Minggu, 08 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (577): Pahlawan Indonesia – Islam di Indonesia Tidak Hanya dari Arab; Moor, Persia, India dan Tiongkok

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Islam adalah salah satu pengaruh yang masuk ke wilayah Nusantara (baca: Indonesia). Sebelum kehadiran pengaruh Islam, pengaruh yang sangat kuat adalah Hindoe Boedha. Dalam perkembangannya pengaruh Tiongkok muncul yang kemudian disusul pengaruh Eropa. Dalam sejarah Islam di Indonesia (baca: Nusantara) pengaruh Islam dari orang Moor nyaris tidak dibicarakan. Yang mengemuka adalah orang Arab, Persia, India dan Tiongkok.

Menurut Thomas Walker Arnold, sulit untuk menentukan masa Islam masuk ke Indonesia. Pada pertengahan abad ke-8 orang Arab telah sampai ke Kanton. Masuknya Islam di Nusantara sudah sejak abad ke-7. Namun, perkembangan dakwah baru betul dimulai kala abad ke-11 dan 12. Ahmad Mansur Suryanegara masuknya Islam dalam tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat. Islam datang dari Gujarat melalui peran pedagang India muslim pada abad ke-13 Kedua, teori Makkah. Islam tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui para pedagang Arab muslim abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran pedagang asal Persia dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Marco Polo juga menyatakan sebagai dampak interaksi orang-orang Perlak di Aceh, mereka telah mengenal Islam. Selama masa-masa ini, dinyatakan oleh Van Leur dan Schrieke, bahwa penyebaran Islam lebih terbantu lewat faktor-faktor politik alih-alih karena niaga. Abdul Malik Karim Amrullah berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatra (Barus). Arnold menyatakan Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad-abad awal Hijriah. Meskipun kepulauan Indonesia telah disebut-sebut dalam tulisan ahli-ahli bumi Arab, di dalam tarikh Cina telah disebutkan pada 674 M orang-orang Arab telah menetap di pantai barat Sumatra. Pada tahun 718 M raja Sriwijaya Sri Indravarman setelah pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (717 - 720 M) (Dinasti Umayyah) pernah berkirim surat dengan Umar bin Abdul Aziz. Selama masa-masa abad pertengahan ini, pedagang-pedagang Muslim turut memberi andil dalam bertumbuhnya perdagangan dan kota-kota yang terlibat di sana. Bersamaan dengan kegiatan dagang orang Tionghoa dari Dinasti Ming, Gresik, Malaka, dan Makassar berubah dari kampung kecil menjadi kota-kota besar begitupun untuk Aceh, Patani, dan Banten. Pada abad ke-17 masehi Belanda datang ke Nusantara untuk berdagang yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Islam di Indonesia? Seperti disebut di atas, Islam berasal dari tanah Arab, tetapi yang memberi pengaruh Islam di Nusantara tidak hanya orang Arab. Dalam hal ini orang Moor jarang dibicarakan. Lalu bagaimana sejarah Islam di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia – Islam di Indonesia Tidak Hanya Orang Arab; Moor, Persia, India dan Tiongkok

Menurut data sejarah yang ada, orang yang menyebarkan agama Islam kali pertama ke Nusantara (baca: Indonesia) adalah orang-orang Arab. Bukti-bukti itu telah dicatat dalam teks Tiongkok pada Dinasti Ming pada tahun kenabian (Nabi Muhamad masih hidup) dimana pedagang-pedagang Arab (utusan pemerinhan Nabi Muhammad) telah membuat koloni di pantai timur Tiongkok di Canton. Pedagang-pedagang Arab ini melakukan bnavigasi pelayaran perdagangan dari Jazirah Arab (Laut Merah) hingga ke pantai timur Tiongkok melalui pantai barat Sumatra dan selat Malaka.

Sehubungan dengan telah adanya rute navigasi pelayaran perdagangan Arab yang mencapai pantai timur Tiongkok, maka pengaruh (agama) Islam juga telah tumbuh di sejumlah wilayah seperti di Guzarat (pantai barat India) dan Baroes (pantai barat Sumatra). Hal itulah mengapa ada begitu banyak makam-makam Islam kuno di Baroes yang berasal pada dasawarsa awal tahun hijriah di Baroes dengan nama orang Arab.

Namun bagaimana perkembangan selanjutnya peran orang Arab dalam penyebaran agama Islam di Nusantara seperti di Baroes dan tempat-tempat lain khususnya di Sumatra tidak diketahui secara pasti. Yang jelas pada abad ke-7 di Sumatra pengaruh Hindoe Boedha masih sangat kuat bahkan semakin kuat (lihat antara lain prasasti-prasasti di Sumatra dan Jawa yang berasal dari abad ke-7 antara lain prasasti Kedoekan Bukit 682 M dan prasasti Kota Kapoer 686 M. Adanya candi di wilayah Tapanoeli (candi Simangambat) pada akhir abad ke-7 menunjukkan adanya hidup berdampingan antara pedagang-pedagang India (Hindoe/Boedha) dan Arab (Islam). Namun, sekali lagi, data-data tentang eksistensi (pengaruh) Islam di Nusantara tidak/belum terungkap sepenuhnya hingga munculnya kehadiran Ibnoe Batoetah di seputar selat Malaka pada tahun 1345 M.

Ibnoe Batoetah adalah seorang Moor beragama Islam. Orang Moor sendiri adalah orang Afrika Utara yang beragama Islam yang telah lama membangun peradaban Islam di Eropa khususnya di Spanyol (Cordoba, Andalusia dll). Perang Salib yang dimulai abad ke-11 di Eropa/Asia Barat telah mendegrasi peradaban Islam bangsa Moor di Spanyol. Sejak itulah diduga orang-orang Moor beragama Islam yang setengah Eropa ini menyebar ke berbagai penjuru terutama di wilayah-wilayah pantai hingga Afrika Selatan, India Selatan dan bahkan terus ke Nusantara. Sebagai bangsa yang telah maju, termasuk dalam navigasi pelayaran, orang-orang Moor ini menjadi pedagang-pedagang yang andal antara Eropa dan Tiongkok. Dalam hal ini Ibnoe Batoetah adalah utusan Moor hingga ke Tiongkok. Dalam perjalanan inilah Ibnoe Bataoetah mengunjungi berbagai tempat termasuk di pantai timur Sumatra dimana diduga kuat telah banyak komunitas Moor. Sebelum orang-orang Moor menetap di Nusantara, orang-orang Moor sudah banyak yang kawin mawin dengan penduduk tempatan di di pantai barat laut India maupun di pantai timur laut India yang kelak di Nusantara juga dikenal sebagai orang Pakistan dan orang Bangladesh.

Dalam hal ini sebelum peradaban Eropa berkembang, peradaban Islam bangsa Moor terlebih dahulu berkembang luas di Eropa. Pasca Perang Salib, selain banyak yang menyebar ke wilayah-wilayah Afrika Selatan, India Selatan dan Nusantara, banyak juga yang kembali menyatu dengan orang-orang Moor Afrika Utara di laut Mediterania yang kini menjadi negara-negara Tunisia, Libya, Maroko dan Mauritania. Dalam konteks inilah orang-orang Moor tetap menjadi pedagang penghubung antara Eropa dan Nusantara dan demikian sebaliknya. Kemampuan navigasi pelayaran perdagangan orang-orang Moor inilah kemudian yang diikuti oleh pelaut-pelaut Portugis dan Spanyol pada awal-awal ekspedisi Eropa ke barat (ke Amerika Selatan) maupun ke timur (Nusantara melalui Afrika Selatan dan Goa/India).

Dalam laporan-laporan Portugis disebutkan ekspedisi-ekspedisi mereka banyak melibatkan pelaut-pelaut Moor, selain sudah mengenal orang Moor, orang Moor juga dapat diandalkan orang Portugis dan Spanyol karena piawai dalam navigasi pelayaran dan memiliki kebranian dalam perang. Semakin banyaknya komunitas Islam di India dan Nusantara menjadi perantara yang baik bagi pedagang-pedagang Portugis dalam berinteraksi dan bertransaski dengan penduduk pribumi termasuk di Nusantara. Harus diingat bahwa sebagai penduduk kerajaan Spanyol dan Portugis adalah orang (bangsa) Moor.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Islam di Indonesia Tidak Hanya Orang Arab: Peran Orang Moor

Tunggu deskripsi lengkapnya


 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar