Senin, 18 Mei 2020

Sejarah Bogor (62): Sejarah Caringin Bogor; Nama Caringin Ada di Sukabumi, Cianjur, Garut, Cirebon, Pandeglang dan Bandung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini
 

Nama Caringin tidak hanya satu. Selain di Bogor, juga antara lain terdapat di Sukabumi, Garut, Kota Bandung, Cirebon dan Banten. Oleh karena letaknya satu sama lain tidak berjauhan dan berada di wilayah Jawa bagian barat, tentu saja tidak berdiri sendiri dan diduga terkait satu dengan yang lainnya. Caringin yang mana yang lebih tua? Di Kota Bogor terdapat nama kampong tertua yang namanya Ciwaringin.

Kampong Tjaringin (Peta 1901)
Seperti halnya di Kabupaten Bogor, nama Caringin di Kabupaten Garut dan Kabupaten Sukabumi juga ditabalkan menjadi nama kecamatan. Di Kabupaten Cianjur, kabupaten Indramayu nama Caringin hanya nama suatu desa. Di Kota Bandung, Caringin adalah nama suatu kelurahan. Tentu saja banyak nama kampong disebut Caringin. Kecamatan Caringin di Kabupaten Bogor kini terdiri dari 12 desa/kelurahan, yakni:  Caringin, Ciderum, Ciherang Pondok, Cimande Hilir, Cimande, Cinagara, Lemah Duhur, Muara Jaya, Pancawati, Pasir Buncir, Pasir Muncang dan Tangkil. Diantara nama-nama kampong ini, Tangkil termasuk salah satu kampong tertua di Caringin.

Lantas apa hebatnya Caringin Bogor? Tentu saja itu mengundang penasaran. Nama Caringin tempo doeloe terkenal, bukan karena Cinagara (bukan pecinan, Chinatown) tetapi karena keberadaan taman Tjimalati dan stasion kereta api Maseng. Tjimalati kerap dikunjungi oleh orang Eropa-Belanda untuk rekreasi. Lalu bagaimana dengan Cimande? Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 17 Mei 2020

Sejarah Bogor (61): Sejarah Cigombong di Land Srogol; Sungai Tjiletoeh Dibendung Kini Menjadi Danau Tjigombong (LIDO)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini

Wilayah perbatasan adakalanya dipandang sebelah mata dan dianggap pintu belakang. Sejatinya wilayah-wilayah perbatasan Bogor (Buitenzorg) yang dialui jalan raya adalah pintu gerbang. Namun itu tidak cukup. Wilayah-wilayah perbatasan seakan terpinggirkan dan hanya ada dalam hati: Jauh di mata, dekat di hati. Itulah tentang riwayat Cigombong nun disana di perbatasan antara wilayah Bogor dan wilayah Sukabumi.

[Tji]gombong (Peta 1901)
Wilayah perbatasan Bogor yang dianggap sebagai pintu gerbang tidak hanya satu dua buah, tetapi tiga buah atau lebih. Selain Cigombong, juga Cisarua, Djasinga, Cibinong, Bojong Gede, Cilengsi, Gunung Sindur dan lainnya. Oleh karena wilayah perbatasan adalah area terjauh dari pusat (Bogor) adakalanya area tersebut dianggap sebagai remote area (kurang terperhatikan). Idem dito dengan area di sebelahnya yang juga kurang terperhatikan.

Sebagaai wilayah perbatasan, apakah Cigombong memiliki sejarah? Seperti halnya Jasinga dan Cisarua, sejarah Cigombong sangat mempesona. Banyak situs penting di Cigombong. Kampung Tjigombong sejak tempo doeloe dilalui jalan besar; juga dilalui jalur kereta api dengan stasion pemberhetian; dan kawasan Tjigombong adalah kawasan perkebunan. Tentu saja tidak hanya itu, di kampong Tjigombong tempo doeloe sungai Tjiletoeh dibendung yang kemudian menjadi danau Tjigombong (Lido). Untuk itu dan untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 16 Mei 2020

Sejarah Bogor (60): Sejarah Pancasan di Bogor; Jembatan Empang Menuju Pasir Kuda dan Kotabatu di Lereng Gunung Salak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Pancasan di Kota Bogor tidak ada yang menulisnya. Kampong ini terbentuk setelah kampong Empang dan kampong Bondongan eksis. Kampong Pantjasan berada di seberang sungai Tjisadane di lereng gunung Salak. Kampong Pantjasan menjadi pintu masuk (gate) menuju Pasir Koeda dan Kota Batoe. Kampong Pantjasan belumlah setua yang dibayangkan. Nama Pantjasan tidak hanya di Bogor, juga ditemukan di Jawa.

Kampong Empang (Peta 1772)
Ada yang menulis kampong Pantjasan sudah eksis 375 tahun sebagai tempat pembuatan gong dan alat musik gamelan. Pada masa ini di Pancasan terdapat Gong Factory. Disebutkan pemilik Gong Factory turun temurun, sekarag generasi keenam sejak pertama kali berdiri. Lantas bagaimana eksistensi 375 tahun dihitung dengan usia enam generasi. Jika satu generasi, katakanlah 30 tahun, maka 6 x 30 tahun = 375 tahun? Entahlah. Boleh saja setiap orang membuat perhitungan sendiri.

Sejarah adalah narasi fakta dan data. Lantas seperti apa sejarah Pancasan? Apa pentingnya sejarah Pancasan? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin tidak penting-penting amat, tetapi sebagai bagian dari sejarah Bogor, sejarah Pancasan menjadi tidak bisa dilupakan. Satu yang penting di awal, jembatan Pancasan dibangun pada tahun 1843 (177 tahun yang lalu). Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bogor (59): Sejarah Bondongan dan Nama Tempat yang Benar; Bendongan dan Bandongan, Bandoengan dan Bendoengan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini

Apakah Bondongan memiliki sejarah? Tentu saja ada, tetapi tidak hanya sekadar toponimi dan Taman Makam Pahlawan. Topografi wilayah Bondongan sebenarnya telah menceritakan sejarahnya sendiri. Tempo doeloe, sungai Tjikpakantjilan dibendung di beberapa titik untuk melembabkan sawah-wawah yang baru dicetak dan kebun-kebun buah-buahan yang baru ditanam. Di area inilah muncul perkampongan yang baru: kampong Bondongan.

Kampong Bondongan (Peta 1900)
Pernah ke Bondongan? Jika dari gunung Salak dimulai dari Empang melalui Bondongan (kini jalan Pahlawan) menuju (jalan) Batutulis. Ke arah kiri menuju jalan Siliwangi (Sukasari), ke arah kanan menuju jalan Lawang Gintung (terus ke jalan Siliwangi). Sebaliknya dari pantai (Jakarta) melalui jalan Pajajaran, di Sukasari berbelok ke jalan Siliwangi. Simpang kiri pertama jalan Lawang Gintung dan simpang kiri berikutnya jalan Batutulis. Terusan jalan Batutulis menuju jalan Lawang Ginting, namun jika belok kanan masuk jalan Bondongan.

Nama kampong Bondongan tidak hanya di daerah aliran sungai Tjipakantjilan, tetapi juga ditemukan di Jawa [Bendongan]. Di daerah aliran sungai Tjitaroem di dataran tinggi Priangan juga terdapat nama tempat Bandong [Bandoeng], pada posisi dimana sungai Tjikapoendong jatuh ke sungai Tjitaroem. Di Batavia [Meester Cornelis] ada juga nama tempat yang disebut Bendoengan [Oedik dan Ilir]. Okelah. Kita kembali ke sejarah kampong Bondongan. Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 15 Mei 2020

Sejarah Bogor (58): Kampong Tanah Sareal Kini Jadi Nama Kecamatan; Diakuisisi oleh Pemerintah untuk Bangun Jalan Jembatan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini

Nama Tanah Sareal tidak hanya di Bogor tetapi juga di Jakarta. Nama kampong Tanah Sareal tempo doeloe di Buitenzorg kini dijadikan nama kecamatan di Kota Bogor. Sementara nama kampong Tanah Sareal tempo doeloe di Batavia kini menjadi nama kelurahan di kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Kecamatan Tanah Sareal (yang kini masuk Kota Bogor) awalnya dibentuk dari pemekaran kecamatan Kedung Halang (Kabupaten Bogor).

Kampong Tanah Sareal, Buitenzorg (Peta 1900)
Pada masa ini Kecamatan Tanah Sareal terdiri dari 11 kelurahan, yaitu: Cibadak,    Kayu Manis, Kebon Pedes, Kedung Badak, Kedung Jaya, Kedung Waringin, Kencana, Mekarwangi, Sukadamai, Sukaresmi dan Tanah Sareal. Diantara nama kelurahan ini nama paling tua adalah kampong Kedong Waringin (since 1701), lalu disusul kampong Kedong Badak (since 1745) dan baru kemudian menyusul nama-nama kampong Tanah Sareal (1810) dan kampong Kebon Pedes.

Lantas apa hebatnya kampong Tanah Sareal di Buitenzorg dibandingkan kampong Tanah Sareal di Batavia? Yang jelas sebagian lahan dari land Kedong Badak dibeli pemerintah untuk pembebasan lahan dalam rangka pembangunan jalan dan jembatan di Buitenzorg. Area Tanah Sareal ini kemudian seakan terjepit diantara land Kedonghalang dan land Kedongbadak. Sebagai bagian dari district Buitenzorg, kemudian Pemerintah Hindia Belanda memasukkan kampong Tanah Sareal menjadi bagian wilayah Gemeente (Kota) Buitenzorg. Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bogor (57): Alun-Alun Kota Bogor di Tiga Lokasi; Pindah ke Empang dan Kini Dibangun di Taman Ade Suryani Nasution


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini

Alun-alun kota biasanya tidak berubah sepanjang waktu. Lantas apakah ada aloon-aloon Kota Bogor? Ada. Akan tetapi kurang terinformasikan. Bahkan jika dihitung masa kini, ketika Kota Bogor membangun alun-alun kota, sesungguhnya pembangunan alun-alun kota yang baru ini adalah relokasi yang kedua kali. Apa sebab sesungguhnya yang terjadi? Banyak kepentingan. Relokasi yang pertama dari tengah kota ke pinggiran di Empang untuk mengusir penduduk pribumi dari tengah kota. Relokasi yang kedua (sekarang) kembali ke tengah kota. Tidak dalam rangka mengusir warga kota, tetapi harus menggusur Taman Ade Irma Suryani Nasution dan patung Kapten Muslihat.

Aloon-Aloon kota Buitenzorg (Peta 1880)
Kapten Muslihat adalah pahlawan yang mempertahankan Kota Bogor dari perang kemerdekaan Indonesia. Kapten Muslihat gigur pada tanggal 25 Desember 1945 pada usia masih muda 19 tahun. Komandan Kapten Muslihat adalah Kolonel Abdul Haris Nasution (Panglima Siliwangi). Ade Irma Suryani Nasution adalah putri Jenderal Abdul Haris Nasution. Ade Irma Suryani Nasution gugur pada tanggal 6 Oktober 1965 pada usia 5 tahun. Ade Irma Suryani Nasution terbunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G 30 S/PKI) dengan sasaran tembak Jenderal Abdul Haris Nasution. Untuk mengabadikan nama mereka Pemerintah Kota Bogor membangun Taman Ade Irma Suryani Nasution dimana di dalamnya dibangun patung Kapten Muslihat. Taman Ade Irma Suryani Nasution tidak hanya di Kota Bogor tetapi juga terdapat di Kota Cirebon dan kota Kebayoran Baru, Jakarta.

Mengapa begitu penting keberadaan alun-alun kota? Banyak kegunaan. Kegunaan yang pertama adalah mempercantik ruang spasial kota. Kedua, untuk dijadikan ruang sosial warga kota. Ketiga, untuk dijadikan tempat monumen tertentu (biasanya monumen yang terkait perjuangan bangsa). Lantas seperti apa alun-alun kota Bogor terdahulu? Nah, itu dia. Itu penting karena dapat dibandingkan dengan alun-alun Kota Bagor yang baru. Untuk menambah pengetahuan dan untuk meningkatkan wawasan sejarah nasional Indonesia, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.