Tampilkan postingan dengan label Sejarah Papua. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Papua. Tampilkan semua postingan

Rabu, 24 Maret 2021

Sejarah Papua (41): PON 21 Pekan Olahraga Nasional di Papua; Pekan Indonesia, Sejak Perang Kemerdekaan hingga Zaman Now

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini

Pada tahun 2001 ini akan diadakan Pekan Olahraga Nasional (PON), suatu ajang pertemuan para atlit terbaik dari semua provinsi di Indonesia. Pertemuan olahraga nasional yang akan diadakan di kota Jayapura, provinsi Papua adalah puncak pencapaian prestasi nasional untuk mengukur siapa yang menjadi atlit Indonesia di ajang internasional. Dalam hal ini provinsi Papua akan menjadi tuan rumah yang dipusatkan di Kota Jayapura (dan didukung kota Sentani, Mimika dan Merauke, PON di Jayapura ini merupakan PON yang ke-20 sejak PON yang pertama di Kota Solo pada era Perang Kemerdekaan 1948..

Setelah Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama di Solo tahun 1948, penyelenggaraan berikutnya diadakan di Jakarta 1951, Medan 1953, Makassar 1957, Bandung 1961, Jakarta 1965, Surabaya 1969, Jakarta 1973, Jakarta 1977, Jakarta 1981, Jakarta 1985, Jakarta 1989, Jakarta 1993, Jakarta 1996, Surabaya 2000, Palembang 2004, Samarinda 2008, Pekanbaru 2012, Bandung 2016, Jayapura 2021. Setelah penyelenggaran di provinsi Papua, akan diadakan di provinsi Aceh dan provinsi Sumatra tahun 2024.

Lantas bagaimana sejarah PON di Solo hingga Jayapura? Lalu bagaimana partisipasi dan prestasi atlit Papua? Sesungguhnya atlit berprestasi terdapat di semua provinsi termasuk di provinsi Papua dan provinsi Papua Barat. Apa penting latar belakang sejarah PON ini ditulis? Tentu saja sangat berguna untuk melihat partisipasi dan prestasi atlit Papua dari satu PON ke PON berikutnya jelang penyelenggaraan PON di Jayapura. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 23 Maret 2021

Sejarah Papua (40): Wilayah Papua, Daerah Otonomi Khusus; Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Daerah Istimewa Jogjakarta, Aceh

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini 

Wilayah Papua pantas mendapat hak daerah otonomi khusus di Indonesia dan seharusnya demikian. Mengapa? Sejarahnya memang demikian. Ini bermula ketika Hindia Belanda yang juga disebut Indonesia, dalam perundingan antara Belanda dan Indonesia di Den Haag tahun 1949, (pemerintah) Kerajaan Belanda secara (sepihak) sadar menyandera (wilayah) Papua dalam isi perjanjian dan tidak menyerahkan sepenuhnya wilayah Indonesia dan Belanda secara tersembunyi hanya mengakui kedaulatan Indonesia dalam bentuk RIS. Memahami sikap curang Belanda itu, Presiden Soekarno marah besar lalu membubarkan RIS dan kembali ke dalam bentuk (NK)RI dan perjuangan pembebasan wilayah Papua dimulai dan baru berhasil pada tahun 1963.

 

Wilayah Papua selama disandera Belanda (1949-1963) berada di dalam administrasi Pemerintah Belanda. Sementara di wilayah lain Indonesia administrasi pemerintahan sudah di tangan penduduk asli, sedangkan di wilayah Papua yang disandera Belanda administrasi pemerintahan masih di tangan orang-orang Belanda. Orang-orang Papua banyak yang tidak puas karena Belanda bersikap rasial dan tidak adil. Selain itu, di wilayah Papua di bawah rezim Belanda, penyatuan penduduk dihambat dan penduduk antar etnik disekat. Upaya penyatuan penduduk (persatuan dan kesatuan) ini baru muncul pada tahun 1960 yang dipelopori seorang pemuda bernama Frits Maurits Kirihio dengan mendirikan Partai Nasional (sebagaimana dilakukan oleh Soekarno dkk pada tahun 1927 mendirikan Perhimpoenan Nasional Indonesia yang setahun kemudian menjadi Partai Nasional Indonesia).

Lantas bagaimana latar belakang Wilayah Papua menjadi daerah otonomi khusus? Seperti disebut di atas bermula ketika Belanda menyandera wilayah Papua dalam pengakuan kedaulatan Indonesia dalam bentuk RIS tahun 1949 dan upaya terus menerus yang digaungkan Presiden Soekarno untuk pembebasan wilayah Papua (dari penjajah Belanda) hingga berhasil tahun 1963. Untuk memajukan pembangunan di wilayah Papua lebih cepat maka wilayah Papua dijadikan sebagai daerah otonomi khusus sebagaimana sebelumnya Jakarta sebagai ibu kota negara dijadikan sebagai daerah otonomi khusus. Lalu bagaimana dengan daerah istimewa di Jogjakarta dan di Aceh? Itu juga memiliki latar belakang yang terkait dengan Belanda. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Papua (39): Musik Tradisi, Black Brothers, Tielman Brothers dan Panber’s; RMS, PRRI dan Permesta, Timor Leste

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini

Penduduk Papua, seperti halnya penduduk pulau-pulau lainnya di Indonesia secara umum memiliki jiwa seni (musik). Itu diulai dari musik tradisi, sebagai salah satu muara penjiawaan lingkungan sekitar dan sekaligus menjadi sarana untuk mengungkapkan perasaan hati (senang dan duka) lewat lagu. Musik dan lagu tradisi itu bertransformasi menjadi musik modern (band) yang di wilayah Papua pada awalnya direpresentasikan oleh grup band Black Brothers. Saya menikmati musik grup band ini saat duduk di penghujung sekolah dasar dan awal sekolah menengah. Dalam hal ini, groep band Black Brothers adalah bagian dari sejarah Papua.

Groep band Black Brothers bermula dari grup musik Lost Iriantos tahun 1974 yang terdiri empat personil Hengky Mirantoneng Sumanti (vocal en guitar), Benny Bettay (bass), Stevie Mambor (drum) dan Jochie Pattipeiluhu (keyboard) plus Andi Ayamiseba sebagai manajer. Lalu tidak sengaja kehadiran band Panjaitan Bersaudara (Panber’s) di Papua, grup band Lost Iriantos menjadi band pembuka. Benny Panjaitan dari Panber’s menyarankan grup Lost Iriantos hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan kariri. Personil Lost Iriantos tampaknya mengamini pesan Benny. Dalam perkembangannya empat personil band ini merantau ke Jakarta yang mana Andi Ayamiseba sudah lebih awal merantau di Jakarta. Di Jakarta Andi Ayamiseba dkk melengkapi personel dengan mengajak David Rumagesan yang merantau di Jogjakarta sebagai pemain saksofon dan mengundang Amry Kahar dari Sorong sebagai pemain trompet. Dengan formasi baru ini di Jakarta, nama awal Lost Iriantos berganti nama menjadi Black Brothers. Album pertama diluncurkan dengan label Irama Tara yang didalamnya termasuk lagu Kisah Seorang Pramuria (yang mirip lagu The Mercy;s) dan lagu yang bersifat musik tradisi Papua berirama rock berjudul Huembello.

Lantas bagaimana sejarah musik tradisi Papua dan groep band Black Brothers? Seperti disebutkan di atas musik tradisi Papua telah ditransformasikan ke musik modern yang diawali oleh groep band Black Brothers. Lalu bagaimana sejarah lebih lanjut groep band Black Brother van Papua? Kita tidak pernah memahaminya. Namun demikian kita dapat belajar dari berbagai dinamika yang pernah terjadi di Indonesia yang dapat dikaitkan dengan kejadian-kejadian hijrahnya groep musik Tielman Brothers ke Belanda dan munculnya pergolakan di daerah seperti PRRI dan Permesta, Republik Maluku Selatan dan integrasi Timor Leste. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 22 Maret 2021

Sejarah Papua (38): Pahlawan Papua Pulau Salawati, Pahlawan Papua Tidak Satu Saja; Musuh Bersama Penduduk Adalah Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini 

Pahlawan Papua di Salawati, bukanlah Pahlawan Nasional. Para pahlawan Salawati ini telah berjuang melawan Belanda pada era VOC. Sejarah para pahlawan Salawati ini kurang terinformasikan. Yang terinformasikan adalah pahlawan dari pulau Ternate, pulau Jawa, pulau Sulawesi dan pulau lainnya. Yang jelas bahwa sepak terjang pahlawan (pulau) Salawati, langsung tidak langsung telah mengispirasi para pahlawan Papua berikutnya pada era yang berbeda. Pada masa ini pahlawan (asal) Papua di tingkat nasional (Pahlawan Nasional) tidak hanya satu orang.

Dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia, terdapat beberapa orang yang berasal dari Papua. Frans Kaisiepo, seorang pemuda dari Papua yang menginisiasi untuk mengikutkan Papua bergabung dengan NKRI. Frans Kaisiepo adalah orang pertama mengibarkan bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya di Papua, lalu dirinya dipenjara oleh Belanda. Frans Kaisiepo dalam Konferensi Malino di Sulawesi Selatan mengusulkan Papua dan nama Irian sebagai pengganti nama Papua. Silas Papare, aktif mempersatukan Papua dan membebaskan Papua dari cengkraman Belanda. Seperti Frans Kaisiepo, Silas Papare dipenjarakan Belanda dengan tuduhan memobilisasi orang di Papua dengan mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian, namun berhasil melarikan diri ke Yogyakarta dan mendirikan Front Nasional Pembebasan Irian Barat. Silas Papare berpartisipasi  sebagai perwakilan Indonesia dalam Perjanjian New York 15 Agustus 1962. Machmud Singgirei Rumagesan, kepala distrik Kokas menentang  perlakuan Belanda yang semena-mena terhadap penduduk di pertambangan yang menyebabkan dirinya dijatuhi hukuman penjara 15 tahun. Tahun 1953, Rumagesan mendirikan organisasi pembebasan Irian Barat, Gerakan Tjendrawasih Revolusioner Irian Barat yang bertujuan untuk membantu pemerintah Indonesia dalam membebaskan Irian Barat dari Belanda. Marthen Indey berkiprah pada akhir Desember 1945 dengan pasukannya memberontak terhadap Belanda di Irian Barat, dengan bergerilya dan membantu penyelamatan anggota RPKAD selama TRIKORA di Irian Barat. Marthen Indey berpartisipasi sebagai anggota delegasi Indonesia dalam Perjanjian New York. Marthen Indey bersama Frans Kaisiepo pernah menjadi anggota MPRS mewakili Irian Jaya.

Lantas bagaimana sejarah pahlawan Salawati? Seperti disebut di atas, sejarah pahlawan Salawati tidak terinformasikan, tetapi dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam penelusuran sejarah para pahlawan di Papua. Pahlawan Salawati dapat dikatakan pahlawan Papua di masa awal. Pahlawan dalam hal ini adalah penduduk Papua yang berjuang untuk penduduk Papua untuk mengusir pihak asing (Belanda). Okelah kalau begitu. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.