*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini
Perang adalah praktek kuno yang terus berlangsung sepanjang masa. Perang adalah cara politik untuk mencapai tujuan: menghancurkan, mempertahankan diri, menguasai, menciptakan keamanan, perdamaian dan sebagainya. Seperti di wilayah lain, juga terjadi di Bali, sejak jaman kuno kerajaan-kerajaan hingga era modern (Republiken melawan penjajah Belanda). Perang berbeda setiap era.
Semua Perang Bali adalah fakta masa lalu. Namun sejarah tetaplah sejarah. Sejarah adalah narasi fakta dan data. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Dalam sejarah perang di Bali, kita coba lagi ringkas semua perang yang terjadi di Bali dari permulaan sejarah hingga berakhirnya sejarah perang. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Perang Banjoewangi: Era VOC
Pada tahun 1633 ada laporan pedagang VOC di Bali bahwa kerajaan Bali akan menyerang Mataram (lihat Het Gezantschap Naar Bali, Onder den Gouverneur Generaal Hendrik Brower, in 1633 yang dimuat pada majalah Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indie, 1856). Tidak begitu jelas menyerang Mataram apakah menyerang pusatnya di pedalaman Jawa atau cabang-cabang pemerintah kerajaan Mataram seperti pantai utara Jawa (dan Madura) atau Lombok atau menghadang Mataram di Blambangan dan Panaroekan. Sebab sebelumnya Mataram (bersama orang Moor) sudah menaklukkan banyak kota penting seperti Soerabaja, Pasaroeang, Gricee dan Toeban.
Laporan ini segera direspon oleh pemerintah VOCdi Batavia. Sebab Bali dan VOC memiliki musuh yang sama. Juga tidak diketahui apa motif Bali menyerang Mataram apakah karena Mataram yang sangat kuat di Lombok dan timur pulau Jawa atau apakah Bali sangat khawatir pengaruh Islam akan ke Bali melalui para pedagang-pedagang Mataram (yang termasuk orang-orang Arab) di pantai timur Jawa dan Lombok? Yang jelas tawaran VOC ini diterima Bali. Sebagaimana diketahui hubungan VOC dengan Bali sudah ada tempo doeloe bahkan sejak era Cornelis de Houtman. Hubungan itu semakin intens setelah Belanda berhasil menaklukkan Ambon tahun 1605. Namun setelah pos utama VOC dipindahkan dari Ambon ke Batavia (1619) hubungan Belanda-VOC sepi (tidak ada lagi pedagang VOC di Bali).
Respon VOC terhadap Bali ini menyebabkan Gubernur Jenderal Hendrik Brouwer mengirim segera utusan ke Bali sekaligus untuk membuka kembali kedubes (pedagang VOC) di Bali yakni dengan membawa beras satu kapal besar yang baru datang dari Siam [kini Thailand]. Musuh Belanda tidak hanya Mataram tetapi juga Portugis (yang berbasis di Malaka) yang mana para pedagang Portugis masih ada di timur pulau Jawa. Munculnya kolaborasi Portugis dan Mataram akan memperburuk posisi VOC, karena itu menjalin kembali hubungan diplomatik dengan Bali adalah langkah strategis.
Untuk menaklukkan Mataram jelas Bali tidak akan mampu. Karena dalam banyak hal Mataram lebih unggul dari Bali apakah jumlah kapal, jumlah tentara dan posisi wilayah. Bagaimana Bali bersemangat untuk melawan Mataram tentu saja hanya karena faktor (kerajaan) Blambangan yang beragama Hindoe (terakhir di pulau) Jawa akan memperlemah kedudukan Hindoe di Bali. Jadi, perlawanan Bali terhadap Mataram adalah merebut kerajaan Blambangan (Hindoe) dari kemungkinan jatuhnya Blambangan ke tangan Mataram. Tawaran VOC untuk membentuk aliansi dengan Bali adalah saling menguntungkan.
Radja Bali tampaknya harus bersabar untuk melawan Mataram (menaklukkan Blambangan). Kekuatan Mataram masih kuat. Strategi VOC tidak sedang memprioritaskan (kerajaan) Mataram tetapi menghadapi persoalan yang muncul di kerajaan Gowa (Makassar).
Penaklukkan Banjoewangi, dapat dikatakan bukan perang melawan penduduk (kerajaan) Banjoewangi, tetapi lebih tepat dianggap sebagai perang terhadap Mataram (Islam) untuk melindungi Banjoewangi yang beragama Hindoe. Secara historis, penduduk Banjoewangi sudah sejak lama menyeberang ke Bali (sebagai pelarian dari pengaruh Islam yang semakin menguat di pedalaman Jawa (Mataram). Bali dan Banjoewangi dalam hal ini sudah terhubung sejak lama. Seperti kita lihat nanti, Bali melakukan invasi ke Lombok dalam perspektif yang sama (membendung pengaruh Islam yang semakin menguat di Lombok).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Karangasem di Lombok
Pada Peta 1660 Bali adalah sebuah pulau. Pulau di sisi timur Bali masuk wilayah kerajan Lombok Selaparang (kini dikenal sebagai pulau Penida). Kerajaan Lombok Selaparang sudah beragama Islam, paling tidak menurut catatan Cornelis de Houtman (1597) bahwa (keradjaan) Djepara sudah membentuk koloni di Lombok sejak 1593. Pantai utara pulau Penida saat itu besar dugaan adalah pos perdagangan Lombok Selaparang di selatan (selat Lombok) dalam perdagangan dengan Bali selatan. Dalam peta-peta selanjutnya, pulau Penida menjadi bagian dari pulau Bali.
Sebelum Perang Gowa (1667), Pemerintah VOC telah merelokasi gunernurnya dari Sombaopoe (Makassar) ke Bima (pulau Soembawa). Setelah Pemerintah VOC menaklukkan Gowa dan menghancurkan kota Sombaopoe, Pemerintah VOC kemudian membentuk koloni di Celebes dengan membangun benteng Amsterdam di Oedjoengpandang. Pasca Perang Gowa ini diduga Pemerintah VOC memberi jalan bagi Bali untuk menduduki Blambangan. Ini berarti Bali telah menunaikan niat awalnya sebelum membentuk aliansi dengan Pemerintah VOC. Dalam peta-peta sebelumnya disebut selat Blambangan kemudian bergeser menjadi selat Bali (dan selat Bali menjadi selat Lombok dan selat Lombok menjadi selat Alas, bukan selat Soembawa). masuknya Bali ke Oosthoek (Blambangan). Langkah selanjutnya, Pemerintah VOC mulai memantapkan diri untuk menaklukkan Mataram (di pedalaman) dengan telebih dahulu menguasai pantai-pantai utara Jawa (paling tidak sudah ada Bali di Oosthoeek). Untuk membentuk kekuatan militer untuk perang ke Jawa, Pemerintah VOC terus mempertahankan pasukan-pasukan Bone, Boeton, Ternate-Ambonia dan Bali untuk memperkuat militernya. Sementara Pemerintah VOC sibuk untuk menguasai Jawa, Bali yang sebelumnua sudah mengokupasi Oosthoek mulai melakukan invasi ke pulau Lombok (sisa Mataram atau sisa Djepara). Paling tidak Bali sudah mengokupasi wilayah pantai barat pulau Lombok.
Seperti halnya faksi-faksi yang berbeda di Bali dalam soal politik dengan hubungannya dengan Pemerintah VOC yang lalu terbentuk kerajaan-kerajaan baru, idem dito di pulau Lombok terbentuk kerajaan-kerajaan baru. Seperti halnya antara kerajaan saling bermusuhan di Bali, juga di Lombok kerajaan mulai saling bermusuhan. Satu pihak di Lombok memberi jalan bagi kerajaan Soebawa masuk ke Lombok. Boleh jadi itu karena Bali sudah mulai menguat di pantai barat Bali. Kerajaan Lombok Pedjanggik (yang menjadi seteru kerajaan Lombok Selaparang) dalam posisi tertekan meminta bantuk Bali.
Keradjaan Lombok Pedjanggik berhasil menghancurkan kerajaan Lombok Selaparang dengan menggunakan tangan kerajaan Karangasem. Tidak sampai disitu, keradjaan Karangasem yang dibantu oleh sekutunya dari Bali. Menguasai Lombok sepenuhnya tidak cukup dengan hanya mengusir kerajaan Soembawa dari Lombok, Bali yang di Lombok juga ingin menghancurkan Soembawa, namun hal itu dihalangi oleh Pemerintah VOC (di Bima). Seperti kita lihat nanti gangguan Soembawa di Lombok terjadi dalam hubungannya dengan kerajaan Bali Selaparang.
Praktis Bali telah menguasai seluruh Lombok pada tahun 1740. Lalu lambat laut pangeran-pangeran kerajaan Pedjanggik berada di bawah subordinasi kerajaan Bali Karangasem. Hal ini sehubungan dengan terbentuknya kerajaan Bali di Lombok. Kerajaan Lombok (Selaparang dan Pedjanggik) tamat.
Dalam perkembangannya kerajaan Karangasem di Lombok tidak sendiri tetapi muncul tiga kerajaan lainnya yakni Mataram, Pegasangan dan Pagoetan. Seperti kita lihat nanti empat penguasa di Lombok ini kemudian terjadi perselisihan yang hingga akhirnya hanya tinggal satu penguasa tunggal yakni Mataram (menjadi kerajaan Bali Selaparang).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Melawan Inggris, 1814
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Boeleleng (1846), Djagaraga (1848) dan Koesamba (1849): Pemerintah Hindia Belanda
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Bandjar, 1868
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Badoeng (1906) dan Perang Kloengkoeng (1908)
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Kemerdekaan: NICA, 1949
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Lainnya
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar