Senin, 23 Desember 2019

Sejarah Jakarta (65):' Kali Gresik' Menteng Bukan Sungai; Selokan Drainase Eks Jalur Rel Kereta Api yang Membuat Gagal Paham


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Di Menteng tidak ada Kali Gresik, yang ada adalah Kali Cideng. Lho, kok! Sungai atau kali secara alamiah mengalir dari arah hulu (atas) ke hilir (bawah) seperti Kali Cideng. Kali Gresik di Menteng arahnya melintang. Kali Cideng berhulu di Depok (atas) dan bermuara ke Kali Kroekoet (bawah). Lantas, Kali Gresik berhulu dimana? Nah, lho! Pertanyaan ini membuat kita gagal paham.

'Kali Gresik' di Menteng (Old en Now)
Air mengalir yang arahnya melintang di Jakarta cukup banyak. Yang paling besar adalah Banjir Kanal Barat, suatu kanal pengendali banjir (sungai Ciliwung) yang dialirkan ke arah barat. Kanal ini dibangun pada tahun 1918. Pada masa ini pasangan Banjir Kanal Barat adalah Banjir Kanal Timur (BKT). Dalam konstruksi BKT diintegrasikan dengan Kalimalang. Seperti halnya Kali Gresik, Kalimalang juga bukan sungai karena arahnya juga melintang. Ringkasnya: jika bukan sungai (secara alamiah bersumber dari mata air) berarti yang dimaksud adalah kanal (secara buatan yang bersumber dari sungai). Jadi, Kali Gresik adalah selokan atau kanal, namun bukan kanal pengendali banjir, tetapi kanal drainase. Sedangkan kanal Kalimalang dibangun tidak hanya untuk tujuan pengendali banjir, tetapi juga untuk kebutuhan irigasi (sawah) dan kebutuhan air bersih. Kanal Kalimalang bersumber dari sungai Citarum (di Purwakarta). Untuk sekadar catatnn: Kanal Kalimalang tidak ditulis sebagai Kali Malang, sebab Kalimalang adalah singkatan dari (Kali) Bekasi dan Setu (Malang).    

Yang disebut Kali Gresik di Menteng yang berada diantara Jalan Sutan Syahrir (dulu disebut Madoeraweg) dan Jalan Mohamad Yamin (dulu disebut Greiseeweg), pada awalya adalah lintasan jalur kereta api (Paseban-Tanah Abang). Jalur ini dilikuidasi sehubungan dengan dibangunnya jalur kereta api sejajar Banjir Kanal Barat tahun 1921. Eks jalur kereta api di jantung Perumahan Menteng inilah kemudian dibangun kanal drainase. Kanal drainase yang kini disebut salah kaprah sebagai Kali Gresik sangatlah lebar dan tetapi pendek, Lalu untuk membuat lingkungan (perumahan) Menteng terkesan indah, diperlukan sumber air baru untuk mengaliri kanal agar tampak bersih. Bagaiamana itu semua terjadi? Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Perumahan ‘Elit’ Menteng dan Stasion ‘Interchange’ Manggarai

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar