Minggu, 15 November 2020

Sejarah Kalimantan (80): Pasar Terapung di Muara Kuin Sungai Barito; Riwayat Schans van Thuijll Kween di Sungai Banjarmasin

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Selatan di blog ini Klik Disini

Di Banjarmasin hingga ini hari terdapat suatu pasar terapung, pasar aktivitas perdagangannya berada di atas sungai. Pasar terapung (floating market) ini tentu saja sangat unik dari sudah pasar modern sekarang. Namun secara tradisi, pasar tersebut adalah normal. Hal ini karena transportrasi sungai di Banjarmasin begitu penting di masa lampau. Yang menjadi pertanyaan mengapa masih eksis hingga sekarang dan sejak kapan adanya?

Pada jaman lampau juga sudah dikenal rumah terapung (he floating dwellings). Tradisi rumah terapung ini ditemukan pada komunitas Orang Laut. Rumah terapung adalah rumah yang dibuat di dalam perahu. Seperti halnya perahu, rumah (perahu) terapung ini dapat berpindah, tetapi perpindahannya tetap di atas air (tidak pernah mendarat). Lambat laun komunitas rumah terapung ini menetap dengan membangun rumah di atas laut. Oleh karena tempat tinggal tetap di laut, para penghuni tetap ini menggunakan perahu sebagai alat utama, apakah untuk mencari ikan maupun untuk berrgerak ke tetangga yang jauh. Tradisi berumah serupa ini ditemukan pada etnik (suku) Bajau.

Pasar terapung di Banjarmasin pada masa ini dapat ditemukan di Muara Kuin di sungai Baraito. Bagaimana terbentuknya pasar terapung adalah satu hal, sedangkan bagaimana disebut muara Kuin hal lain lagi. Lantas mengapa pasar terapung terdapat di Muara Kuin? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Kalimantan (79): Sejarah Landak Kerajaan Kuno Tetangga Kerajaan Tayan; Intan 367 Karat dan Kesultanan Banten

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Barat di blog ini Klik Disini

Nama Landak adalah nama kabupaten di provinsi Kalimantan Barat. Seperti halnya nama Tayan, nama Landak diduga adalah nama kuno. Suatu nama kerajaan di masa lampau yang merujuk pada nama tempat di muara sungai Landak. Muara sungai Landak tersebut masih berada di suatu teluk, suatu teluk dimana juga terdapat nama tempat Tajan yang berada di muara sungai Kapuas. Namun dalam perkembangannya teluk ini kemudian ditutupi oleh daratan akibat proses sedimentasi jangka panjang.

Nama (kerajaan) Landak pada masa lalu sangat terkenal di Eropa karena memiliki intan yang beratnya 367 karat. Suatu karat tertinggi jaman itu yang ditemukan. Kerajaan Landa sebelum kedatangan orang Belanda (VOC), sangat dekat dengan Kesultanan Banten. Oleh karena kesultanan Banteng begitu jauh di pulau Jawa, kerajaan Landak selalu khawatir dengan kerajaan Pontianak.

Bagaimana sejarah Landak sudah barang tentu telah ditulis. Namun karena kerajaan Landak pernah memiliki intan paling berkualitas (367 karat) tentu tetap menarik untuk dipelajari. Namun intan itu belakangan jatuh ke tangan Soeltan Matan. Bagaimana itu bisa terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.