Rabu, 28 Juni 2023

Sejarah Dewan di Indonesia (27): Menjelang Detik Berakhir Volksraad; Fraksi Nasionalis Berjuang Mencapai Kemerdekaan Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Dewan di Indonesia di blog ini Klik Disini

Dewan rakyat (Volksraad) dimulai 1918. Namun dalam perjalanannya, Volskraad harus pula berakhir tahun 1942 sehubungan dengan takluknya Pemerintah Hindia Belanda kepada (pendudukan militer) Jepang. Apa yang terjadi di Volksraad pada akhir masanya, tetntu saja menarik untuk diperhatikan. Bagaimana itu berakhir tidak terinformasikan.


Selama periode 1927-1941, Volksraad hanya pernah membuat enam undang-undang, dan dari jumlah ini, hanya tiga yang diterima oleh pemerintahan Hindia Belanda. Sebuah petisi Volksraad yang ternama adalah Petisi Soetardjo. Soetardjo adalah anggota Volksraad yang mengusulkan kemerdekaan Indonesia. Dominasi kolonial pada masa itu hampir mencakup semua aspek, sampai pada forum-forum resmi harus menggunakan Bahasa Belanda, padahal sejak Kongres Pemuda II (1928) bahasa Indonesia disepakati sebagai bahasa persatuan yang menjadi salah satu alat perjuangan kalangan pro-kemerdekaan. Untuk itulah Mohammad Hoesni Thamrin mengecam pedas tindakan-tindakan yang dianggap mengecilkan arti bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia dalam sidang-sidang Volksraad diperbolehkan sejak Juli 1938. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah detik-detik berakhir Volksraad? Seperti disebut di atas bermula 1918 tetapi harus berakhir pada tahun 1942. Pada fase terakhir Volksraad ini fraksi nasionalis berjuang dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Lalu bagaimana sejarah detik-detik berakhir Volksraad? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Dewan di Indonesia (26): PPPKI dan Volksraad; Para Pejuang Indonesia Melalui Partai Coperative - Non Coperative


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Dewan di Indonesia di blog ini Klik Disini

Desentralisasi adalah satu hal, terbentuknya organisasi kebangsaan adalah hal lain lagi. Namun pada akhirnya kedua elemen bernegara ini memiliki arsiran. Organisasi kebangsaan di berbagai tempat dimungkinkan kandidatnya di berbagai dewan mulai dari dewan kota hingga pusat. Dalam perkembangannya berbagai organisasi kebangsaan yang ada membentuk federasi (PPPKI=Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia). Diantara anggota federasi ini ada juga organisasi kebangsaan yang non cooperative (kurang mendukung dewan).


Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) adalah organisasi pergerakan kemerdekaan yang pernah ada di Indonesia. PPPKI merupakan organisasi kumpulan dari beberapa organisasi-organisasi seperti Partai Sosialis Indonesia, Budi Utomo, Partai Nasional Indonesia, Paguyuban Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Pemuda Kaum Betawi, dan Kelompok Studi Indonesia. Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) didirikan dalam sebuah rapat di Bandung pada tanggal 17–18 Desember 1927. Latar belakang didirikannya PPPKI adalah karena tokoh-tokoh pergerakan nasional beranggapan bahwa berjuang melalui masing-masing organisasi tidak akan membawa hasil. Soekarno kemudian mempunyai ide untuk menggabungkan organisasi-organisasi tersebut supaya Indonesia dapat mencapai kemerdekaannya (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah PPPKI dan Volksraad? Seperti disebut di atas, dewan pusat (Volksraad) sudah dibentuk sejak 1918. Namun saat itu organisasi-organisasi kebangsaan Indonesia belum Bersatu sama lain. Pada tahun 1927 dibentuk PPPKI sebagai federasi organisasi-organisasi kebangsaan yang menjadi wadah Bersama. Sebagian organisasi mendukung Volksraad dan Sebagian yang lain tidak. Sebab pejuang Indonesia masih memiliki platform berbeda-beda, ada partai coperative (seperti PBI) dan ada non cooperative (seperti PNI). Lalu bagaimana sejarah PPPKI dan Volksraad? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.