Kamis, 03 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (449): Pahlawan Indonesia - Kongres Chung Hwa Hui 1927 di Semarang; Anggota Indische Vereeniging

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Chung Hwa Hui (1928–1942; 'Asosiasi Tionghoa'), juga dikenal sebagai CHH adalah sebuah organisasi dan partai politik pro-Belanda konservatif di Hindia Belanda (baca: Indonesia), yang sering dikritik karena menjadi corong dari kalangan berkuasa Tionghoa kolonial. Partai tersebut mengkampanyekan kesetaraan hukum antara etnis Tionghoa dan orang Eropa di koloni tersebut, dan mengadvokasikan keikutsertaan politik etnis Tionghoa di negara kolonial Belanda tersebut. Awalnya partai Chung Hwa Hui ini ada organisasi mahasiswa Cina di Belanda yang aktivitasnya bermula di Belanda tahun 1910 saat mana di Belanda sudah terbentuk organisasi mahasiswa pribumi di Belanda sejak 1908 (Indische Vereeniging).

Chung Hwa Hui (1928–1942; the 'Chinese Association'), also known as CHH, was a conservative, largely pro-Dutch political organisation and party in the Dutch East Indies (today Indonesia), often criticised as a mouthpiece of the colonial Chinese establishment. The party campaigned for legal equality between the colony's ethnic Chinese subjects and Europeans, and advocated ethnic Chinese political participation in the Dutch colonial state. Founded in 1928 after preliminary congresses through 1926 and 1927, CHH was loosely associated with the eponymous Chung Hwa Hui Nederland, a Peranakan student association in the Netherlands, established in 1911 in Leiden. Throughout its existence, CHH was dominated by its founding and only president H. H. Kan, a patrician doyen of the Cabang Atas. Members of the party's founding executive committee consisted of other scions of the Cabang Atas, such as Khouw Kim An, the 5th Majoor der Chinezen of Batavia, Han Tiauw Tjong and Loa Sek Hie, or representatives of ethnic Chinese conglomerates, including Oei Tjong Hauw [id], head of Kian Gwan, Asia's largest multinational at the time, and the Semarang business tycoon Thio Thiam Tjong. Due to its elitist leadership, CHH was referred to by critics as the 'Packard Club' after the expensive cars many of its leaders used. The general membership of the political party was drawn largely from Dutch-educated, upper and upper-middle class Peranakan circles. Chung Hwa Hui was loyal to the Dutch East Indies and supported Indies nationality, but campaigned vigorously for legal equality with Europeans for the colony's Chinese subjects. To this end, the party advocated ethnic Chinese participation in colonial Indonesian politics: until the Japanese invasion in 1942, the majority of ethnic Chinese members of the Volksraad were CHH leaders. HH Kan articulated in his Dutch maiden speech to the Volksraad in 1918 a position that later came to define CHH. (Wikiepdia)

Lantas bagaimana sejarah partai Chung Hwa Hui di Indonesia (baca: Hindia Belanda)? Seperti disebut di atas, partai ini awalnya sebuah organisasi mahasiswa Cina asal Hindia di Belanda yang didirikan tahun 1911. Lalu bagaimana sejarah partai Chung Hwa Hui di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (448): Pahlawan Indonesia – Mayor Jenderal Abdoel Kadir; Letkol Ir MO Parlindoengan di Jogjakarta

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada dua tokoh sejarah dengan nama Abdoel Kadir. Yang pertama adalah Abdoel Kadir [Widjojoatmodjo] yang menjadi penasehat Letnan Gubernur Jenderal Belanda/NICA HJ van Mook. Nama yang kedua adalah Abdoel Kadir (saja) yan menjadi komandan militer RI (TNI). Artikel ini tidak berbicara tentang Abdoel Kadir Widjojoatmodjo, tetapi mendeskripsikan sejarah komandan TNI Abdoel Kadir.

 

Mayor Jenderal (Purn.) Raden Haji Abdul Kadir (6 Juni 1906 – 21 Januari 1961) adalah anggota BPUPKI dan PPKI. Abdoel Kadir menamatkan pendidikannya di OSVIA Serang pada tahun 1926. Setelah lulus ia sempat menduduki beberapa posisi di pemerintahan Hindia Belanda, seperti mantri Kabupaten Jatinegara (1930) dan asisten wedana di Jawa Barat (1942). Pendidikan militer Abdoel Kadir adalah Renseitai, Pembela Tanah Air. Jabatan militer Abdoel Kadir adalah Daidancho, Pembela Tanah Air, Kedu II, Gombong, 1943; Panglima Divisi II/Purwokerto, Tentara Keamanan Rakyat, 1945; Panglima Divisi II/Cirebon, Komandemen I Jawa Barat, Tentara Republik Indonesia yang dilantik 25 Mei 1946. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Mayor Jenderal Abdoel Kadir? Seperti disebut di atas, Abdoel Kadir adalah salah satu panglima Republik Indonesia dalam perang kemerdekaan (melawan Belanda/NICA). Lalu bagaimana sejarah Abdoel Kadir? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.