali, hubungan baik radja-radja Bali terjalin kembali. Namun muncul perselisihan antara Pemerintah Hindia Belanda dengan radja Boeleleng yang didukung Radja Karangasem. Perselisihan ini menjadi terbuka pada tahun 1846 yang menjadi pangkal perkara Pemerintah Hindia Belanda membentuk cabang pemerintahan di Boeleleng (dan daerah Djembrana, bawahan Boeleleng).

Lantas bagaimana sejarah pemerintahan di pulau Bali. Yang jelas pembentukan cabang Pemerintah Hindia Belanda di Bali selatan (Zuid Bali) relatif bersamaan dengan pembentukan cabang pemerintahan di Noord Tapanoeli dan Atjeh. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.

Sabtu, 08 Agustus 2020

Sejarah Pulau Bali (30): Sejarah Hotel di Pulau Bali, Losmen Pertama di Buleleng; Rabindranath Tagore hingga Ir. Soekarno

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disin

Pulau Bali telah menjadi salah satu destinasi wisata yang penting. Satu bentuk pendukungnya yang terpenting tempo doeloe adalah ketersediaan akomodasi (tempat menginap dan layanan makanan dan minuman). Tempat akomodasi yang tersedia awalnya hanya ditemukan di Boeleleng dan kemudian berkembang ke seluruh penjuru pulau, Tempat akomodasi yang pertama di Boeleleng tersebut adalah sebuah losmen (logement) yang dibangun pada tahun 1888.

Sejarah hotel di pulau Bali tentu saja tidak hanya di Koeta dan Denpasar. Di kota-kota utama di Bali (di wilayah Badoeng, Tabanan, Djembarana, Gianjar, Kloengkong, Karangasem, Bangli, Mangwi dan Boeleleng) sudah sejak lama sudah tersedia berupa logement (losmen). Awalnya losmen-losmen yang memiliki istal kuda itu dibangun pemerintah lalu kemudian diikuti oleh para investor baru dengan menyediakan kendaraan kereta kuda. Para investor baru berasal dari berbagai bangsa. Losmen-losmen awal tersebut kemudian dikembangkan menjadi hotel modern.

Lantas bagaimana sejarah perhotelan di pulau Bali? Yang jelas dimulai dari suatu penginapan dalam bentuk losmen (logement). Berita keindahan Bali sudah mendunia, perkembangan hotel seiring dengan meningkanya minat wisatawan datang ke Bali. Bahkan Rabindranath Tagore tak mampu menahan diri di Soerabaja untuk meneruskan perjalannya ke Bali (lihat De Sumatra post, 29-08-1927). Tentu saja Presiden Soekarno merasa perlu membangun hotel mewah di Bali. Semua itu, sejauh ini kurang terinformasikan. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.