Minggu, 08 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (578): Pahlawan Indonesia-Bahasa Melayu di Indonesia;Beda Bahasa Indonesia vs Malaysia Sejak 1824

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pengukuhan bahasa kebangsaan di Indonesia dimulai pada tahun 1928 (Putusan Kongres Pemuda 1928). Bahasa Melayu (pasar) sejak 1928 diidentifikasi dan dikukuhkan dengan nama Bahasa Indonesia. Sementara pondasi Bahasa Indonesia yang merujuk pada bahasa Melayu pasar telah dimulai sejak satu abad sebelumnya pada tahun 1824. Tahun-tahun sekitar 1824 inilah dianggap sebagai awal perpisahan bahasa Melayu yang dipakai di negara Malaysia (bahasa Melayu Malaysia) dengan bahasa Melayu pasar yang menjadi rujukan Bahasa Indonesia (1928).

Bahasa Melayu termasuk dalam bahasa-bahasa Melayu Polinesia di bawah rumpun bahasa Austronesia. Prasasti Telaga Batu (pantai timur Sumatrea), catatan bahasa Melayu terawal dengan aksara Pallawa, berasal dari abad ke-7 Masehi. Catatan bahasa Melayu ini juga terdapat di beberapa tempat termasuk (prasasti) di Jawa. Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa. Dokumen cetakan mulai intens dari abad ke-18. Ahli bahasa membagi perkembangan bahasa Melayu ke dalam tiga tahap utama, yaitu: Bahasa Melayu Kuno (abad ke-7 hingga abad ke-13); Bahasa Melayu Klasik, mulai ditulis dengan huruf Jawi (sejak abad ke-15); Bahasa Melayu Modern (sejak abad ke-20). Penggunaan yang meluas di berbagai tempat memunculkan berbagai dialek bahasa Melayu, baik karena penyebaran penduduk dan isolasi, maupun melalui pengkreolan. Portugis dari abad ke-16 menganggap  perlunya penguasaan bahasa Melayu untuk perdagangan mereka. Surat-menyurat antarpemimpin kerajaan pada abad ke-16 juga diketahui telah menggunakan bahasa Melayu. Karena bukan penutur asli bahasa Melayu, mereka menggunakan bahasa Melayu yang "disederhanakan" dan mengalami percampuran dengan bahasa setempat, yang lebih populer sebagai bahasa Melayu Pasar (Bazaar Malay). Tulisan pada masa ini telah menggunakan huruf Arab (kelak dikenal sebagai huruf Jawi) atau juga menggunakan huruf setempat, seperti hanacaraka. Rintisan ke arah bahasa Melayu Modern dimulai ketika Raja Ali Haji, sastrawan istana dari Kesultanan Riau Lingga, secara sistematis menyusun kamus ekabahasa bahasa Melayu (Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama) pada pertengahan abad ke-19. Perkembangan berikutnya terjadi ketika sarjana-sarjana Eropa (khususnya Belanda dan Inggris) mulai mempelajari bahasa ini secara sistematis karena menganggap penting menggunakannya dalam urusan administrasi. Hal ini terjadi pada paruh kedua abad ke-19. Bahasa Melayu Modern dicirikan dengan penggunaan alfabet Latin dan masuknya banyak kata-kata Eropa. Pengajaran bahasa Melayu di sekolah-sekolah sejak awal abad ke-20 semakin membuat populer bahasa ini. Di Indonesia, pendirian Balai Poestaka (1901) sebagai percetakan buku-buku pelajaran dan sastra mengantarkan kepopuleran bahasa Melayu dan bahkan membentuk suatu varian bahasa tersendiri yang mulai berbeda dari induknya, bahasa Melayu Riau. Kalangan peneliti sejarah bahasa Indonesia masa kini menjulukinya "bahasa Melayu Balai Pustaka" atau "bahasa Melayu van Ophuijsen". Van Ophuijsen adalah orang yang pada tahun 1901 menyusun ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin untuk penggunaan di Hindia Belanda. Dalam masa 20 tahun berikutnya, "bahasa Melayu van Ophuijsen" ini kemudian dikenal luas di kalangan orang-orang pribumi dan mulai dianggap menjadi identitas kebangsaan Indonesia. Puncaknya adalah ketika dalam Kongres Pemuda II (28 Oktober 1928) dengan jelas dinyatakan, "menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Sejak saat itulah bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa kebangsaan. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Melayu di Indonesia? Seperti disebut di atas, Bahasa Indonesia merujuk pada bahasa Melayu pasar yaang sejak 1824 mulai terpisah dengan bahasa Melayu di Malaysia. Lalu bagaimana sejarah bahasa Melayu di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (577): Pahlawan Indonesia – Islam di Indonesia Tidak Hanya dari Arab; Moor, Persia, India dan Tiongkok

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Islam adalah salah satu pengaruh yang masuk ke wilayah Nusantara (baca: Indonesia). Sebelum kehadiran pengaruh Islam, pengaruh yang sangat kuat adalah Hindoe Boedha. Dalam perkembangannya pengaruh Tiongkok muncul yang kemudian disusul pengaruh Eropa. Dalam sejarah Islam di Indonesia (baca: Nusantara) pengaruh Islam dari orang Moor nyaris tidak dibicarakan. Yang mengemuka adalah orang Arab, Persia, India dan Tiongkok.

Menurut Thomas Walker Arnold, sulit untuk menentukan masa Islam masuk ke Indonesia. Pada pertengahan abad ke-8 orang Arab telah sampai ke Kanton. Masuknya Islam di Nusantara sudah sejak abad ke-7. Namun, perkembangan dakwah baru betul dimulai kala abad ke-11 dan 12. Ahmad Mansur Suryanegara masuknya Islam dalam tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat. Islam datang dari Gujarat melalui peran pedagang India muslim pada abad ke-13 Kedua, teori Makkah. Islam tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui para pedagang Arab muslim abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran pedagang asal Persia dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Marco Polo juga menyatakan sebagai dampak interaksi orang-orang Perlak di Aceh, mereka telah mengenal Islam. Selama masa-masa ini, dinyatakan oleh Van Leur dan Schrieke, bahwa penyebaran Islam lebih terbantu lewat faktor-faktor politik alih-alih karena niaga. Abdul Malik Karim Amrullah berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatra (Barus). Arnold menyatakan Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad-abad awal Hijriah. Meskipun kepulauan Indonesia telah disebut-sebut dalam tulisan ahli-ahli bumi Arab, di dalam tarikh Cina telah disebutkan pada 674 M orang-orang Arab telah menetap di pantai barat Sumatra. Pada tahun 718 M raja Sriwijaya Sri Indravarman setelah pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (717 - 720 M) (Dinasti Umayyah) pernah berkirim surat dengan Umar bin Abdul Aziz. Selama masa-masa abad pertengahan ini, pedagang-pedagang Muslim turut memberi andil dalam bertumbuhnya perdagangan dan kota-kota yang terlibat di sana. Bersamaan dengan kegiatan dagang orang Tionghoa dari Dinasti Ming, Gresik, Malaka, dan Makassar berubah dari kampung kecil menjadi kota-kota besar begitupun untuk Aceh, Patani, dan Banten. Pada abad ke-17 masehi Belanda datang ke Nusantara untuk berdagang yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Islam di Indonesia? Seperti disebut di atas, Islam berasal dari tanah Arab, tetapi yang memberi pengaruh Islam di Nusantara tidak hanya orang Arab. Dalam hal ini orang Moor jarang dibicarakan. Lalu bagaimana sejarah Islam di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.