Senin, 15 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (776): Kerajaan Batak - Kerajaan Jawa; Navigasi Pelayaran Perdagangan di Utara dan Selatan Ekuator


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada artikel sebelum ini fokus pada peradaban awal nusantara (di Jawa dan Batak). Artikel ini fokus pada perluasan peradaban nusantara melalui instrument penting yakni navigasi pelayaran perdagangan. Peningkatan peradaban semakin menguatnya navigasi pelayaran semakin meningkatkan level peradaban. Peradaban awal nusantara di Tanah Batak berada di utara khatulistiwa, di Tanah Jawa di selatan khatulistiwa. Dalam konteks ini dalam sejarah navigasi pelayaran awal nusantara tergambar lalu lintas navigasi pelayaran perdagangan Tanah Batak berada di utara khatulistiwa dan Tanah Jawa di selatan khatulistiwa.


Pada masa ini di Indonesia, daerah yang diasosiasikan dengan daerah navigasi pelayaran (pelaut dan perlayaran) adalah Sulawesi Selatan dan Aceh dan mungkin Riau. Daerah Tanaah Jawa dan daerah Tanah Batak masa ini diasosiakan dengan usaha perrtanian (karena secara geografis berada di pedalaman). Namun daerah Sulawesi Selatan, Aceh dan Riau dalam awal peradaban nusantara tentulah belum dikenal. Yang sudah dikenal dalam bidang navigasi pelayaran di nusantara masih terbatas di Tanah Batak dan Tanah Jawa. Dalam hal ini, pada zaman doeloe, awal peradaban nusantara, kota-kota penting di Tanah Jawa dan di Tanah Batak masih berada di (garis) pantai (wilayah pesisir). Proses sedimentasi jangka panjang, Tanah Jawa dan Tanah Batak pada masa ini terkesan berada di pedalaman. Geomordoligis nusantara pada zaman dulu berbeda dengan masa kini. Secara geomorfologi Tanah Jawa di pantai utara telah berubah dan secara geomorfologis Tanah Batak di pantai timur telah berubah. Sebelum perubahan itulah kita membicarakan navigasi pelayaran perdagangan Tanah Batak dan Tanah Jawa. Wilayah Nusantara itu begitu luas, tampaknya tidak mampu diatasi hanyai dengan satu kerajaan besar, karena itu yang muncul di atas laut-laut Nusantara adalah dua matahari (navigasi pelayaran di utara ekuator adalah matahari dari utara; di selatan khatulistiwa adalah matahari dari selatan).

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Batak dan Kerajaan Jawa memiliki navigasi pelayaran perdagangan di utara dan selatan khatulistiwa? Seperti disebut di atas, peradaban awal yang kuat di nusantara hanya di Tanah Batak dan di Tanah Jawa. Hal itu yang menyebabkan bacigasi pelayaran berkembang di dua wilayah yang berbeda. Lalu bagaimana sejarah Kerajaan Batak dan Kerajaan Jawa memiliki navigasi pelayaran perdagangan di utara dan selatan khatulistiwa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (775): Jawa dan Batak, Peradaban Awal Nusantara; Pusat Percandian di Tanah Batak dan Tanah Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di Nusantara (baca: Indonesia) peradaban awal terjadi sejumlah tempat. Peradaban yang secara khusus hanya terdapat di di Tanah Batak dan di Tanah Jawa. Namun sejarah peradaban awal di Tanah Batak kurang terpublikasikan. Selain hanya di Jawa, narasi sejarah kuno Indonesia (baca: Nusantara) yang monumental hanya di Sumatra bagian selatan (daerah aliran sungau Musi) dan di Sumatra bagian tengah (daerah aliran sungai Batanghari). Mengapa sejarah monumental di Sumatra bagian utara (daerah aliran sungai Batang Pane/Barumun) dikerdilkan?


Pada saat para peneliti sejarah dan ahli arkeologi yang berasal dari orang Belanda, Inggris dan Prancis sibuk mendiskusikan panjang lebar sejarah peradaban awal di Jawan di Siam dan Tiongkok serta Semenanjung Malaya, hanya sayup-sayup mendengar berita penemuan peradaban awal di Sumatra bagian utara (Tanah Batak). Pembahasan awal peradaban din Jawa (Singhasari dan Majapahit) menambah kesunyian dalam penemuan bukti peradaban awal di Tanah Batak di Tapanuli Selatan. FM Schnitger yang belum lama diangkat sebagai kepala dinas kepurbakalaan di Palembang tahun 1935 mendengat itu segera bergegas ke Padang Lawas (Tapanuli Selatan). Tidak ada peneliti lainnya yang ikut bergabung, FM Schnitger bekerja tidak melewatkan dan segera bekerja dengan sendiri. Studinya di Padang Lawas dengan cepat dipantau di Eropa khususnya di London. FM Schnitger, bukan orang Belanda tetapi seorang Jerman. Temuan FM Schnitger kurang terespon oleh peneliti-peneliti Belanda. Boleh jadi dengan nada menyindir FM Schnitger memberi judul buku yang banyak berkontribusi dari hasil penelitiannya di Padang Lawas dengan judul: ‘Forgotten Kingdoms in Sumatra’ yang diterbitkan tahun 1939.

Lantas bagaimana sejarah Jawa dan Batak, dua peradaban awal Nusantara? Seperti disebut di atas, pusat percandian hanya di Tanah Batak dan Tanah Jawa. Di Tanah Jawa ditemukan puluhan candi, di Tanah Batak juga ditemukan belasan candi. Hanya di dua wilayah ini di Indonesia yang memiliki pusat percandian.  Lalu bagaimana sejarah Jawa dan Batak, dua peradaban awal Nusantara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.