Kamis, 17 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (423): Pahlawan Indonesia – Tan Goan Po, Ekonom Lulusan Rotterdam; Republiken dan Pendirian FEUI

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sebelum ada fakultas ekonomi di Indonesia (bahkan sejak era Hindia Belanda), sudah banyak orang Indonesia sebagai ekonomi bahkan bergelar doktor (Ph.D). Ekonom pertama Indonesia adalah Drs Samsi Sastrawidagda, Ph.D meraih gelar doktor ekonomi di Rotterdam pada tahun 1925. Tentu saja harus diingat Drs Mohamad Hatta (lulus sarjana di Rotterdam 1931). Dr Soemitro Djojohadikoesoemo, Drs Tan Goan Po dan Dr Ong Eng Die adalah generasi terakhir di era Hindia Belanda. Para ekonom ini inilah yang turut membentuk Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia tahun 1950.

Prof Dr Tan Goan Po (4 Agustus 1913 - 14 Februari 1978) adalah Seorang Ekonom Indonesia, salah satu pendiri Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI), juga dikenal sebagai Paul Mawira, ekonom terkemuka pada 1950-an. Selama perjuangan kebangsaan untuk Indonesia, Tan Goan-Po menulis artikel ekonomi di koran Semangat Baroe yang dia sebagai editor saat belajar di Belanda. Sebagai manajer umum Banking dan Trading Corporation di akhir 1940-an, Tan Goan-Po juga membantu dana membiayai delegasi Indonesia dalam perjuangan untuk kemerdekaan dan pengakuan internasional di Dewan Keamanan PBB di Lake Success, New York. Tan mendirikan dan mengelola beberapa bisnis dan lembaga keuangan. Dia membantu berdirinya Akademi Perniagaan Parahyangan pada tahun 1955. Pada 1957-1961 Tan bergabung dengan PRRI/Permesta dan kemudian dikarantina di sebuah pusat penahanan politik. Tan lahir di Ulu, sebuah kota kecil penghasil pala dan cengkih di pulau vulkanik Siau, bagian dari Sangihe Kepulauan. Ayahnya Tan Pek Jong adalah pedagang pala dan cengkih yang belajar sendiri untuk membaca, dan ibunya, Jauw Keng-Nio, buta huruf. Tan Pek-Jong melihat Goan-Po sebagai anak yang luar biasa cerdas dan mengirim putranya pada usia 10 ke kota Manado untuk sekolah dasar. Setelah menyelesaikan sekolah menengah di Tondano dan SMA di Jakarta, Tan Goan Po melanjutkan studi ke Belanda. Istrinya Florentina Petronella Geise dikenal sebagai Tineke ikut dalam unjuk rasa kemerdekaan Indonesia di tempat kelahirannya Rotterdam. Tinneke merupakan adik dari Uskup Katholik Bogor, Mgr.Paternus Nicholas Joannes Cornelius Geise (Wikipedia).  

Lantas bagaimana sejarah Tan Goan Po? Seperti disebut di atas, Tan Goan Po asal Sangihe menjadi salah satu pendiri Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (kampus saya dimana saya mengajar). Lalu bagaimana sejarah Tan Goan Po? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (422): Pahlawan Indonesia-Soemarno Sosroatmojo Gubernur Jakarta; Slank di Potlot Dekat TMP Kalibata

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pagi ini terbit satu artikel di laman Yahoo.com berjudul: ‘Terungkap Silsilah Keluarga Bimbim Slank, Kakeknya Ternyata Tokoh Penting di Jakarta’. Kita para Slanker tentu agak kaget. O, iya? Dan di laman Wikipedia, memang ada nama Soemarno Sosroatmodjo. Okelah, tetapi mengapa baru sekarang diketahui. Bimbim, Bimbim. Iya, seharusnya sejarah keluarga tidak perlu digembar-gemborkan, biarlah itu urusan para ahli sejarah. Sebagai Slanker dan peminat sejarah, mari kita sebarluaskan apa pun yang menjadi pengetahuan.

Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Dr H Soemarno Sosroatmodjo (24 April 1911 – 9 Januari 1991) adalah tentara, dokter dan politisi. Dia adalah salah satu mantan Gubernur DKI Jakarta yang pernah menjabat dalam dua periode yaitu periode 1960–1964 dan periode 1965–1966. Selain berasal dari militer ia juga adalah seorang dokter. Pada masa kepemimpinannya, selain dibangun Monas, Patung Selamat Datang, dan Patung Pahlawan di Menteng, juga dibangun rumah minimum. Konsep rumah minimum ini adalah rumah dengan luas 90 meter persegi, dibangun di atas tanah 100 meter persegi, dengan proyek pertama di Jalan Raden Saleh, Karang Anyar, Tanjung Priok, dan Bandengan Selatan. Setelah selesai masa baktinya, Soemarno menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri dan jabatan Gubernur DKI Jakarta dilanjutkan oleh Henk Ngantung. Ia pernah menjadi direktur Rumah Sakit Hanggulan Sinta yang berlokasi di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah pada tahun 1939. Rumah Sakit tersebut kini dengan nama RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo. Soemarno tutup usia di kediamannya, Jalan Pasir Putih IV/5, Ancol, Jakarta Utara pada tanggal 9 Januari 1991 pada usia 79 tahun. Almarhum meninggalkan seorang istri, tujuh anak, 22 cucu, dan 3 cicit. Dia dimakamkan di TPU Karet, Jakarta Pusat. Salah satu menantu sekaligus cucunya adalah Bunda Iffet dan Bimo Setiawan Almachzumi (Bim Bim).

Lantas bagaimana sejarah Soemarno Sosroatmodjo? Seperti disebut di atas, Soemarno Sosroatmodjo adalah mertua dari Bunda Iffet dan kakek Bimo Setiawan Almachzumi (Bim Bim). Surprise, bukan? Lalu bagaimana sejarah Soemarno Sosroatmodjo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.