Sabtu, 14 November 2020

Sejarah Kalimantan (78): Kota Samarinda, Kota Seribu Muara; Sejarah Bagaimana Terbentuknya Muara Baru Sungai Mahakam

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Timur di blog ini Klik Disini 

Muara sungai sudah barang tentu sudah terbentuk sejak jaman kuno. Tentu saja tidak tertutup kemungkinan akan terbentuk muara baru. Hal ini karena adanya proses alam, dimana di muara sungai terjadi proses sedimentasi jangka panjang yang menyebakan sungai mencari jalan menuju laut. Lalu terbentuklah muara baru. Proses pembentukan muara baru inilah diduga mengapa muara sungai Mahakam seakam memiliki seribu muara.

Proses sedimentasi tidak hanya terjadi di muara sungai Mahakam, juga terjadi proses sedimentasi di muara sungai Barito, sungai Kapuas dan lainnya. Tentu saja tidak hanya di pulau Borneo, juga di pantai utara Jawa dan pantai timur pulau Sumatra. Sebagian wilayah kota Jakarta, kota Semarang dan kota Surabaya yang sekarang adalah perairan di teluk yang tertutup daratan karena proses sedimentasi. Seluruh wilayah kecamatan Teluk Naga, kabupaten Tangerang dan kecamatan Muara Gembong, kabupaten Bekasi pada masa lampau adalah teluk dimana sungai Tangerang atau sungai Cisadane dan sungai Karawang atau sungai Citarum bermuara.

Apa menariknya muara sungai Mahakam pada masa ini? Muara sungai Mahakam di Samarinda berbeda dengan muara sungai Barito di Banjarmasin, Pada era kolonial Belanda di Banjarmasin telah dibentuk banyak kanal sehingga pada masa ini Banjarmasin dijuluki sebagai Kota Seribu Sungai. Lalu bagaimana dengan Kota Samarinda, mengapa tidak dibangun kanal dan membiarkan banyak muara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Kalimantan (77): Pesut Mahakam, Mamalia Koetai di Daerah Aliran Sungai Mahakam; Sejarah yang Hampir Punah

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Timur di blog ini Klik Disini

Salah satu hewan khas di daerah aliran sungai Mahakam adalah pesut Mahakam, Pesut atau lumba-lumba ini disebut khas karena hanya terdapat di sungai dan hanya di beberapa tempat. Meski hidup di air sungai, hewan ini tidak termasuk ikan tetapi sejenis mamalia. Pada masa ini, hewan khas Kalimantan Timur ini sudah sangat langka dan nyaris punah. Untuk menjaga kelestarian pesut ini, klub sepak bola asal Kalimantan telah mempromosikan nama pesut di dalam logo klub (Borneo FC).

Di pulau Borneo tentu saja banyak flora dan fauna yang khas. Orang utan selain di pulau Kalimantan, juga ditemukan di Tapanuli dan Aceh. Demikian juga lumba-lumba air tawar yang khas diteukan  di daerah aliran sungai Mahakam. Tidak ditemukan di daerah aliran sungai Barito maupun daerah aliran sungai Kapuas. Oleh karena itu sejenis mamalia ini disebut Pesut (asli) Mahakam. Lumba-lumba air tawar juga ditemukan antara lain di Riau.

Pesut Mahakam (Orcella fluminalis) adalah hewan air yang sudah kuno yang menjadi penghuni asli daerah aliran sungai Mahakam. Bagaimana pesut ada di daerah aliran sungai Mahakam adalah satu hal. Hal yang lain yang lebih penting adalah bagaimana pesut-pesut ini menjaga kelangsungannya. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.