Minggu, 09 Mei 2021

Sejarah Padang Sidempuan (14): Sanusi Pane, Sastrawan Asal Padang Sidempoean; Ajak Boedi Oetomo Berjuang Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Ada tiga tokoh penting di Batavia asal Padang Sidempuan pada dekade 1920 dan 1930 yakni Parada Harahap, Amir Sjarifoeddin dan Sanoesi Pane. Ketiganya sama-sama mengusung pembebasan (kemerdekaan) Indonesia. Parada Harahap sebagai jurnalis revolusioner, Amir Sharifoeddin tokoh pemuda dan juga politikus, sedangkan Sanoesi Pane seorang yang menekuni bidang kesusastraan. Parada Harahap berjuan dengan pena jurnalis, Amir Sjarifoeddin berjuang dengan orasi (pertemuan publik). Sanusi Pane selain berjuang dengan pena juga berjuang dengan orasi. Tiga orator ulung saat itu adalah Soekarno, Amir Sjarifoeddin dan Sanusi Pane.

Sanusi Pane berasal dari keluarga terdidik dari Sipirok. Ayah Sanusi Pane, Soetan Pangoerabaan Pane adalah seorang guru di Padang Sidempoean dan kota-kota lainnya. Soetan Pangoerabaan juga adalah seorang sastrawan lokal di Padang Sidempoean dengan buku romannya yang terkenal Tolbok Haleon, Saudara bernama Armijn Pane juga sastrawan terkenal di Batavia dengan novelnya yang terkenal Belenggu. Adiknya yang bungsu Lafran Pane juga tokoh terkenal, seorang tokoh mahasiswa, pendiri organisasi Himpoenan Mahasiswa Islam (HMI) di Jogjakarta 1947. Prof. Lafran Pane kini telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, sedangkan Sanusi Pane sedang diusulkan. Kakak tertua dari mereka adalah nenek dari Prof Sangkot Marzuki [Batubara] (seorang peneliti hebat, mantan ketua Lembaga Eijkman, Jakarta).

Lantas bagaimana sejarah Sanusi Pane di Indonesia? Sanusi Pane ibarar Dr. Jose Rizal di Filipina. Sanusi Pane tidak hanya mengkritik penjajah (orang Belanda), juga mengkritik rekan-rekan sebangsanya sendiri yang tidak berdiri di barisan perjuangan (kemerdekaan) Indonesia, termasuk mengkritik (pengurus) Boedi Oetomo. Lalu bagaimana Sanusi Pane berjuang? Dengan pena dan orasi. Bagimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.