Sabtu, 09 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (702): Sisa Kota Inggris di Sabah, Victoria, Weston, Beaufort; James Brooke hingga Baron von Overdeck


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di Indonesia pada era Hindia Belanda adan sejumlah kota dengan (pemberian) nama Belanda seperti Batavia, Buitenzorg, Fort de Kock, Fort van der Capellen dan Fort Hollandia. Namun semua itu telah dikembalikan namanya tahun 1950 dengan nama lama Jakarta, Bogor, Bukittinggi dan Batusangkar serta nama baru diberikan untuk Fort Hollandia sebagai Jayapura. Di Malaysia ada beberapa nama kota yang diberikan Inggris dengan tetap apa adanya yakni antara lain Georgetown di Penang. Tiga nama kota di Borneo Utara yakni Victoria di Labuan dan dua nama kota di Sabah yakni Weston dan Beaufort.


Nama tempat adalah salah satu penanda navigasi pelayaran pada masa lalu. Kota-kota dimana orang Eropa bermukim adakalanya kota yang dibangun dengan memberikan nama sendiri seperti di Indonesia dan di Malaysia. Namun yang menarik dalam hal ini adalah nama-nama kota berbau Eropa di Indonesia telah digantikan, tetapi tidak demikian di Malaysia. Apakah yang menghambat Malaysia mengubah nama kota? Atau apakah yang mendorong Malaysia untuk tetap melestarikan nama-nama kota bernama Eropa? Dengan tetap mempertahankan nama kota seperti Gerogetown di Panang, Victoria di Labuan, serta Weston dan Beufort di Sabah seakan ingin mengingatkan bahwa di Malaysia masih tersisa sejarah Inggris.

Lantas bagaimana sejarah sisa nama kota Inggris di Sabah yakni Victoria, Weston dan Beaufort? Seperti disebut di atas, pada era Inggris di Malaysia, orang-orang Inggris mendirikan kota dengan memberikan nama sendiri. Dua orang Inggris yang digubungkan dalam hal ini adalah James Brooke dan Baron v Overdeck. Lalu bagaimana sejarah sisa nama kota Inggris di Sabah yakni Victoria, Weston dan Beufort? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (701): Negeri-Negeri Tanah Melayu di Semenanjung dan Negeri-Negeri di Borneo Utara; Federasi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Negara (federasi) Malaysia kini dari Perlis hingga Sabah dimana terdapat negeri-negeri. Negara Indonesia dari Sabang hingga Merauke dimana terdapat negeri-negeri. Dua negara ini berbeda sejarah: Indonesia oleh Belanda dan Malaysia oleh Inggris. Dalam pembentukan negara Federasi Malaysia tahun 1863 dalam perjanjian Malaysia Agreement disebut empat negara (Malaya, Singapoera, Sabah dan Serawak). Namun kini isi perjanjian itu Sabah dan Serawak disebut negeri-negeri Melayu. Oranng Sabah dan Serawak meradang.   

Bagi orang-orang di Serawak dan Sabah yang disebut negeri-negeri adalah Selangor, Perak, Pahang dan Johor serta lainnya yang membentuk Federasi Malaya dan telah mendapat kemerdekaan (sebagai suatu negara) pada tahun 1957. Sabah dan Serawak serta Brunai masih berstatus wilayah protektorat Inggris. Dalam pembentukan Federasi Malaysia 1963 Brunai tidak bersedia bergabung dan tetap apa adanya sebagai kesultanan di bawah perjanjian protektorat (yang kemudian menjadi negara). Pada tahun 1965 Singapoera keluar dari Federasi Malaysia dan kemudian membentuk (negara) Republik. Bagaimana dengan Sabah dan Serawak? Tetap sebagai dua negara yang terpisah, tetapi masih tergabung dalam Federasi Malaysia (minus Singapoera). Sebelum wilayah Sabah dikuasai Inggris pada tahun 1878 terdiri dari dua negeri yakni Sabah (eks Kesultanan Brunai) dan Sandakan (eks Kesultanan Sulu).

Lantas bagaimana sejarah negeri-negeri Tanah Melayu di Semenanjung dan negeri-negeri di Borneo Utara? Seperti disebut di atas, Wilayah Semenanjung dan Wilayah Borneo Utara adalah dua wilayah yang berbeda sejarah. Wilayah Borneo Utara yang awalnya satu kesatuan Borneo kemudian terpecah menjadi dua wilayah baru (Serawak dan Sabah). Lalu bagaimana sejarah negeri-negeri Tanah Melayu di Semenanjung dan negeri-negeri di Borneo Utara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.