Jumat, 03 September 2021

Sejarah Makassar (61): Wakatobi, Pulau-Pulau di Timur Buton Tempo Dulu Disebut Kepulauan Tukang Besi; Taman Nasional

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini  

Dimana Wakatobi? Tentu saja di provinsi Sulawesi Tenggara. Suatu wilayah kepulauan di semenanjung tenggara Sulawesi. Wakatobi memang bukan nama lama, tetapi nama baru kabupaten. Tempo doeloe kepulauan ini disebut kepulauan Tukang Besi. Suatu wilayah yang menjadi bagian dari Kerajaan Buton. Pada era RI di kepulauan ini terdiri dari lima kecamata, yaitu: Wangi-Wangi, Wangi Selatan, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Pada tahun 2003 lima kecamatan ini dibentuk menjadi kabupaten (pemekaran dari kabupaten Buton, bersamaan dengan pembentukan kabupaten Bombana) dengan nama kabupaten Wakatobi.

Kabupaten Wakatobi terdiri dari beberapa pulau. Pulau-pulau besarnya adalah Wangi-Wangi, Linte Tiwolu, Tomia dan Binongko. Kabupaten Wakatobi ibu kota di Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi kini terdiri dari delapan kecamatan, yaitu: Binongko, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Togo Binongko, Tomia, Tomia Timur, Wangi-Wangi dan Wangi-Wangi Selatan. Kabupaten Wakatobi yang terdiri dari pulau-pulau, juga terdiri dari banyak etnik, seperti Buton, Wakatobi, Bugis, Makassar, Bajo, Muna dan lainnya. Nama Wakatobi pada akhir-akhir ini menjadi populer dengan Taman Nasional Wakatobi (yang ditetapkan sejak 1996). Taman nasional ini sangat populer dengan terumbu karang, ikan, satwa dan pulau Hoga.

Lantas bagaimana sejarah Wakatobi? Seperti disebut di atas nama Wakatobi dijadikan nama kabupaten, suatu kabupaten yang terdiri dari pulau-pulau. Kepulauan ini tempo doeloe disebut kepulauan Tukang Besi. Lalu apa keutamaan Wakotobi? Sekarang di Wakatobi ditetapkan sebagai taman nasional. Pertanyaan berikutnya: apa keutamaan kepulauan Tukang Besi tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Makassar (60):Bombana dan Bahasa Moronene, Antara Tolaki Kolaka dan Muna Buton: Pulau Moro Pulau Morotai Morowali

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini 

Apa arti Moro? Semua bisa membuat interpretasi. Yang jelas nama Moro begitu terkenal secara luas di zaman kuno, mulai dari selat Malaka hingga Pasufik di Selandia Baru. Nama tempat yang menggunakan nama moro tidak hanya di pulau Halmahera (Morotai) hingga di semenanjung timur Sulawesi di Morowali. Nama moro juga ada yang digunakan sebagai identifikasi nama suku (bangsa) seperti etnik Moro (di Filipina). Lantas apakah nama moro di wilayah Bombana di daratan semenanjung timur Sulawesi dan pulau Kabaena yang disebut etnik Moronene merujuk pada nama moro?

Nama Bombana pada masa ini dijadikan nama kabupaten di provinsi Sulawesi Tenggara ibu kota di Rumbia. Kabupaten Bomba dimekarkan tahun 2003 dari kabupaten Buton. Kabupaten Bombana terdiri dari 22 kecamatan, yaitu: Kabaena, Kabaena Timur, Kabaena Barat, Kabaena Utara, Kabaena Selatan, Kabaena Tengah, Poleang, Poleang Barat, Poleang Timur, Poleang Tenggara, Poleang Utara, Poleang Selatan, Poleang Tengah, Tontonunu, Rarowatu, Rarowatu Utara, Lantari Jaya, Mata Usu, Rumbia, Rumbia Tengah, Masaloka Raya dan Mata Oleo. Penduduk wilayah Bombana umumnya etnik Moronene, suatu penduduk yang dapat dikatakan penduduk asli. Beberapa peneliti tempo doeloe menyebut penduduk asli Sulawesi disebut Toala. Penduduk etnik Moronene berada di antara penduduk Tolaki di utara dan penduduk Muna di selatan.

Lantas bagaimana sejarah Bombana? Seperti disebut di atas nama Bombana adalah nama wilayah, sedangkan penduduknya disebut etnik Moronene. Wilayah penduduk etnik Moronene berada diantara etnik Tolaki dan etnik Muna. Lalu bagaimana sejarah Bombana dan penduduk Moronen? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.