Jumat, 05 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (756): Bahasa Melayu versus Bahasa Indonesia; Awal Pembentukan Tata Bahasa Indonesia (1881)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada saat Elisa Netscher melakukan studi bahasa Melayu di Riau tahun 1852, tidak ada orang (ahli atau peneliti) bahasa yang telah membicarakan tata bahasa Melayu. Kajian Netscher tentang bahasa Melayu hanya sebagai pelengkap dari kajian-kajian sebelumnya. Khusu kajian tatabahasa bahasa Melayu baru dimulai pada tahun 1881, tidak di Tanjung Pinang, tetapi di Padang Sidempoean. Itu semua karena dipicu oleh NH van der Tuuk yang sudah mempublikasikan tata bahasa pertama di nusantara, yakni tata bahasa Batak.


Awal mula terbentuk bahasa Melayu di pantai timur Sumatra pada abad ke-7. Seiring dengan perkembangan transformaso bahasa Sanskerta menjadi bahasa Melayu, maka lingua franca bergeser dari bahasa Sanskerta menjadi bahasa Melayu. Sejak inilah bahasa Melayu menyebar ke seluruh nusantara termasuk ke Semenanjung Malaya bahkan hingga ke pantai timur Tiongkok dan Madagaskar. Hingga kehadiran orang Eropa/Portugis tidak ada bukti yang telah mendokumentasikan kamus bahasa Melayu. Meski orang Moor dan orang Portugis sudah terbiasa bahasa Melayu juga tidak ada bukti bahasa Melayu telah didokumentasikan. Orang-orang Belanda dapat dikatakan yang pertama membuat kamus bahasa Melayu. Ini bermula pada ekspedisi Belanda pertama yang dipimpin Cornelis de Houtman (1595-1597) singgah enam bulan di Madagaskar. Di pulau inilah ahli bahasa Belanda Frederik de Houtman membuat kamus bahasa Melayu. Kamus yang difinialisasi di Atjeh, lalu diterbitkan di Amsterdam pada tahun 1603. Kamus bahasa Melayu-Belanda ini bertahan cukup lama hingga seorang Inggris William Marsden (1811) menyusun kembali kamus bahasa Melayu (versi terjemahan bahasa Inggris). Keutamaan kamus Masden ini lebih kaya dari kamus-kamis versi Belanda, juga kamus ini diperkaya Marsden dengan sejarahnya. Sejauh ini Marsden belum berbicara tata bahasa Melayu. Tatabahasa Melayu, sejatinya baru dibicarakan oleh seorang guru bahasa Melayu Charles Adrian van Ophuijsen tahun 1881 di Padang Sidempoean.

Lantas bagaimana sejarah bahasa Melayu versus Bahasa Indonesia? Dalam hal ini kita tidak tengah membicarakan Bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu, tetapi soal tata bahasa. Seperti disebut di atas, awal pembentukan tata Bahasa Indonesia dimulai tahun 1881 di Padang Sidempoean. Lalu bagaimana sejarah bahasa Melayu versus Bahasa Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (755): Bahasa Indonesia Bukan Bahasa Melayu Riau; Awal Bahasa Melayu di Semenanjung Malaya


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Indonesia, memang berakar dari bahasa Melayu, tetapi Bahasa Indonesia adalah bahasa dan dialek yang sangat khas. Dalam banyak tulisan, Bahasa Indonesia disebut berasal dari bahasa Melayu Riau. Juga disebut tatabahasa Indonesia juga dipelajari dari bahasa Melayu Riau. Apa, iya? Nah, itu yang akan dideskripsikan.


Secara historis bahasa Melayu awalnya terbentuk di pantai timur Sumatra pada abad ke-7 (sebagai suksesi bahasa Sanskerta). Tentu saja saat itu belum ada populasi di kepulauan iau yang sekarang. Populasi yang sudah ada baru ada di Bangka (lihat prasasti Kota Kapur 686 M). Di Semenanjung Malaya sendiri penduduk yang ada adalah populasi negrito (yang kemudian dikenal sebagai orang Semang). Pada saat Nicolo Conti kembali dari Tiongkok pada tahun 1290 pulau Bintan dan pulau Batam adalah pulau kosong. Nama Batam baru disebut dalam teks Negarakertagama (1365). Pada tahun 1404 oleh pangeran Palembang medirikan kota Malaka, suatu wilayah marjinal (hanya sekitar wilayah Kedah dengan pertambangannya yang potensial). Kehadiran Portugis di Malaka tidak dalam konteks sumber daya alam dan manusia tetapi posisi strategis dalam navigasi pelayaran perdagangan, Meski Belanda/VOC telah mengakuisisi Malaka (dari Portugis) tahun 1641, Malaka tetap dianggap tidak penting. Wilayah Malaka dan sekitar terutama wilayah Selangor baru penting ketika para pengeran Kerajaan Gowa eksodus dari Makassar tahun 1669. Sejak era eksodus inilah diduga kepulauan Riau mulai ramai. Secara perlahan pengguna bahasa Melayu di Semenanjung Malaya dan kepulauan Riau mulai dominan, hingga pada akhirnya bahasa-bahasa asli menghilang (punah). Hal itulah mengapa di dua kawasan (Semenanjung Malaya dan kepulauan Riau) tidak ditemukan lagi jejak bahasa dari penduduk asli (berbeda dengan di Sumatra, Jawa dan Kalimantan) kecuali ernik Semang di pedalaman Semenanjung. Etnik orang Laoet, orang Banuwa dan orang Sakai adalah penduduk berbahasa Melayu yang tertinggal (dari kemajuan peradaban).

Lantas bagaimana sejarah Bahasa Indonesia bukan berasal dari bahasa Melayu di Riau? Seperti disebut di atas, sebelum terdapat populasi di kepulauan Riau, bahasa Melayu sudah sejak lama berkembang di pantai timur Sumatra (bahkan di Jawa). Pengguna bahasa Melayu di kepulauan Riau baru belakangan seperti halnya di Semenanjung Malaya.. Lalu bagaimana sejarah Bahasa Indonesia bukan berasal dari bahasa Melayu di Riau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.