Jumat, 22 April 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (547): Pahlawan Indonesia - Dr Roebini Pahlawan di Betawi; Menolak Lupa, Tak Kenal Maka Tak Sayang

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di Tanah Betawi hanya dikenal tokoh legendari MH Thamrin. Apakah hanya itu? Tentu saja diperlukan penyelidikan sejarah yang intensif. Tanah Betawi adalah pusat ruang sejarah dimana banyak tokoh-tokoh sejarah muncul.  Hal itulah menjadi suatu tantangan tersendiri, apakah hanya MH Thamrin yang benar-benar muncul ke permukaan. Siapa sebenarnya Roebini, yang diduga kuat berdarah Betawi yang menjadi pelaku sejarah di Tanah Betawi.

Dalam daftar Tokoh Betawi di laman Wikipedia yang jelas tidak ada nama Roebini. Dari nama berawal A hingga Z, ditemukan nama Mohamad Husni Thmarin (T). Tidak ada nama-nama sejaman dengan MH Thamrin. Meski demikian ada nama tokoh sebelum MH Thamrin yang dicatat Si Pitung (S). Ada nama yang muncul pada akhir era kolonial yakni Moeffreni Moe'min. Dari ratusan yang terdapat dalam daftar, hampir semuanya tokoh setelah era Republik Indonesia, antara lain: Ridwan Saidi; Deddy Mizwar, Fariz RM, Zainuddin MZ, Suwondo Nainggolan, Chrysse, Phang Tjin Nio, Iko Uwais, Husain bin Abu Bakar Al-Aydrus, Ida Royani, Rano Karno, Komeng, Tan Tjeng Bok, Mandra dan lainnya.

Lantas bagaimana sejarah Roebini? Seperti disebut di atas, Roebini adalah tokoh sejarah yang tidak dikenal dalam dalam daftar tokoh Betawi. Yang cukup dikenal pada era Pemerintah Hindia Belanda hanya dicatat MH Thamrin. Lalu apakah tidak ada tokoh Betawi yang lain? Okelah itu satu hal. Hal lain dalam hal ini adalah sesungguhnya nama Roebini pada masa ini masih eksis tetapi tidak di Tanah Betawi (Jakarta) tetapi sebagai nama jalan di Bandoeng dan Pontianak serta nama rumah sakit di Mempawah. Lalu bagaimana sejarah Roebini? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (546): Pahlawan Indonesia dan Indonesiasi di Wilayah Asia Tenggara; Era Lingua Franca AntarGenerasi

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam beberapa minggu terakhir isu dan debat dimana-mana tentang bahasa resmi di ASEAN mendapatkan gambaran beragam, khususya di Indonesia dan Malaysia. Panel Indonesia jelas mengakui bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu dan bahwa bahasa Indonesia berkembang dan dikembangkan secara sadar. Beberapa waktu lalu pernah muncul isu dimana Malaysia mengklaim batik, rendang, tortor dan sebagainya. Dalam hubungan isu bahasa ASEAN, seakan Malaysia mengklaim bahasa Melayu itu menjadi hak waris sejarahnya. Sebaliknya panel Indonesia tegas menyatakan bahasa Melayu berasal dari bahasa Melayu tetapi tidak mengindikasikan bahwa bahasa Melayu yang dijadikan bahasa Indonesia berasal dari Malaysia. Jadi, sejatinya, dimana sesungguhnya bahasa Melayu itu berkembang?

Bahasa Melayu adalah suatu bahasa Austronesia yang dituturkan di wilayah Nusantara dan di Semenanjung Malaka. Sebagai bahasa yang luas pemakaiannya, bahasa ini menjadi bahasa resmi di Brunei Darussalam, Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), dan Malaysia (juga dikenal sebagai bahasa Malaysia): bahasa nasional Singapura: dan menjadi bahasa kerja di Timor Leste (sebagai Bahasa Indonesia). Bahasa Melayu merupakan basantara dalam kegiatan perdagangan dan keagamaan di Nusantara sejak abad ke-7. Migrasi kemudian juga turut memperluas pemakaiannya. Selain di negara yang disebut sebelumnya, bahasa Melayu dituturkan pula di Afrika Selatan, Sri Lanka, Thailand Selatan, Filipina selatan, Myanmar selatan, sebagian kecil Kamboja, hingga Papua Nugini. Bahasa ini juga dituturkan oleh penduduk Pulau Natal dan Kepulauan Cocos, yang menjadi bagian Australia. Dari segi linguistik, kini ditentukan suatu rumpun bahasa Melayu yang terdiri dari 45 bahasa yang pada gilirannya dibagi dalam kelompok berikut: Bahasa Melayu dagang (atau biasa disebut bahasa "Melayu Pasar" atau "Melayu Kreol"), yang mencakup 10 bahasa: Kelompok Indonesia bagian Tengah ke Timur (9 bahasa): Kupang: Larantuka: Manado: Maluku Utara: Gorontalo: Bacan: Ambon: Papua: Dayak: Kelompok Indonesia bagian Barat ke Tengah (2 bahasa): Bali: Makassar: Untuk kelompok Bahasa Melayu Kreol lainnya diluar Indonesia, selengkapnya lihat Bahasa dagang dan kreol Melayu & Bahasa Kreol. Bahasa-Bahasa lainnya yang juga termasuk dialek Melayu lokal diantaranya adalah: Cocos: Bangka: Barisan Selatan: Brunei: Jambi: Kedah: Kelantan: Kutai: Musi; Pahang: Palembang; Pattani/Bahasa Yawi: Perak: Sabah: Sarawak: Terengganu: Negeri Sembilan: Sambas: Lawoi: Pontianak: Kuantan: Kotawaringin. Selain itu, masih banyak lagi dialek-dialek dari Bahasa lokal masyarakat-masyarakat Melayu. Kelompok Melayu tersebut adalah yang terbesar dalam Rumpun Bahasa Melayik.(Wikipedia)   

Lantas bagaimana sejarah Indonesiaasi di Wilayah Asia Tenggara? Seperti disebut di atas, satu isu penting dalam hal ini adalah polemik antara Indonesia dan Malaysia tentang bahasa. Sejatinya, di Malaysia bahasa Melayu adalah salah satu hal, orang (bangsa) Melayu adalah hal lain lagi. Di Indonesia, bahasa Indonesia adalah satu hal, bahasa daerah adalah hal lain lagi. Bagaiman dengan (seku) bangsa Melayu di Indonesia? Seperti halnya di Malaysia, di Indonesia bahasa Melayu adalah satu hal, dan (seuku-suku) bangsa Melayu hal lain lagi. Lalu bagaimana sejarah Indonesiaasi di Wilayah Asia Tenggara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.