Minggu, 24 April 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (551): Pahlawan Indonesia-Klub Studi ‘Kaoem Indonesia’ di Solo; Klub Studi Surabaya Bandung Batavia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini klub studi dari orang pribumi terpelajar Indonesia pada era Pemerintah Hindia Belanda hanya populer dan diarahkan pada klub studi Algemeene Studie Club di Bandoeng yang didirikan tahun 1926 (yang mana ketuanya M Putuhena). Tentu saja tidak hanya itu. Klub studi pada era yang sama juga didirikan di Soerabaja, Batavia dan Solo. Klub studi pertama yang didirikan berada di Soerabaja pada tahun 1924.

Algemeene Studieclub atau Algemeene Studie Club (ASC) adalah klab kuliah umum yang didirikan oleh para intelektual nasionalis Bumiputera/i di Tanah Pasundan, Bandung pada zaman Hindia Belanda tahun 1926. Presiden Sukarno adalah salah satu anggota pendirinya. Sebagai kelanjutan kelompok studi itu, Soekarno dengan kawan-kawan kemudian mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia yang merupakan cikal bakal Partai Nasional Indonesia pada 4 Juli 1927. Pemerintah kolonial Belanda tampak sangat khawatir melihat kepopuleran Soekarno, bersama Maskun, Gatot Mangkupradja, Supriadinata dan pertumbuhan pesat PNI. Dengan dalih menjaga ketertiban dan keamanan, pemerintah kolonial menangkap dan menahan ratusan aktivis PNI pada 29 Desember 1929. Mereka kemudian diadili ke depan pengadilan Landraad Bandung 18 Desember 1930 dengan pembelaan Indonesia Menggugat. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah klub studi di Solo yang diberi nama ‘Kaoem Indonesia’? Seperti disebut di atas, klub studi di Solo adalah salah satu klub studi yang didirikan pada era Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah klub studi di Solo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (550): Pahlawan Indonesia-Tuntutlah Ilmu Itu Meski Jauh ke Negeri Tiongkok;Era Kenabian di Nusantara

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti apa era kenabian di Nusantara? Tentulah sudah ada peradaban yang tinggi juga dan navigasi pelayaran perdagangan yang intens antar pulau di Nusantara. Era kenabian dalam hal ini diringkas sejak hijrabnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah (620 M) sebagai tahun pertama penanggalan Islam. Dalam konteks ini (pada tahun-tahun kenabian) ada satu hadis yang menyatakan ‘Tuntutlah ilmu itu walau jauh ke negeri Cina’.

Muhammad (570-632 M)) adalah seorang nabi dan rasul terakhir bagi umat Muslim. Muhammad sama-sama menegakkan ajaran tauhid untuk mengesakan Allah sebagaimana yang dibawa nabi dan rasul sebelumnya. Lahir di Mekkah, Beranjak remaja, Muhammad bekerja sebagai pedagang. Diriwayatkan dalam usia ke-40, Muhammad didatangi Malaikat Jibril dan menerima wahyu pertama dari Allah. Tiga tahun setelah wahyu pertama, Muhammad mulai berdakwah secara terbuka, menyatakan keesaan Allah dalam bentuk penyerahan diri melalui Islam sebagai agama yang benar. Muhammad menerima wahyu berangsur-angsur hingga wafat. Praktik atau amalan Muhammad diriwayatkan dalam hadis, dirujuk oleh umat Islam sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Al-Quran. Muhammad bersama pengikut awal mendapati berbagai bentuk perlawanan dan penyiksaan dari beberapa suku Mekkah. Seiring penganiayaan yang terus berlanjut, Muhammad membenarkan beberapa pengikutnya hijrah ke Habsyah, sebelum Muhammad memulai misi hijrah ke Madinah pada tahun 622 M. Peristiwa hijrah menandai awal penanggalan Kalender Hijriah dalam Islam. Di Madinah, Muhammad menyatukan suku-suku di bawah Piagam Madinah. Setelah delapan tahun bertahan atas serangan suku-suku Mekkah, Muhammad mengumpulkan 10.000 Muslim untuk mengepung Mekkah. Serangan tidak mendapat perlawanan berarti dan Muhammad berhasil mengambil alih kota dengan sedikit pertumpahan darah. Ia menghancurkan berhala-berhala. Pada tahun 632 M, beberapa bulan setelah kembali ke Madinah usai menjalani Haji Wada, Muhammad jatuh sakit dan hingga akhirnya wafat. Muhammad meninggalkan Semenanjung Arab yang telah bersatu dalam pemerintahan tunggal Islam dan sebagian besar telah menerima Islam. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Tuntutlah Ilmu Itu Meski Jauh ke Negeri Tiongkok? Seperti disebut di atas, Nabi Muhamma SAW pernah menyatakan saran serupa itu (hadis). Mengapa harus ke Tiongkok? Bagaimana situasi dan kondsisi saat itu di Nusantara (baca: Indonesia)? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.