Rabu, 27 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (197): Minyak Blok Cilacap, Kebumen dan Tasikmalaya? Sejarah Awal Kilang Minyak di Cilacap

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada kilang minyak di Cilacap. Lantas apakah ada ladang-ladang minyak yang luas di pantai selatan Jawa seperti di Cilacap, Kebumen, Tasikmalaya dan sebagainya? Itu satu soal. Soal yang lain mengapa kilang minyak besar dibangun di Cilacap? Yang jelas pada tahun-tahun terakhir disebut terdapat potensi minyak di lepas pantai selatan Jawa.

Kilang minyak di Indonesia terdapat di beberapa tampat: Pertamina Unit Pengolahan I Pangkalan Brandan, Sumatra Utara; Pertamina Unit Pengolahan II Dumai/Sei Pakning, Riau; Pertamina Unit Pengolahan III Plaju, Sumatra Selatan; Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap; Pertamina Unit Pengolahan V Balikpapan, Kalimantan Timur; Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan, Jawa Barat; Pertamina Unit Pengolahan VII Sorong, Irian Jaya Barat. Semua kilang minyak tersebut dioperasikan oleh Pertamina. Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap terbilang besar memiliki kapasitas produksi terbesar yakni 348.000 barrel/hari dan terlengkap jenis produknya. Kilang Cilacap memasok 44 persen kebutuhan BBM nasional atau 75 persen kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Kilang Cilacap satu-satunya kilang yang memproduksi aspal dan base oil.

Lantas bagaimana sejarah kilang minyak Cilacap? Seperti disebut di atas, di pantai selatan Jawa ditemukan potensi minyak seperti di Cilacap, Kebumen, Tasikmalaya dan wilayah lainnya di selatan pulau Jawa dan lepas pantai selatan Jawa. Bagaimana mungkin terdapat potensi minyak di Tasikmalaya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (196): Pantai Selatan Jawa dan Potensi Minyak Bumi; Bagaimana Potensi di Laut Selatan Jawa?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah pantai selatan Jawa kurang dikenal sejak zaman kuno. Hal itu karena lalu lintas navigasi pelayaran perdagangan lebih intens di pantai utara Jawa. Boleh jadi karena pantai selatan Jawa yang pantainya banyak yang terjal, juga soal ombak yang besar dari lautan India sangat mengancam keselamanan navigasi pelayaran perdagangan zaman kuno. Sejak kehadiran orang Eropa (Portugis yang kemudian disusul Belanda) wilayah selatan pulau Jawa kerap dikunjungi. Meski demikian, aktivitas penduduk sejak zaman kuno sudah intens tetapi arus perdaganganya justru melalui darat ke pantai utara Jawa.

Pada zaman dahulu kala, pantai utara Jawa dan pantai selatan Jawa diduga sama pentingnya. Ini dapat diperhatikan dengan penemuan situs Gunung Padang di di wilayah Tjiandjoer. Saat itu sungai Tjimandiri yang mengalir ke barat data di Pelabuhan Ratu yang sekarang cukup penting. Situs-situ kuno juga ditemukan di selatan Soekaboemi. Kerajaan-kerajaan yang terbentuk di Jawa bagian tengah dan Jawa bagian timur di sisi pantai selatan seperti Mataram Kuno (Era Hidnoe-Boedha) diduga kuat perluasan (pergeseran) dari kerajaan-kerajaan dari pantai utara. Pada era Hindoe-Boedha dari Jawa bagian tengah meluas hingga ke barat (Tjiamis) dan ke timur (Blambangan).

Lantas bagaimana sejarah pantai selatan Jawa? Seperti disebut di atas, meski pantai selatan Jawa kurang dikenal, tetapi aktivitas penduduk di pedalaman memberi dampak di pantai-pantai selatan Jawa. Salah satu dampak tersebut adalah ditemukannya potensi ladang-ladang minyak di pantai selatan Jawa. Minyak yang terbentuk dari bahan fosil seperti sampah tumbuhan diduga karena aktivitas manusia di pedalaman melalui sungai-sungai besar yang mengalir ke pantai selatan Jawa seperti sungai Serayu. Lalu bagaimana dengan sejarah kilang minyak Cilacap? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.