*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini
Nama Djelantik [Jelantik], seperti nama marga Harahap di Tapanoeli, adalah nama yang unik. Setiap pengguna nama Djelantik pasti terhubung satu sama lain. Nama Djelantik adalah nama khas dari Bali. Nama Djelantik juga nama jaminan mutu, semisal nama pahlawan Bali I Goesti Ktoet Djelantik (1800-1849) dan Anak Agoeng Made Djelantik, putra pertama Bali studi ke laar negeri, meraih gelar dokter tahun 1946. Dr. Anak Agoeng Made Djelantik selain sarjana pertama, juga dokter pertama asal Bali.
Bagaimana sejarah trah Djelantik di (pulau) Bali? Tentu saja tidak hanya I Goesti Ktoet Djelantik dan Anak Agoeng Made Djelantik. Sangat banyak dan tentu saja tidak seragam. Yang jelas nama Djelantik unik (khas). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Nama Djelantik: Goesti Ktoet Djelantik
Sejak kapan nama Djelantik muncul? Pada ekspedisi militer Pemerintah Hindia Belanda tahun 1846 (permulaan Perang Bali) yang teridentifikasi adalah Radja van Boeleleng, Goesti Ngoerah Made Karang Asem (lihat Javasche courant, 07-07-1846). Dalam laporan ekspedisi militer ini belum/tidak mengidentifikasi nama Djelantik. Disebutkan kraton radja van Boeleleng dibakar penduduk, radja sendiri melarikan diri ke pegunungan.
Pada tahun 1800 penguasa Boeleleng adalah Goesti Nengah Boengkal (vassal dari Karangasem) yang diganti pada tahun 1804 oleh Goesti Gede atau Wajan Karangasem. Pangeran ini melawan orang Bugis di Djambrana dan berhasil menaklukkannya yang mana pangeran Djembrana ditangkap yang kemudian digantikan oleh putra Goesti Gede (Goesti Ngoerah Djambrana) sebagai bupati di Djembrana. Goesti Gede juga ingin menguasai Banjoewangi, tapi dihalangi oleh Inggris. Pada tahun 1813, saudara laki-lakinya, Njoman Karangasem, dibunuh dengan alasan bahwa dia, pemimpin ekspedisi melawan Banjoewangi, tidak berperilaku baik. Pada kesempatan berkunjung di Djambrana dibunuh disana oleh bupati dan digantikan 1818 oleh Goesti Pahang, putra pangeran Karangasem, seorang amphionic terkenal. Sifat kejamnya terus berlanjut untuk semua jenis tindakan terlarang. Pada tahun 1823 dia bersama punggawanya dihasut untuk melawan pemerintah Karangasem. Dia tewas oleh Goesti Lanang. Sebagai penggantinya tahun I823 adalah Goesti Made Sori, diganti namanya menjadi Goesti Gdé Karangasem yang berkedudukan di istana Singaradja. Namun dia tidak disukai oleh penduduk Boeleleng. Pada tahun I825 dia terpaksa mengungsi ke Lombok dan sebagai pengantinya adalah Goesti Madé Karangasem, kakak pangeran Karangasem. Sebagai gubernur (rijksbestierder) adalah Goesti Ktoet atau Bagoes Djelantik. Sementara itu pada tahun 1800 penguasa Karangasem adalah Goesti Gedé Karangasem, juga sebagai gubernur Lombok, dimana putra tertuanya Goesti Gedé Djelantik Sasak yang lebih dikenal sebagai Goesti Gede Lanang Karangasem, bertanggung jawab atas namanya. Goesti Gedé Karangasem menaklukkan Boelèlèng dan mengangkat salah satu kerabatnya, Goesti Nengah Boengkal, sebagai bupati di Boeleleng lalu kemudian digantikan oleh putranya (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1878). Catatan: Pada tahun 1846 Radja Bali Selaparang mengirim pasukan untuk membantu Pemeruintah Hindia Belanda untuk menghukum radja Boeleleng.
Perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda terus berlanjut. Peran itu digantikan oleh Goesti Ketoet Djelantik, sang Gubernur. Pada tahun 1849 Goesti Ketoet Djelantik wafat. Perang Bali (1846-1849) berakhir. Pemerintah Hindia Belanda mengajukan perjanjian (kontrak baru) yang diwakili oleh Asisten Residen Banjoewangi Jhr. T. van Capellen (lihat Nederlandsche staatscourant, 22-12-1849).
Bupati Boeleleng dan Djembrana; Raja-raja Bali |
Goesti Ngoerah Ktoet Djelantik, Bupati Boeleleng
Selain nama trah Djelantik tetap eksis di Boeleleng, nama Goesti Ngoerah Ktoet Djelantik yang diangkat Pemerintah Hindia Belanda sebagai bupati di Boeleleng pelan tapi pasti menjadi populer.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar