Minggu, 14 Februari 2021

Sejarah Kupang (33): Presiden Soekarno Berkunjung ke Kupang 1950; Kesempatan Berkunjung ke Tempat Pengasingan di Ende

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Presiden (RIS) Ir Soekarno dijadwalkan akan berkunjung ke Indonesia Timur (Oost-Indonesie) pada tanggal 17 April 1950 selama dua minggu (lihat De vrije pers : ochtendbulletin, 01-04-1950). Tempat-tempat yang dikunjungi antara lain: Makasser, Gorontalo, Menado, Ternate, Ambon, Koepang dan Ende yang selanjutnya ke pulau Sumbawa, Lombok dan Bali. Dalam kunjungan kenegaraan ini Presiden Soekarno akan didampingi oleh President van de Negara Indonesla Timu (NIT). Namun rencana ini tidak terlaksana, Mengapa? Yang jelas tidak ada peberitahuan.

Era kolonial Belanda akhirnya  berakhir di meja perundingan, Konferensi Medja Boendar (KMB) di Belanda. Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Itu ada di dalam piagam KMB yang akan berlaku pada tanggal 27 Desember 1949. Namun pengakuan kedaulatan Indonesia itu hanya dinyatakan dalam bentuk Republik Indonesia Serikat (RI)S, bukan (NK)RI. Akan tetapi tidak semua rakyat Indonesia sepakat dengan bentuk RIS. Lalu terjadilah konekasi RI di Djogjakarta dan RIS di Sumatra Timur. Lalu muncul referendum di Sumatra Timur apakah RI atau RIS. Yang menang adalah (NK)RI. Sejak itulah bergulir semangat bersatu rakyat Indonesia dalam wujud NKRI. Negara Pasoendan membubarkan diri kemudian disususul Sumatera Selatan dan Jawa Timur. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS dibubarkan dan pada tanggal 18 Agustus 1950 diproklaasikan NKRI.

Lantas kapan Presiden Soekarno berkunjung ke Kupang? Itu baru terwujud setelah Republik Indonesia Serikat (RIS) dibubarkan dan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam kunjungan kenegaraan ke Kepulauan Sunda Ketjil ini yang dijadwalkan pada tanggal 30 November 1950 tempat yang dikunjungi tidak hanya Kupang, juga Sumba, Waingapu dan Flores (Ende). Bagaimana rencana yang pertama gagal dan rencana yang kedua terwujud? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Kupang (32): Perang Kemerdekaan Indonesia di Timor; Respon Rakyat Timor terhadap Kehadiran Kembali Belanda-NICA

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Perang kemerdekaan Indonesia adalah perang rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan ketika Belanda (NICA) datang kembali. Kehadiran Belanda kembali membuat para pemimpin dan rakyat Indonesia terbelah lagi. Ini seakan kembali pada era sebelum pendudukan militer Jepang, yang mana rakyat Indonesia terbelah (cooperative vs non-cooperative republiken).

Pada era pendudukan militer Jepang, juga rakyat Indonesia terbelah, ada yang cooperative dengan Jepang (seperti Soekarno, Mohamad Hatta dan Parada Harahap) dan ada juga yang non-cooperative seperti Amir Sjarifoeddin Harahap. Pada era kolonial Belanda Soekarno diasingkan di Ende dan Bengkoelen dan Mohammad Hatta diasingkan di Banda, pada masa pendudukan militer Jepang Amir Sjarifoeddin Harahap yang ditahan di penjara Malang. Anti-Jepang seperti politisi Amir Sjarifoeddin Harahap juga dilakukan oleh sejumlah pribumi yang tergabung dalam militer Belanda (KNIL) seperti di Manado dan Koepang. Eks KNIL Koepang ini melakukan gerilya di hutan-hutan pulau Timor hingga mereka terdesak ke Australia (lihat Amigoe di Curacao: weekblad voor de Curacaosche eilanden, 27-04-1943). Eks KNIL lain yang wait en see di masa pendudukan Jepang, seperti TB Simatupang dan Abdul Haris Nasution, bangkit (mengangkat senjata) ketika Belanda (NICA) kembali ke Indonesia. Perang kemerdekaan Indoneisa menjadi harga mati.

Bagaimana sejarah perang kemerdekaan Indonesia di Timor? Seperti disebut di atas pada masa pendudukan Jepang terjadi perang gerilya terhadap militer Jepang, lantas apakah juga terjadi perang gerilya terhadap Belanda (NICA) di masa perang kemerdekaan Indonesia? Sudah tentu, seperti di daerah lain. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.