Rabu, 03 November 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (211): Ladang Minyak Blok Sibolga di Tapanuli; Seberapa Besar Potensi Minyak Pantai barat Sumatra?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Blok minyak sejak masa lampau hanya dikenal di pantai timur Sumatra. Blok pertama yang dikenal adalah blok Langkat (dengan kilang minyak tertua di Indonesia di Pangkalan Brandan). Potensi minyak di pantai timur Sumatra ditemukan semakin luas dengan potensi sangat besar mulai dari Aceh, Sumatra Utara, Riau, Jambi, Sumatra Selatan dan Lampung. Tidak ada yang membayangkan potensi minyak di pantai barat Sumatra hingga mulai terungkap pada tahun-tahun terakhir, termasuk blok minyak Sibolga di kabupaten Tapanuli Tengah.

Dari berbagai informasi masa kini, potensi minyak di pantai barat Sumatra diduga terdapat di jumlah daerah. Di wilayah provinsi Aceh berada di lepas pantai Singkil (South West Aceh) dan lepas pantai Meulaboh (North West Aceh). Di provinsi Sumatra diduga berada di Tapanuli yang diidentifikasi sebagai Blok Sibolga. Masih di pantai barat Sumatra disebut potensi minyak di lepas pantai yang masuk wilayah provinsi Sumatra Barat dan Bengkulu yang diidentifikasi sebagai Blok Bengkulu I-Mentawai yang berada di lepas pantai Selat Bengkulu yang masuk wilayah kabupaten Bengkulu Utara seluas 8.034 Km2 dengan kedalaman laut berkisar 400–1.000 meter (pengeboran di kedalaman kurang lebih 950 meter).

Lantas bagaimana sejarah ladang minyak/gas di wilayah (teluk) Tapanuli? Seperti disebut di atas, pontensi minyak ditemukan berbagai titik di lepas pantai barat Sumatra mulai dari Aceh hingga Bengkulu. Lalu seberapa besar potensi minyak/gas di lepas pantai barat Sumatra di Tapanuli? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (210): Peta Teluk di Sumatra, Sisa Teluk Purba di Tapanuli; Melacak Teluk-Teluk yang Menjadi Daratan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Gambaran bentuk pulau Jawa kurang lebih mirip dengan pulau Sumatra. Yang membedakan pulau Sumatra lebih besar dari pulau Jawa. Empat pulau besar di Indonesia (Sumatra, Jawa, Kalimantan an Papua) pada zaman kuno berbeda dengan bentuk masa kini. Gambaran pulau Sumatra dan pulau Jawa zaman kuno lebih ramping jika dibandingkan dengan kondisi pada masa ini. Persamaan kedua pulau yang awalnya ramping ini, pulau Sumatra bertmabah luas ke arah timur (pantai timur) dan pulau Jawa bertambah luas ke arah utara (pantai utara). Persamaan lainnya, kedua pulau ini di sisi sebaliknya relatif tidak berubah (kecuali di beberap titik).

Sumatra adalah pulau keenam terbesar di dunia yang terletak di Indonesia, dengan luas 473.481 Km². Pulau ini dikenal pula dengan nama lain yaitu pulau Percha, pulau Andalas atau pulau Suwarnadwipa (bahasa Sanskerta sebagai pulau emas). Pulau Sumatra terletak di bagian barat gugusan kepulauan Nusantara. Di sebelah utara berbatasan dengan teluk Benggala, di timur dengan selat Malaka, di sebelah selatan dengan Selat Sunda dan di sebelah barat dengan Samudra Hindia. Di sebelah timur pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-sungai besar yang bermuara, antara lain Asahan (Sumatra Utara), Sungai Siak (Riau), Kampar, Indragiri (Sumatra Barat, Riau), Batang Hari (Sumatra Barat, Jambi), Musi, Ogan, Lematang, Komering (Sumatra Selatan), Way Sekampung, Way Tulangbawang, Way Seputih dan Way Mesuji (Lampung). Sementara beberapa sungai yang bermuara ke pesisir barat pulau Sumatra di antaranya Batang Tarusan (Sumatra Barat) dan Ketahun (Bengkulu). Di bagian barat pulau, terbentang pegunungan Bukit Barisan yang membujur dari barat laut ke arah tenggara dengan panjang lebih kurang 1500 Km. Sepanjang bukit barisan tersebut terdapat puluhan gunung, baik yang tidak aktif maupun gunung berapi yang masih aktif. Gunung yang masih aktif antara lain Geureudong (Aceh), Sinabung (Sumatra Utara), Marapi dan Talang (Sumatra Barat), Gunung Dempo (Sumatra Selatan), Gunung Kaba (Bengkulu), dan Kerinci (Sumatra Barat, Jambi). Di pulau Sumatra juga terdapat beberapa danau, di antaranya D Laut Tawar (Aceh), D Toba (Sumatra Utara), D Singkarak, D Maninjau, D Diatas, D Dibawah, D Talang (Sumatra Barat), D Kerinci (Jambi) dan D Ranau (Lampung dan Sumatra Selatan). Gunung-gunung di Sumatra dengan kjetinggian di atas 2.500 meter adalah G Bandahara, Aceh (3.030 M); G Dempo, Sumatra Selatan (3.159 M); G Geureudong, Aceh (2.885 M); G Kerinci, Jambi (3.805 M); G Leuser, Aceh (3.172 M); G Marapi, Sumatra Barat (2.891 M); Perkison, Aceh (2.828 M); G Singgalang, Sumatra Barat (2.877 M); G Talamau, Sumatra Barat (2.912 M): dan G Talang, Sumatra Barat (2.597 M).

Lantas bagaimana sejarah teluk-teluk di pulau Sumatra? Seperti disebut di atas, pulau Sumatra mirip dengan pulau Jawa dari segi topografi (gunung, sungai dan danau). Seperti di pulau Jawa kini dikenal luas teluk Jakarta, sementara di pulau Sumatra dikenal teluk Tapanuli. William Marsden (1781) menyebut teluk Tapanuli sebagai teluk terbaik di Sumatra. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.