Sabtu, 31 Desember 2022

Sejarah Surakarta (8): Gunung Meletus di Surakarta, Masa ke Masa; Gunung Merapi Masih Jaga, Apa Gunung Lawu Masih Tidur


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Ibarat Jakarta (dulu: Batavia) dampak letusan gunung Salak dan gunung Pangrango sangat terasa. Tentu saja kurang lebih sama dengan Surakarta dimana terdapat gunung Merapi dan gunung Lawu. Seperti apa dampaknya? Nah, itu yang ingin kita pahami. Satu yang jelas, seperti sungai Tjiliwong di Jakarta, sungai Bengawan Solo berhulu di gunung Merapi dan gunung Lawu.   


Gunung Merapi (ketinggian puncak 2.930 M adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Gunung ini memiliki potensi kebencanaan yang tinggi karena menurut catatan modern, gunung merapi telah mengalami erupsi setiap dua sampai lima tahun sekali. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Gunung Lawu terletak di Pulau Jawa, tepatnya di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung Lawu terletak di antara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah; Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Magetan di Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" (diperkirakan terakhir meletus pada tanggal 28 November 1885 dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Studi pada 2019 tentang geothermal heat flow menyugestikan bahwa Gunung Lawu masih aktif sampai sekarang. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara). Gunung Lawu memiliki tiga puncak, yakni Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan puncak tertinggi bernama Hargo Dumilah (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah gunung meletus di Surakarta, masa ke masa? Seperti disebut di atas, gunung Merapi dan gunung Lawu yang juga cukup dekat dengan wilayah Surakarta, dengan sendirinya mengalami dampak jika terjadi peristiwa letusan. Hingga masa ini gunung Merapi masih aktif dan apakah gunung Lawu tetap non-aktif? Bagaimanapun kewaspadaan tetap harus ada. Lalu bagaimana sejarah gunung meletus di Surakarta, masa ke masa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (7): Banjir di Surakarta, Masa ke Masa Sejak Era Hindia Belanda; Bengawan Solo Rivier, Apa Sudah Aman?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini  

Gunung meletus, gempa dan banjir, tsunami adalah kejadian yang sangat dirasakan dampaknya sejak tempoe doeloe. Tentu saja ada epidemic dan serangan binatang buas, kejadian alam banjir kerap menjadi sumber pemberitaan. Terjadi di banyak tempat, termasuk di Surakarta. Banjir di Surakarta tidak hanya di daerah aliran sungai bengawan solo rivier. 


Ngerinya Banjir Besar di Solo Maret 1966, Puluhan Nyawa Melayang. Solopos.com. Banjir besar merendam hampir 75% wilayah Kota Solo pada 1966 menimbulkan kengerian. Sebanyak 90 orang meninggal. Berdasarkan catatan dan data dihimpun Solopos.com, banjir besar berlangsung tiga hari yakni 16-18 Maret 1966. Ridha Taqobalallah dari Ilmu Sejarah UNS Solo dalam skripsinya ‘Banjir Bengawan Solo Tahun 1966’: Masyarakat Kota Solo menyebut jumlah korban jiwa dalam banjir mencapai 90 orang, 72 warga Solo dan 18 warga luar Solo. Selain itu, 611 rumah roboh dan 711 rumah rusak plus tiga rumah yang terbakar. Sebanyak 7.500 orang kehilangan tempat tinggal. Banjir dipicu luapan Sungai Bengawan Solo yang mengakibatkan tanggul-tanggul penahan jebol. Politikus PDIP Solo YF Sukasno yang saat kejadian masih berusia tujuh tahun ingat betul kengerian banjir pada Maret 1966 itu. Menurut Sukasno, banjir diawali dengan hujan selama tiga hari berturut-turut. Lalu pada 16 Maret 1966 sore, Sukasno ingat air mulai masuk perkampungan. Sukasno kemudian diajak keluarganya untuk mengungsi ke SD Widya Wacana Solo. Malamnya, Sukasno bersama keluarga dan beberapa tetangga keluar untuk melihat situasi di sekitar SMAN 3 Solo. “Kira-kira pukul 19.30 WIB geger terdengar orang teriak-teriak tanggule jebol. Saya malah lari ke pinggir jalan, dicari orang tua, dimarahi,” katanya saat diwawancarai Solopos.com beberapa waktu lalu. Berdasarkan Peta Banjir 1966 FS DRIP Kota Surakarta diketahui banjir menggenangi hampir tiga perempat wilayah Solo. Wilayah terdampak banjir meliputi Pasar Kliwon, Jebres, Serengan, dan Banjarsari (https://www.solopos.com/)

Lantas bagaimana sejarah banjir di Surakarta, masa ke masa sejak era Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, kota Surakarta adalah wilayah rawan banjir sedari dulu. Berdasar memory warga Solo terjadi banjir besar tahun 1966. Sejatinya banjir di Surakarta sudah diketahui sejak era VOC. Apakaha Sungai Bengawan Solo Rivier sudah aman? Lalu bagaimana sejarah banjir di Surakarta, masa ke masa sejak era Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 30 Desember 2022

Sejarah Surakarta (6): Kereta Api Surakarta (Semarang-Jogjakarta), Era Baru Wilayah Surakarta; Pedati, Kereta Kuda, Kereta Api


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini  

Stasion kereta api Solo Balapan sangat dikenal di Surakarta. Bagaimana sejarahnya sudah ditulis, suatu stasion yang terbilang tua. Dalam hal ini yang dibicarakan adalah bagaimana sejarah awal pembangunan kereta api di Surakarta. Dengan demikian dimungkinkan untuk memahami lebih lanjut bagaimana awal stasion Solo Balapang dibangun pada masa lampau era Pemerintah Hindia Belanda.


Stasiun Solo Balapan (SLO), lebih dikenal dengan Stasiun Balapan, adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di perbatasan antara Kelurahan Kestalan dan Gilingan, Banjarsari, Surakarta; pada ketinggian +93 meter. Nama "Balapan" diambil dari nama kampung yang terletak di sebelah utara kawasan stasiun. Stasiun ini merupakan persimpangan antara jalur lintas tengah dan lintas selatan Pulau Jawa. Sementara dari arah timur yang menuju ke jalur lintas utara via Semarang Tawang maupun sebaliknya dilayani di Stasiun Solo Jebres, sedangkan KA kelas ekonomi jalur lintas selatan dan timur via Lempuyangan dilayani di Stasiun Purwosari. Stasiun Solo Balapan termasuk salah satu stasiun besar berusia tua di Indonesia (setelah Samarang NIS), dibangun oleh perusahaan kereta api pertama Hindia Belanda, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) pada abad ke-19, yaitu pada masa pemerintahan Mangkunegara IV. Stasiun ini dibangun di lahan pacuan kuda milik Mangkunegaran. Peletakan batu pertama berlangsung pada tahun 1864, dimeriahkan dengan upacara yang dihadiri Mangkunegara IV dan mengundang Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Baron van de Beele. Stasiun ini dibuka pada tanggal 10 Februari 1870 bersamaan dengan pembukan jalur ruas Kedungjati–Gundih–Solo, sebelumnya jalur Gundih–Solo direncanakan dibuka pada 1 September 1869. Jalur berikutnya, yakni jalur ruas Ceper–Solo, dibuka pada 27 Maret 1871. Pembangunan seluruh jalur kereta api rencana NIS, Samarang–Vorstenlanden dan Kedungjati–Ambarawa selesai dan diresmikan pada 21 Mei 1873 (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kereta api di Surakarta (Semarang-Jogjakarta)? Seperti disebut di atas, sejarah kereta api sudah ada yang menulis. Dalam hal ini kita berbicara dalam perspektif era baru di wilayah Surakarta pada masa Pemerintah Hindia Belanda, suatu perkembangan baru dari kereta kuda menjadi kereta besi. Lalu bagaimana sejarah kereta api di Surakarta (Semarang-Jogjakarta)? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (5): Jalan di Surakarta Tempo Doeloe, Lintas Sungai ke Surabaya, Jalan Darat ke Semarang; Kini Jalan Kota


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini  

Bagaimana sejarah jalan tempo doeloe di Surakarta? Tidak terinformasikan. Boleh jadi tidak ada yang teratarik, karena lebih menarik sejarah jaringan jalan modern di dalam kota Surakarta. Okelah kita bagi dua. Untuk sejarah jaringan jalan modern di dalam kota akan dibuat artikel tersendiri. Jalan di Surakarta pada awalnya berkiblat ke timur melalui sungai Solo, tetapi pada er VOC orientasi secara perlahan bergeser ke utara di Semarang.


Jalan Raya dan Politik Penguasa di Kota Solo Awal Abad XX. Apriliandi Damar dan Sayid Basunindyo. 2014. Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta (tugas; abstrak). Artikel membahas secara spesifik mengenai perkembangan dari jalan rayayang ada di kota Surakarta pada awal abad XX. Jalan raya merupakan salah satu factor yang vital dalam perkembangan suatu kota, baik dalam kegiatan ekonomi, transportasi, bahkan hingga kepentingan militer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana jalan raya yang terbentuk dan kemudian membentuk suatu kawasan yang baru yang terletak di pinggir jalan raya yang ada di Surakarta. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian mengenai jalan raya yang ada diSurakarta pada awal abad XX adalah pengumpulandata-data yang berupa arsip sezaman, surat kabar sezaman, artikel, foto, gambar, atau buku- buku referensi. Surakarta yang pada awal abad XX telah menjadi salah satu kawasan perkotaanyang ramai, hal ini karena Surakarta terdapat dua poros kerajaan besar yaitu Kasunanan dan Mangkunegaran. Membahas mengenai jalan raya di Surakarta tidak terlepas dari Jalan Slamet Riyadi atau dulu sering disebut dengan Poerwasariweg yang merupakan jalan utama kota Surakarta dan jalan raya lama atau jalan yang digunakan dalam rute paliyan nigari boyong kedhaton dari Kartasura ke Surakarta yang disebut sebagai salah satu jalan tertua yang ada di daerah Vorstenlanden (https://www.academia.edu/) 

Lantas bagaimana sejarah jalan di Surakarta tempo doeloe? Seperti disebut di atas, kita tidak berbicara jaringan jalan di dalam kota, tetapi awal jalan yang membentuk jaringan jalan kota itu sendiri. Dalam hal ini dimulai dari lalu lintas (perahu) sungai ke Surabaya hingga bergeser menjadi lalu lintas (jalan) darat ke Semarang. Lalu bagaimana sejarah jalan di Surakarta tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 29 Desember 2022

Sejarah Surakarta (4): Pembangunan Kanal di Surakarta dan Sungai Mati; Drainase dan Perkebunan Tebu pada Era Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Pembangunan kanal tempo doeloe tidak hanya di kota-kota pantai seperti Jakarta, Semarang, Surabaya dan Padang, juga ada kanal dibangun di kota-kota-kota pegunungan di pedalaman, diantaranay kota Bandung dan kota Surakarta. Pembangunan kanal dimaksudkan berbagai tujuan, terutama untuk drainase dan pengendalian banjir. Di Surakarta pembangunan kanal, selain untuk pengendalian banjir juga untuk lalu lintas pelayaran sungai dan dalam kaitannya pengembangan perkebunan tebu.   


Saksi Kejayaan Perkebunan di Sukoharjo Utara: Telusuri Kanal Baki, Sungai Buatan di Masa Kolonial Belanda. Radar Solo, Sukoharjo, 3 July 2022. Pada masa lalu, Kecamatan Baki, Kecamatan Gatak, dan Kecamatan Grogol, Sukoharjo merupakan wilayah perkebunan tebu, tembakau, dan nila. Wilayahnya merupakan area persawahan subur. Sistem irigasinya pun masih bisa ditemui hingga saat ini. Jejak sejarah tersebut bisa ditemui di Kali Baki. Penjajah mengubah sungai alami menjadi kanal untuk irigasi. Saat itu, Belanda dan Keraton Surakarta menjadikan wilayah ini sebagai wilayah pertanian dan perkebunan yang sangat diandalkan. Masuk ke dalam wilayah Residen Soerakarta dan di bawah Kawedanan Kartasura. Sebelum era 1860 an di sekitar Baki sudah berdiri empat pabrik yaitu Pabrik Gula di Temulus, Pabrik Gula di Bentakan, Pabrik Nila di Gentan, dan Pabrik Nila di Ngruki. Kemudian pada sekitar 1890-an, mulai muncul pabrik-pabrik baru dan dengan komoditi yang berbeda pula yaitu Pabrik Temulus yang berubah menjadi pabrik pengolahan Tembakau, Pabrik Bakipandeyan, Pabrik Manang, dan Pabrik Gawok. Pendirian pabrik-pabrik di kawasan Baki ini mendorong pembangunan infrastruktur. (https://radarsolo.jawapos.com/daerah/sukoharjo/)

Lantas bagaimana sejarah pembangunan kanal di Surakarta dan munculnmya sungai mati? Seperti disebut di atas, di wilayah Surakarta juga terdapat kanal yang dibangun sejak era Pemertintah Hindia Belanda. Pembangunan dimaksudkan untuk drainase, kelancaran navigasi pelayaran sungai dan perkembangan perkebunan tebu. Lalu bagaimana sejarah pembangunan kanal di Surakarta dan munculnmya sungai mati? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (3): Pegunungan Selatan Surakarta, Giri di Gunung dan Gili di Laut; Era Wonogiri hingga Waduk Gajah Mungkur


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Di wilayah pegunungan selatan Surakarta, pada masa ini telah terbentuk bendungan/waduk besar Gajah Mungkur yang menampung air sungai-sungai Bengawan Solo, Kaduang, Tirtomoyo, Parangjoho, Temon, dan sungai Posong. Luas genangan 8.800 Ha mencangkup 7 kecamatan dimana bangunan bendungan berada di desa Pokohkidul, kecamatan Wonogiri. Kita tidak sedang membicarakan waduk, tetapi bagaimana sejarah wilayah Wonogiri di wilayah pegunungan selatan di mana kini terdapat waduk Gajah Mungkur. Ada gunung Mungkur, lalu apakah ada gajah?


Wonogiri adalah wilayah kabupaten di Jawa Tengah, Di utara berbatasan kabupaten Karanganyar/kabupaten Sukoharjo, di selatan dengan pantai selatan, di barat dengan Gunungkidul (DI Jogjakarta), di timur dengan wilayah Jawa Timur (Ponorogo, Magetan dan Pacitan). Sejarah bermula di "kerajaan kecil" di bumi Nglaroh desa Pule, kecamatan Selogiri tahun 1741. Penduduk Wonogiri dengan pimpinan Raden Mas Said selama penjajajahan Belanda telah pula menunjukkan reaksinya menentang kolonial. Pangeran Samber Nyawa (Raden Mas Said) sukses dan menjadi Adipati di Mangkunegaran. Wilayah Wonogiri sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping, terutama di bagian selatan, termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang merupakan mata air dari Bengawan Solo, yang separuh datar, dataran rendah 100–500 M dpl. Wilayah ketinggian ≥500 M di Jatiroto dan Karangtengah. Geologi di Wonogiri batuan terdiri atas batuan sedimen, batuan gunung berapi, batuan terobosan dan endapan permukaan. Struktur geologi berupa lipatan sesar dan kekar, umumnya mempunyai arah barat–timur dan barat laut–tenggara. Di beberapa tempat di selatan Wonogiri adanya gua-gua dan sungai bawah tanah dan hutan jati. Nama-nama tempat antara lain Baturetno, Bulukerto, Girimarto, Giriwoyo, Jatipurno, Jatiroto, Karangtengah, Manyaran, Paranggupito, Selogiri, Wonogiri, Glesungrejo, Bulukerto, Domas, Singoboyo, Kopen, Boto. Gondangsari, Tasik Hargo, Pule, Gebang, Beji dan Banaran (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Pegunungan Selatan di wilayah Surakarta? Sejauh ini tidak ada yang memperhatikan. Ibarat garam di laut asam di gunung dan giri di gunung gili di laut. Nama Wonogori di wilayah pegunungan selatan Surakarta ini sangat penting sejak era Wonogiri hingga era Waduk Gajah Mungkur. Lalu bagaimana sejarah Pegunungan Selatan di wilayah Surakarta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 28 Desember 2022

Sejarah Surakarta (2): Geomorfologi Kota Surakarta, Suatu Danau Besar Zaman Kuno? Bengawan Solo, Air Mangalir Sampai Jauh


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini

Beberapa kota pedalaman di Indonesia memiliki persamaan seperti Bandung dan Surakarta. Sepintas mirip kota-kota di pantai. Yang membedakan kedua kota wilayah Bandoeng berada di ketinggian (dingin) dan wilayah Surakarta di kerendahan (hangat). Sungai yang mengalir di tengah kota Bandoeng, sungai Citarum mengalir ke pantai utara Jawa; sungai yang mengalir di tengah kota Soerakarta, sungai Solo mengalir ke pantai timur Jawa. 


Surakarta terletak di dataran rendah di ketinggian 105 m dpl dan di pusat kota 95 m dpl, Surakarta 65 km timur laut Yogyakarta, 100 km tenggara Semarang dan 260 km barat daya Surabaya, dikelilingi gunung Merbabu (tinggi 3145 m) dan Merapi (tinggi 2930 m) di bagian barat, dan gunung Lawu (tinggi 3265 m) di bagian timur. Tanah di sekitar kota subur karena dikelilingi oleh Bengawan Solo, sungai terpanjang di Jawa, serta dilewati oleh Kali Anyar, Kali Pepe, dan Kali Jenes. Mata air bersumber dari lereng gunung Merapi. Ketinggian rata-rata mata air adalah 800-1.200 m dpl. Tanah di Solo bersifat pasiran dengan komposisi mineral muda yang tinggi sebagai akibat aktivitas vulkanik Merapi dan Lawu. Komposisi ini, ditambah dengan ketersediaan air yang cukup melimpah, menyebabkan dataran rendah subur. Dermaga sungai Bengawan Solo di Mojo/Silir. Wilayah kota berbatasan di utara dan timur kabupaten Karanganyar, di selatan kabupaten Sukoharjo; di barat Colomadu, Karanganyar dan kabupaten Boyolali (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi kota Surakarta, suatu danau besar zaman kuno? Seperti disebut di atas, wilayah Surakarta berada di dataran rendah yang datar diantara gunung Merapi dan gunung Lawu dimana sungai besar mengalir. Bagaimana kisah sungai bengawan Solo? Yang jelas air mangalir sampai jauh. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi kota Surakarta, suatu danau besar zaman kuno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (1): Asal Usul Kota Surakarta, Juga Dikenal Kota Solo; Nama Surakarta atau Kartasura, Sala, Suro, Solo


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Surakarta adalah sejarah yang panjang. Surakarta atau Sala, Surokarto atau Solo. Yang mana yang benar? Jika keduanya benar, yang mana yang lebih tua? Nama yang tertua adalah awal sejarahnya sendiri. Tentu saja, jangan lupa masih ada satu lagi: Kartasura atau Kartosuro. Yang mana yang benar: Surakarta atau Kartasura. Ini ibarat Sorabaya dan Arosbaya. 


Beberapa hari terakhir ini si (kraton) Solo di Surakarta terjadi perbedaan pendapat diantara anggota keluarga kerajaan. Kita turut prihatin, tetapi kita sedang membicarakan sejarah Solo. Oleh karena itu semoga saja segera damain dan tenang, sehingga kita dalam mempelajari sejarah Surakarta juga menjadi lebih khusuk. Soal nama Surakarta dan Solo sebenarnya merujuk pada nama tempat yang sama. Surakarta secara administratif dan Solo secara bisnis. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apa namanya secara geografis, yang secara historis diidentifikasi dalam peta-peta sejak zaman doeloe. Bagaimana penggunaan nama Surakarta dan Solo kita bandingkan dalam teks-teks yang ada sejaman.

Lantas bagaimana sejarah asal usul kota Surakarta, yang juga dikenal kota Solo? Seperti disebut di atas, nama Surakarta atau Solo ada perbedaan penggunaan untuk menunjukkan tempat yang sama. Namun ternyata tidak hanya itu, juga soal nama Surakarta atau Kartasura, Sala, Suro atau Solo. Lalu bagaimana sejarah asal usul kota Surakarta, yang juga dikenal kota Solo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 27 Desember 2022

Sejarah Madura (62): Roeslan Tjakraningrat, Gubenur Nusa Tenggara Berkedudukan di Lombok; Dinasti dari Mataram di Mataram


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Nama Roeslan Tjakraningrat terhubung dengan sejarah terbantuknya provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Ini bermula ketika wilayah Nusa Tenggara menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur dalam konsepsi negara Republik Indonesia Serikat (RIS) dan kemudian menjadi provinsi Sunda Ketjil setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia (era RIS). Seiring dinamika zaman barulah terbentuk provinsi NTB tahun 1958 (bersamaan dengan pembentukan provinsi Bali dan provinsi NTT). Dalam hal ini Ruslan Tjakraningrat meneruskan kepemimpinan di Lombok sejak era Nusa Tenggara hingga era Nusa Tenggara Barat. Roeslan Tjakraningrat menjadi gubernur provinsi NTB pertama (1958-1968). Jelas cukup lama, dan itu biasanya mengindikasikan sukses. Namun bagaimana sejarah awal Ruslan Tjakraningrat kurang terinformasikan.


Dalam serial artikel Sejarah Madura, sudah banyak dideskripsikan anggota (keluarga) dinasti Tjakraningrat. Dalam blog ini juga nama Roeslan Tjakraningrat sudah pernah ditulis sebagai bagian dari serial Sejarah Menjadi Indonesia. Namun dalam hal ini tidak secara khusus membicarakan kiprahnya sebagai pejabat pemerintah pada awal era Republik Indonesia, tetapi mendeskripsikan dari awal, bagaimana sejarah Ruslan Tjakraningrat menjadi seorang tokoh yang penting di era Republik Indonesia yang mewakili wilayah Madoeran, khususnya dari trah Dinasti Tjakraningrat. Keutanaam nama Ruslan Tjakraningrat berada di belakang nama tokoh terkenal di Madoera yakni RAA Tjakraningrat yang pernah menjadi Wali Negara Madura.

Lantas bagaimana sejarah Roeslan Tjakraningrat, gubenur Nusa Tenggara berkedudukan di Lombok? Seperti disebut di atas, Roeslan Tjakraningrat berasal dari anggota keluarga dinasti Tjakraningrat di Madoera tetapi kurang terinformasikan. Lalu bagaimana sejarah Roeslan Tjakraningrat, gubenur Nusa Tenggara berkedudukan di Lombok? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (61): Pangeran Adipati Ario Tjakraningrat (Wali Negara Moedora); Putra Terkenal Mohamad Roeslan - Mohamad Sis


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Siapa Pangeran Adipati Ario Tjakraningrat, secara umum sudah disebut dalam beberap artikel sebelumnya. Pada akhir masa hidupnya Pangeran Adipati Ario Tjakraningrat menjabat sebagai Wali Negara Madura pada era Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun bagaimana sejarah awalnya kurang terinformasikan. Untuk itu narasi sejarah Pangeran Adipati Ario Tjakraningrat perlu ditulis lagi.   


Dalam stambuk (Stamboom) Pangeran Adipati Ario Cakraningrat (Wali Negara Madura) berada dalam marga (saat dilahirkan) Cakraadiningrat II dengan nama kecil (saat dilahirkan)            Pangeran Adipati Ario Cakraningrat (tapi informasi ini kurang pas, red). Ayahnya adalah Pangeran Suryonegoro gelar Cakraadiningrat II (R. Hasim - bupati pertama di Bangkalan) dan ibu RA Mesri. Diantara anak-anak Pangeran Suryonegoro gelar Cakraadiningrat II yang terpenting adalah R. Ar. Pratanu Tjakraningrat, RAAM Sis Tjakraningrat (lahir 24 September 1992 (?)); R Ar Muhammad Roeslan Cakraningrat (Sekretaris Residen Madura); dan R. Ar. Muhammad Zainal Tjakraningrat (https://id.rodovid.org/)

Lantas bagaimana sejarah Pangeran Adipati Ario Tjakraningrat (Wali Negara Moedora)? Seperti disebut di atas, Pangeran Adipati Ario Tjakraningrat tidak hanya orang terkenal, juga memiliki putra-putra terkenal yakni Mohamad Roeslan dan Mohamad Sis. Lalu bagaimana sejarah Pangeran Adipati Ario Tjakraningrat (Wali Negara Moedora)? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 26 Desember 2022

Sejarah Madura (60): Negara Madura Era NICA/Belanda; Dinasti Tjakranegara dan Pejuang Revolusioner Asal Madura di Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Di Indonesia hanya ada dua negara yang berlangsung lama: negara Pemerintah Hindia Belanda (1800-1942) dan negara Republik Indonesia (1945-sekarang). Diantara dua negara terjadi sela yakni pendudukan Inggris (1811-1816) dan pendudukan Jepang (1942-1845). Pada saat permulaan negara Republik Indonesia, orang Belanda yang Kembali ingin membentuk negara Serikat Indonesia, yang akhirnya terbentuk negara-negara federal dimana negara Republik Indonesia hanya satu bagian dari negara yang dibentuk negara Repeublik Indonesia Serikat (RIS). Negara Madura adalah satu dari negara-negara federal yang sejatinya terbentuk/dibentuk oleh orang Belanda.


Negara Madura adalah negara dalam konteks Negara-Negara Federalis dibentuk 23 Januari 1948. Wilayah negara meliputi pulau Madura dan pulaul sekitar. Bulan Desember 1947 di Jakarta terbentuk komite serikat yang terdiri dari wakil-wakil negara bagian untuk membentuk negara Indonesia Serikat. Pada tanggal 14 Januari 1948 Residen Madura mengundang tokoh-tokoh masyarakat untuk membicarakan dan membentuk komite penentuan kedudukan Madura. Komite itu terdiri dari 11 orang dan RAA Tjakraningrat (eks Bupati Bangkalan) sebagai penasehat. Tugas komite adalah membentuk negara Indonesia Serikat dan perwakilan yang hadir setelah pertemuan merundingkan dengan rakyat di daerahnya. Pada 16 Januari 1948 didirikan Komite Penentuan Kedudukan Madura yang mengeluarkan resolusi isinya: Memenuhi, resolusi pada tanggal 23 Januari 1948; Negara Madura meliputi pulau Madura dan pulau sekitar; Mengakui RAT Tjakraningrat, Residen Madura sebagai Wali Negara Madura; Membentuk dewan Madura. Komite 11 orang menentukan pemungutan suara hanya menentukan setuju, tidak setuju, blanco. Tanggal 23 Januari 1948 diadakan pemungutan suara. Hasil sebagai berikut: Dari 305.546 orang, yang hadir: 219.660; Setuju: 90%; Tidak setuju: 4,51%; Blanco: 10.230 4,65%. Pada tanggal 20 Februari 1948 pemerintah Hindia Belanda mengakui berdirinya negara Madura. RAA Tjakraningrat terpilih sebagai wali negara Madura (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Negara Madura era NICA/Belanda? Seperti disebutkan di atas, terbentuknya negara-negara (federal) di Indonesia adalah inisiatif orang Belanda yang disetujui Ratu Belanda selepas perang (di Eropa dan di Asia). Pada fase ini pengaruh Dinasti Tjakranegara di pulau Madura dibangkitkan kembali sementara di luas sudah mengkristal pejuang revolusioner asal Madura di Jawa. Lalu bagaimana sejarah Negara Madura era NICA/Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (59): Perang Kemerdekaan Indonesia di Madura; Mengapa Jadi Perang Kemerdekaan Alot di Jawa dan di Sumatra?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Satu fase dalam sejarah terbentuknya Negara (Kesatuan) Republik Indonesia (NKRI) adalah situasi dan kondisi perang kemerdekaan. Perang kemerdekaan adalah suatu upaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Ini bermula setelah takluknya kerajaan Jepang kepada Sekutu/Amerika Serikat. Pada saat Sekutu/Inggris melakukan pelucutan dan evakuasi militer Jepang, orang-orang Belanda dengan nama NICA membonceng (mendapat angin dari) Sekutu/Inggris, para revoluioner Indonesia menolak kehadiran Belanda. Akibatnya perang kemerdekaan tidak hanya ditujukan kepada Belanda/NICA juga kepada Sekutu/Inggris.


Sejarah Perang Kemerdekaan di Pamekasan. koranmadura.com. Pasca penyerahan kekuasaan Jepang di Madura pada tanggal 25 September 1945 dari Socokan (Residen) Brigjen Nasimora kepada Residen NKRI Madura RA Cakraningrat, keadaan Madura aman dan tentram dari penjajah Belanda. Ketenangan warga Madura mulai terganggu ketika para penjajah Belanda menguasai Surabaya pada tanggal 21 Juni 1947. Bahkan mereka meningkatkan kewaspadaannya, karena khawatir secara tiba-tiba diserang. Apalagi pada masa itu, terdapat sejumlah mata-mata Belanda yang ditangkap di Madura. Seperti dilansir dari naskah drama kolosal yang diabadikan Kodim 0826 Pamekasan, mata-mata Belanda yang tertangkap itu mengatakan bahwa Belanda telah mengirimkan orang-orangnya untuk menyerang Madura dalam kurun waktu satu hari. Penyerangan itu direncanakan 15 hari setelah tanggal 21 September 1947. Rencana awal penyerangan dari sekutu Belanda itu gagal dan dilakukan pada 4 Agustus 1947. Namun upaya mereka menyerang Madura tidak berjalan mulus, karena pendaratan terakhir di pantai Branta Pamekasan terhalang cuaca buruk (https://www.koranmadura.com/2017/)

Lantas bagaimana sejarah perang kemerdekaan Indonesia di pulau Madura? Seperti disebut di atas, perang kemerdekaan terjadi di berbagai wilayah di Indonesia dengan intensitas yang berbeda-beda termasuk di (pulau) Madura. Perang kemerdekaan cukup alot di sejumlah wilayah di (pulau) Jawa dan di (pulau) Sumatra. Mengapa? Lalu bagaimana sejarah perang kemerdekaan Indonesia di pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 25 Desember 2022

Sejarah Madura (58): Seputar Proklamasi Kemerdekaan di Pulau Madura; Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Jakarta 17-08-1945


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Djakarta 17 Agustus 1945 adalah satu titik waktu jika dibandingkan satu titik waktu lain di masa lampau ketika Radja Arosbaja berhasil mengusir pelaut ekspedisi Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman tahun 1596. Itu sudah berlalu tiga setengah abad (349 tahun). Banyak yang telah terjadi pada rentang waktu itu. Tentulah sangat menarik diketahui situasi dan kondisi di Madura seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.


Madura dan Proklamasi Kemerdekaan RI; Sejarah dan Awal Kiprah. Media Center, Selasa (17/08/21) Tujuh puluh enam tahun silam, saat gema proklamasi Madura masih berstatus karesidenan. Sesuai hasil sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) 19 Agustus 1945, Karesidenan Madura berada di provinsi Jawa Timur. Warga pribumi yang sebelumnya tergabung dalam PETA dan barisan KNIL segera melucuti pasukan Jepang. Inisiatif seperti mantan Chundaco Chandra Hassan dan kawan-kawannya menurunkan bendera Jepang dan mengibarkan Merah Putih. Pawai pun sebagai show of force rakyat Madura digelar 25 Agustus 1945. Sebagai markas komando digunakan bekas gedung kamar bola di tengah-tengah Kota Pamekasan. Struktur pemerintahan Madura segera ditetapkan pemerintah pusat. Sebagai residen ditunjuk Raden Adipati Ario (RAA) Cakraningrat, yang sebelumnya merupakan Bupati Bangkalan sekaligus Wakil Residen Madura di masa pemerintahan Jepang. Lalu sebagai Bupati Bangkalan sejak Agustus 1945 itu, diangkat putra RAA Cakraningrat, yakni Raden Tumenggung Ario (RTA) Sis Cakraningrat. Sedang sebagai Bupati Pamekasan ditunjuk RTA Zainalfattah Notoadikusumo (Bupati Pamekasan), dan di Sumenep ditunjuk RTA Samadikun (Bupati Sumenep) (https://www.sumenepkab.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah sputar proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Madura? Seperti disebut di atas, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Djakarta 17-08-1945 juga disambut di Madura. Bagaimana selanjutnya? Lalu bagaimana sejarah sputar proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (57):Ruslan Wongsokusumo - Parada Harahap; Badan Penyelidik Usaha - Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Di dalam berbagai tulisan disebut Roeslan Wongsokoesoemo. lahir pada 15 Oktober 1901 di Madura. Setelah lulus sekolah dasar berbahasa Belanda HIS mengikuti ujian pegawai negeri sipil Kleinambteaar Examen pada 1918. Roeslan Wongsokoesoemo pernah bekerja di Post Teleegraf en Telefoondienst di Soerabaja. Kelak, tahun 1945 Roeslan Wongsokoesoemo dan Parada Harahap menjadi anggota BPUPKI. Namun sejarah Roeslan Wongsokoesoemo kurang terinformasikan.

 

Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan disingkat BPUPK adalah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang. pada 1 Maret 1945. Akan tetapi badan ini baru benar-benar diresmikan pada tanggal 29 April 1945. Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia dengan menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 67 orang yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Ichibangase Yoshio (orang Jepang) dan Raden Pandji Soeroso. Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam sekretariat) yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin oleh Raden Pandji Soeroso dengan wakil Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo dan Masuda Toyohiko (orang Jepang). Tugas dari BPUPKI sendiri adalah mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, tata pemerintahan, dan hal-hal yang diperlukan dalam usaha pembentukan negara Indonesia merdeka. Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan kemudian membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan anggota berjumlah 21 orang, sebagai upaya untuk mencerminkan perwakilan dari berbagai etnis di wilayah Hindia-Belanda, terdiri dari: 12 orang asal Jawa, 3 orang asal Sumatra, 2 orang asal Sulawesi, 1 orang asal Kalimantan, 1 orang asal Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1 orang asal Maluku, 1 orang asal etnis Tionghoa (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Roeslan Wongsokoesoemo dan Parada Harahap? Seperti disebut di atas keduanya adalah anggota BPUPKI, namun Roeslan Wongsokoesoemo sejarahnya kurang terinformasikan. Setali tiga uang dengan Parada Harahap, tetapi di dalam blog ini telah ditulis narasi sejarah Parada Harahap secara lengkap. Lalu bagaimana sejarah Roeslan Wongsokoesoemo dan Parada Harahap? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 24 Desember 2022

Sejarah Madura (56): Pendudukan Militer Jepang di Madura (1942-1945); Pendudukan Inggris (1811-1816) Era Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Bagaimana fase pendudukan Jepang di pulau Madoera? Sudah banyak ditulis, tetapi tentu saja masih perlu ditulis lagi. Pendudukan Jepang hanya terjadi singkat antara tahun 1942 hingga 1945. Selain itu ada satu fase pendudukan yang terjadi pada era Pemerintah Hindia Belanda yang dilakukan oleh Inggris. Juga terjadi pada masa singkat antara 1811 hingga 1816. Apa perbedaannya?   


Madura Masa Pendudukan Jepang. Lontar Madura. Pada tanggal 12 Maret 1942 tentara Jepang menduduki seluruh pulau Madura. Dengan dalih kedatangan bala tentara Dainipon untuk kemakmuran bersana Asia Timur Raya, rakyat menyambut baik kedatangan mereka. Dalam perkembangannya Jepang berbalik dengan watak fazisme dan militerisme. Penghidupan rakyat Madura makin lama makin menjadi sulit, kekacauan ekonomi dan rakyat banyak menderita kekurangan makan, penyakit merajalela, sehingga banyak sekali yang mati kelaparan. Dari segi stuktur pemerintahan, pemerintah pendudukan Jepang masih mengambil oper yang telah ada, hanya nama-namanya mereka ganti. Jabatan Residen tetap diadakan dengan sebutan Sjutrjokan dan menunjuk juga Wakil Residen yaitu Raden Ario Adipati Tjakraningrat merangkap sebagai Bupati Bangkalan. Akan tetapi, disamping efek yang sangat negatif diatas, ada pula efek positifnya ialah dengan pembentukan PETA, HEIHO dan POLISI Istimewa, berarti mendidik bangsa Indonesia untuk memiliki pertahanan sendiri, meskipun maksud Jepang semula ialah guna membantu pertahanan negara mereka. Pada tahun 1944 Madura dibagi dalam 5 Daidan yakni Pamekasan, Bangkalan, Ketapang, Ambuntan dan Batang-Batang. Perang dunia II berjalan terus, akan tetapi kekuatan tentara Jepang di Asia mulai mundur. Kenundurannya mulai nyata ialah setelah bom atom dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki dalam pertengahan bulan Agustus 1945 yang kemudian berakhir sejak 14 Agustus 1945 Kaisar Jepang menyatakan takluk kepada Sekutu/Amerika (https://www.lontarmadura.com/)

Lantas bagaimana sejarah pendudukan Jepang di Madura (1942-1945)? Seperti disebut di atas, seperti di tempat lain, kehadiran Jepang lambat laut bertentangan dengan kehidupan rakyat termasuk di pulau Madura. Di masa lalu ada satu fase dimana terjadi pendudukan Inggris (1811-1816) pada era Pemerintah Hindia Belanda. Pendudukn Inggris ini juga terjadi di pulau Madura. Lalu bagaimana sejarah pendudukan Jepang di Madura (1942-1945)? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe

Sejarah Madura (55): Letnan F Poland dan Pasukan Madoera: AV Michiels Perang Jawa dan Alexander van der Hart Perang Padri


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Siapa si Polan? Nama si Polan sering diartikan nama anonym. Namun nama Poland benar-benar ada pada era Pemerintah Hindia Belanda. F Poland dapat dikatakan adalah seorang tentara professional yang menjadi peletak dasar Barisan Madoera, suatu pasukan pribumi pendukung militer Pemerintah Hindia Belanda. F Poland menjadi komandan pasukan Madoera dalam Perang Jawa (1825-1830). Selepas Perang Jawa, Letnan Poland mendampingi Majoor AV Michiels dalam Perang Padri yang mana Poland telah mengembalikan pasukan Madoera, dengan membawa pasukan Ambon. Dalam Perang Padri ini, Letnan Poland yang nyaris ditangkap pasukan Padri dapat diselamatkan pasukan Batak. Sepulang Perang Padri, tahun 1834 Poland yang mendapat kenaikan pangkat menjadi Kaptein diangkat menjadi komandan Barisan Madoera.


Majoor AV Michiels dan Letnan F Poland dapat dikatakan adalah komandan militer Pemerintah Hindia Belanda yang mengawali sukses untuk memasuki benteng Padri di Katingan pada bulan Desember 1830. Pada tahun 1834 dengan kenaikan pangkat menjadi Kapten, F Poland diangkat sebagai panglima Barisan Madoera. Sementara AV Michiels dengan kenaikan pangkat menjadi Overste, ditugaskan ke Moesi Rawas untuk mengusir pasukan Djambi yang melakukan invasi. Seperti halnya F Poland, anak buah terbaik Michiels ke wilayah Palembang ini adalah Letnan A van der Haart. Selanjutnya Perang Padri yang belum tuntas, kembali Kolonel AV Michiels (setelah mendapat kenaikan pangkat) ditugaskan untuk melawan Padri dengan membawa Alexander van der Hart yang telah mendapatkan kenaikan pangkat. Jika doeloe Letnan Poland orang pertama memasuki benteng Padri, maka Kapten A van der Hart dengan detasemennya berhasil memasuki benteng utama Padri di Bondjol tahun 1838. Inilah akhir dari Padri. Dalam Perang Bali, Geneaal Majoor Michiels yang harus melepaskan jabatan Gubernur Pantai Barat Sumatra memanggil kembali (Overste) F Poland. Sementara sebelumnya Overste A van der Hart diangkat AV Michiels menjadi Residente Tapanoeli. Seperti Majoor S Martin pada era VOC/Belanda yang sangat dekat dengan pribumi, F Poland juga sangat dengan pribumi di Madoera dan A van der Hart di Tapanoeli.

Lantas bagaimana sejarah Letnan F Poland dan Pasukan (Barisan) Madoera? Seperti disebut di atas F Poland adslah peletak dasar organsiasi Barisan Madoera (yang bertahan lebih dari satu abad). F Poland adalah anak buah terbaik AV Michiels (Perang Djawa) dan Alexander van der Hart anak buah terbaik berikutnya (Perang Padri). Lalu bagaimana sejarah Letnan F Poland dan Pasukan (Barisan) Madoera? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.