Selasa, 11 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (349): Pahlawan-Pahlawan Indonesia - Detik-Detik Berakhir Jepang Menyerah dan Indonesia Merdeka

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada artikel sebelumnya dideskripsikan detik-detik berakhir Belanda, artikel ini mendeskripsikan detik-detik berakhir Jepang. Keduanya mengalami nasib yang kurang lebih sama. Orang-orang Belanda ditangkap, dilucuti bagi yang memiliki senjata dan lalu diinternir ke kamp konsentrasi. Demikian juga orang-orang Jepang ditangkap, dilucuti senjata dan kemudian dievakuasi. Perlakuan Jepang tehadap orang-orang Belanda dibayar tuntas oleh pasukan Sekutu/Inggris.

Masa pendudukan Jepang di Nusantara yang saat itu masih bernama Hindia Belanda dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta. Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Jerman Nazi. Hindia Belanda mengumumkan keadaan siaga dan mengalihkan ekspor untuk Kekaisaran Jepang ke Amerika Serikat dan Inggris. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal pada Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan hampir seluruh wilayah Asia Tenggara pada bulan Desember di tahun yang sama. Pada bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942. Pengalaman dari penguasaan Jepang di Nusantara sangat bervariasi, tergantung tempat seseorang tinggal dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan tanpa alasan dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang. Selama masa pendudukan, Jepang juga membentuk badan persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Badan ini bertugas membentuk persiapan-persiapan pra-kemerdekaan dan membuat dasar negara dan digantikan oleh PPKI yang bertugas menyiapkan kemerdekaan. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah detik-detik berakhirnya orang Jepang di Indonesia? Seperti disebut di atas, sebelum Jepang berakhir di Indonesia masih sempat menginisiasi persiapan kemerdekaan Indonesia. Satu hal penting lainnya jelang berakhir Jepang adalah Perang Pasifik yang menyebabkan Kerajaan Jepang menyerah pada tanggal 14 Agustus 1945 kepada Sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Pada detik-detik inilah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan (17 Agustus 1945). Lalu bagaimana sejarah detik-detik berakhirnya orang Jepang di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (348): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Orang Anti Jepang; Era Pendudukan Militer Jepang di Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Anti Jepang secara masif hanya terdapat di Tiongkok dan Korea. Negara-negara Asia Tenggara tidak dihubungkan dalam konteks politik soal anti Jepang. Diantara negara-negara Asia Tenggara dalam Perang Pasifik hanya di Indonesia yang terbilang penerimaannya lebih nyaman bagi orang Jepang. Mengapa? Namun demikian, bukan berarti tidak ada yang anti Jepang di Indoensia. Anti Jepang di Indonesia (baca: Hindia Belanda) adalah golongan Belanda dan golongan Cina. Diantara pribumi juga ada golongan anti Jepang yang umumnya para pendukung Belanda (termasuk di Eropa/Belanda). Diantara orang Indonesia yang anti Jepang terdapat sejumlah individu yang dihubungkan dengan politik imperilaisme. Dua yang terkenal adalah Mr Amir Sjarifoeddin Harahap dan Mr Ali Sastroamidjojo.

Sentimen anti-Jepang berkisar dari antipati terhadap aksi-aksi pemerintah Jepang dan penghinaan terhadap budaya Jepang hingga rasisme terhadap bangsa Jepang. Sentimen dehumanisasi telah didorong melalui propaganda anti-Jepang dari pemerintah Sekutu dalam Perang Dunia II; propaganda ini sering bersifat penghinaan secara ras. Sentimen anti-Jepang mungkin paling kuat di Tiongkok, Korea Utara, dan Korea Selatan, karena kekejaman yang dilakukan oleh militer Jepang. Sentimen anti-Jepang di Tiongkok mengerucut sejak Kekaisaran Jepang merebut konsesi di wilayah Tiongkok menjelang akhir Dinasti Qing. Ketidakpuasan terhadap penyelesaian ini dan Dua Puluh Satu Tuntutan oleh pemerintah Kekaisaran Jepang menyebabkan boikot produk Jepang yang parah di Tiongkok pada tahun 1915. Kegetiran di Tiongkok berlanjut selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua dan aksi-aksi pasca perang oleh Jepang. Sentimen ini mungkin juga setidaknya sampai batas tertentu dipengaruhi oleh isu-isu yang terkait dengan orang-orang Tionghoa di Jepang. Sementara itu sentimen anti-Jepang di Korea merujuk kepada sentimen anti-Jepang dalam masyarakat Korea, yang bermula dari sentimen sejarah, budaya dan nasionalistik. Cikal bakal sikap anti-Jepang di Korea bermula dari dampak penyerbuan pembajak Jepang dan kemudian invasi Korea oleh Jepang 1592−98. Sentimen dalam masyarakat kontemporer kebanyakan diatributkan kepada zaman kekuasaan Jepang di Korea dari 1910–45. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Anti Jepang di Indonesia? Seperti disebut di atas, anti Jepang di Indonesia mencapai puncaknya pada era Pendudukan Militer Jepang di Indonesia. Mereka itu adalah orang-orang Belanda dan orang-orang Cina dan sebagian kecil orang Indonesia. Dua orang yang paling radikal anti Jepang adalah Mr Amir Sjarifoeddin Harahap dan Mr Ali Sastroamidjojo. Lalu bagaimana sejarah Anti Jepang di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.