Kamis, 07 April 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (518): Pahlawan Indonesia dan Raden Mas Soemardji Studi Pertanian di Wageningen 1905; Para Pionir

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Orang pribumi tidak hanya sekolah keguruan dan sekolah kedokteran, juga mulai memasuki sekolah pertanian. Siswa yang pertama bersekolah di sekolah pertanian (Landbouwschool) di Wageningen adalah Raden Mas Soemardji dan Baginda Djamaloedin. Sementara itu di Hindia (baca: Indonesia) sudah diselenggarakan sekolah pertanian di Buitenzorg. Apa perbedaan sekolah pertanian di Buitenzorg dan Wageningen? Siapa pribumi pertama yang menjadi insinyur pertanian? Itu baru terjadi setelah di Wageningen didirikan Hoogere Landbouw school. Apakah Zainoeddin Rasad?

Pada masa ini dapat dibaca dalam berbagai tulisan dicatat sebagai berikut: Ir. Zainuddin Rasad adalah seorang ahli pertanian dan politisi Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian dan Persediaan Republik Indonesia. Zainuddin pernah bertugas sebagai Menteri Pertanian dan Persediaan pada Kabinet Sjahrir II dari tanggal 12 Maret 1946 sampai 26 Juni 1946. Zainuddin tidak manjalani tugasnya sampai masa kabinet berakhir karena pada 26 Juni 1946 ia mengundurkan diri. Ia digantikan oleh Darmawan Mangunkusumo sebagai Menteri dan Saksono sebagai Menteri Muda dengan perubahan nama kementerian menjadi Kementerian Kemakmuran. Memasuki masa sekolah, orang tua Zainuddin memasukkannya ke sekolah rakyat atau sekolah sekuler. Ia bersama saudaranya, Jamaluddin, Siti Fatimah dan Dahlan Abdullah kemudian melanjutkan pendidikan ke kota Fort de Kock (Bukittinggi) sekitar tahun 1908-1913. Bertiga dengan Jamaluddin dan Dahlan Abdullah ia menempuh pendidikan di Kweekschool, sedangkan adik perempuannya di Sekolah Keputrian. Selanjutnya, bersama saudaranya, Jamaluddin, ia menempuh pendidikan di Wagenigen, Belanda. Ia di sekolah tinggi pertanian Landbouwhoogeschool, sedangkan Jamaluddin mengambil sekolah menengah pertanian Middelbare Landbouw School di kota yang sama. Zainuddin kemudian meraih gelar sarjana (insinyur) pertanian dan Jamaluddin meraih gelar sarjana muda pertanian. Namun sumber berita lain menyebut, Jamaluddin Rasad-lah sebagai putra Indonesia pertama yang berhasil meraih gelar insinyur pertanian di Negeri Belanda. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Raden Mas Soemardji? Seperti disebut di atas, RM Soemardji bersama Djamaloedin adalah dua pribumi yang studi di Belanda yang memasuki sekolah pertanian di Belanda yang berada di Wageningen. Lalu bagaimana sejarah RM Soemardji? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (517): Pahlawan Indonesia – Awal Para Ahli Belanda Mulai Meneliti Pribumi; Penelitian Kepurbakalaan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Kapan para ahli Belanda mulai menyadari dan melakukan perhatian yang intens terhadap golongan pribumi di di Indonesia (baca; Hindia Belanda)? Yang jelas sejak awal sejak era VOC, orang-orang Belanda kurang peduli terhadap penduduk. Penduduk pribumi hanya dijadikan subjek dalam tujuan mereka keuntungan finansial. Untuk mendukung tujuan tersebut penduduk diberi ruang terbatas untuk bersekolah. Dalam penyelidikan kepurbakalaan tidak ada kaitannya dengan peningkatan martabat penduduk. Hanya semata-mata untuk kesenangan dan ilmu pengetahuan, bahkan hasil-hasil pengumpulan benda-benda purbakala dijadikan komoditi perdagangan. Manusia pribumi tetap tidak menjadi bagian perhatian.

Dinas Kepurbakalaan (Oudheidkundige Dienst) adalah unit birokrasi di dalam pemerintahan Hindia Belanda, dibentuk tanggal 14 Juni 1913 (Staatsblad van Nederlandsch-Indië) nomor 62 tahun 1913) ditempatkan di bawah Departemen Pendidikan, Ibadah, dan Industri Kerajinan. Dinas ini bertugas untuk menyusun, menginventarisasi, serta mengawasi peninggalan purbakala di seluruh wilayah Hindia Belanda. Selain itu, lembaga ini bertugas melakukan penelitian peninggalan-peninggalan masa lampau dari masa prasejarah sampai masa VOC. Pemerintah setempat dan dinas ini juga selalu mengawasi agar tidak ada benda purbakala yang dirusak, dihancurkan, dicuri, atau diekspor secara ilegal. Kantor pusatnya berada di Batavia, dan berada satu gedung dengan Ikatan Kesenian dan Ilmu Pengetahuan Batavia (Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen). Perawatan benda purbakala merupakan tugas bagi kepala pemerintahan daerah sejak abad ke-19, dan kadang-kadang mereka bahkan menerima perintah langsung dari Gubernur Jenderal. Pada tahun 1840, mereka ditugaskan oleh Gubernur Jenderal Carel Sirardus Willem van Hogendorp untuk mengirimkan daftar benda purbakala di daerah pemerintahan mereka masing-masing dan melaporkan segala sesuatu terkait benda tersebut dalam jangka waktu yang singkat. Pengumpulan koleksi pada bidang etnografi baru dilakukan pada tahun 1862, melalui instruksi Gubernur Jenderal Ludolph Anne Jan Wilt Sloet van de Beele, dan koleksi-koleksi tersebut akan diberikan kepada Bataviaasch Genootschap. Dari sini, Bataviaasch Genootschap diberikan kebebasan untuk menentukan apakah benda-benda tersebut akan diperuntukkan di museum mereka sendiri, atau justru akan dikirim ke Belanda untuk ditempatkan di Museum Purbakala di Leiden. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah awal para ahli Belanda mulai meneliti pribumi? Seperti disebut di atas, jauh sebelum para ahli Belanda memperhatikan pribumi, sudah dilakukan penyelidikan kepurbakalaan. Sementara penyelidikan pribumi semuanya bermula ketika orang pribumi sendiri telah mulai menunjukkan prestasi diantara orang-orang Belanda. Lalu bagaimana sejarah awal para ahli Belanda mulai meneliti pribumi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.