Tampilkan postingan dengan label Sejarah Museum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Museum. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 September 2023

Sejarah Museum (6): Gedung Museum Nas. Indonesia Terbakar;Bataviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen Sejak 1778


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Museum dalam blog ini Klik Disini 

Museum Nasional Indonesia, atau yang sering disebut dengan Museum Gajah, adalah sebuah museum arkeologi, sejarah, etnografi, dan geografi yang terletak di Jakarta Pusat dan persisnya di Jalan Merdeka Barat. Museum ini merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara. Kemarin malam, museum bersejarah ini terbakar.


Pada tanggal 24 April 1778, akademisi di Hindia Belanda dan sejumlah pejabat Pemerintah Hindia Belanda membentuk perhimpunan bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Perhimpunan ini didirikan dengan tujuan mencapai kemajuan ilmu pengetahuan melalui pengembangan museum. JCM Radermacher, ketua perkumpulan, menyumbang sebuah gedung yang bertempat di Jalan Kalibesar beserta dengan koleksi buku dan benda-benda budaya. Pada masa Inggris (1811-1816), Sir Thomas Stamford Raffles direktur Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen memerintahkan pembangunan gedung baru (kini di Jalan Majapahit No. 3). Gedung ini digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dahulu bernama "Societeit de Harmonie".). Lokasi gedung ini sekarang menjadi bagian dari kompleks Sekretariat Negara. Pada tahun 1862, setelah koleksi memenuhi museum di Jalan Majapahit, pemerintah Hindia Belanda mendirikan gedung yang hingga kini masih ditempati. Gedung museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1868. Setelah kemerdekaan Indonesia, Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan museum kepada pemerintah Republik Indonesia, tanggal 17 September 1962. Sejak itu pengelolaan museum dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah gedung Museum Nasional Indonesia terbakar? Seperti disebut di atas, gedung museum itu terbakar. Dalam hubungan ini Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen sejak 1778. Lalu bagaimana sejarah gedung Museum Nasional Indonesia terbakar? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 24 Januari 2021

Sejarah Museum (5): Perdagangan Benda Kuno dan Barang Antik di Indonesia Tempo Deoloe; Egbert Willem van Orsoy de Flines

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Museum dalam blog ini Klik Disini 

Dalam sejarah Indonesia, perdagangan barang kuno dan benda antik sudah ada sejak era VOC. Perdagangan ini mulai intens ketika Radermacher menginisiasi pendirian lembaga ilmu pengetahui dan seni di Batavia (Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen). Lembaga yang didirikan tahun 1778 mulai mendirikan perpustakaan dan museum. Meski pendirian museum tidak dimaksudkan untuk meningkatkan perdagangan benda kuno dan barang antik, hanya untuk menyimpan yang dapat dilihat oleh publik, tetapi kenyataannya perburuan benda kuno dan barang antik telah menciptakan market tersendiri.

Pengertian benda kuno dan barang antik dibedakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Barang antik adalah barang kuno yang bernilai seni atau benda budaya, sementara barang kuno adalah barang yang berasal dari zaman purba. Dalam hal ini museum tidak hanya untuk tempat menyimpan dan memamerkan ke publik tentang barang atau benda kuno dan barang antik tetapi juga ada yang secara khusus untuk menyimpan dan memamerkan barang produk industri yang sudah lama (tidak kuno dan juga tidak antik), spesimen spesies atau varitas flora dan fauna. Sedangkan perpustakaan (bibliotheek) menurut KBBI adalah (1) tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dan sebagainya; (2) koleksi buku, majalah, dan bahan kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan. Dalam hal ini perpustakaan dapat menyimpan koleksi yang lama atau yang baru. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan perpustakaan dan museum ini secara paralel lapak dan toko di pasar-pasar atau tempat tertentu.

Salah satu kolektor benda kuno dan barang antik pada era Hindia Belanda adalah Egbert Willem van Orsoy de Flines. Sang kolektor ini, yang awalnya hanya sekadar sebagai peminat, namun dengan meningkatnya pemahaman dan kemampuannya menganalisis benda kuno dan barang aktik, dirinya kemudian diminta oleh pengurus untuk menjadi salah satu kurator museum Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Itulah Egbert Willem van Orsoy de Flines. Lantas siapa dia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 23 Januari 2021

Sejarah Museum (4): Sejarah Candi Padang Lawas, Tapanuli; Pusat Budha Sumatera Era Kuno Berada di Palembang, Jambi dan Pane

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Museum dalam blog ini Klik Disini

Sejarah kuno selalu penuh teka-teki. Hal yang paling pokok mengapa demikian karena kurang tersedianya data yang lengkap dan akurat. Sebab lain karena pendekatan analisis yang digunakan bersifat parsial tidak keseluruhan (total) dalam arti data dari aspek lain tidak disertakan dalam analisis. Celakanya, interpretasi dari hasil analisis tidak mencerminkan fakta yang sesungguhnya. Itulah gambaran umum tentang narasi sejarah kuno, narasi sejarah yang terus direvisi (jika ditemukan fakta dan data baru).

Pada awalnya, narasi sejarah keberadaan Boedha hanya merujuk (satu-satunya) di Palembang. Pada era Hindia Belanda ditemukan pusat Budha tidak hanya di Palembang (Sriwijaya) tetapi juga di Jambi dan Panai. Panai sebagai (salah satu) pusat Budha di zaman kuno diketahui dari keberadaan candi-candi yang terdapat di Padang Lawas. Sebagaimana diketahui adanya candi di Padang Lawas kali pertama dilaporkan oleh FW Junghuhn ketika melakukan survei pemetaan di wilayah Padang Lawas antara tahun 1841 dan 1842. Penyelidikan candi-candi Padang Lawas baru dilakukan secara intens sejak 1934. Oleh karena itu, penemuan Padang Lawas sebagai pusat Budha masih terbilang baru.

Lantas bagaimana sejarah candi di Padang Lawas? Pada era Republik Indonesia upaya ini baru dilakukan secara komprehensif bersamaan dengan upaya rehabilitasi yang dilakukan pada situ-situs candi yang terdapat di Padang Lawas. Namun yang tetap menyisakan pertanyaan adalah mana yang lebih awal eksis pusat Budha di Palembang atau pusat Budha di Panai. Pusat Budha Panai berada di arah hulu daerah aliran sungai Baroemoen (kini kabupatyen Padang Lawas di Tapanoeli). Okelah, mari kita pelajari kembali. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 19 Januari 2021

Sejarah Museum (3): Renaisans Indonesia Sejak 1846; Taal, Letter, Oudheid, Penning, Natuur, Volkenkunde, Landbouw, Nijverheid

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Museum dalam blog ini Klik Disini 

Adakah sejarah renaisans Indonesia? Masalahnya bukan soal ada atau tidak ada seperti di Eropa, namun soal siapa yang bersedia menulisnya. Renaisans tentu saja adalah kata yang bersifat generik dan dapat digunakan di suatu kawasan. Lantas apakah renaisans Indonesia hanya latah? Bukan soal latah atau tidak, tetapi apakah ada gambaran yang mirip di masa lampau seperti halnya renaisans di Eropa? Tentu saja ada tampa harus kita cari, karena faktanya ada. Jadi, persoalannya adalah siapa yang bersedia menulisnya.

Renaisans (bahasa Prancis: Renaissance) atau Abad Pembaharuan adalah kurun waktu dalam sejarah Eropa dari abad ke-14 sampai abad ke-17, yang merupakan zaman peralihan dari Abad Pertengahan ke Zaman Modern. Pandangan-pandangan tradisional lebih menyoroti aspek-aspek Awal Zaman Modern dari Renaisans sehingga menganggapnya terputus dari zaman sebelumnya, tetapi banyak sejarawan masa kini lebih menyoroti aspek-aspek Abad Pertengahan dari Renaisans sehingga menganggapnya sinambung dengan Abad Pertengahan. Renaisans adalah sebuah gerakan budaya yang berkembang pada periode kira-kira dari abad ke-14 sampai abad ke-17, dimulai di Italia pada Akhir Abad Pertengahan dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Gerakan Renaissance tidak terjadi secara bersamaan di seluruh Eropa, gerakan ini juga tidak terjadi secara serentak melainkan perlahan-lahan mulai dari abad ke 15. Persebaran itu ditandai dengan pemakaian kertas dan penemuan barang metal. Kedua hal tersebut mempercepat penyebaran ide gerakan Renaissance dari abad ke-15 dan seterusnya. Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran Kristiani, orang-orang kini mencari orientasi dan inspirasi baru sebagai alternatif dari kebudayaan Yunani-Romawi sebagai satu-satunya kebudayaan lain yang mereka kenal dengan baik. Kebudayaan klasik ini dipuja dan dijadikan model serta dasar bagi seluruh peradaban manusia (Wikipedia).

Okelah kalau begitu? Lalu bagaimana sejarah renainsans Indonesia? Tentu saja awal renainsans Indonesia dimulai pada era Hindia Belanda. Itu bermula ketika para pegiat ilmu pengatahuan dan seni di Batavia (baca: Jakarta) mulai menyadari bahwa Hindia Belanda berbeda dengan Belanda. Ibu Pertiwi (Vaderland) tidak lagi dapat dijadikan sebagai referensi dalam mengambil langkah tindakan. Memang tidak, tentu saja, tidak disebut dengan nama konsep renainsans, tetapai nyatanya Gubernir Jenderal setuju dan memulai meotivasi. Bagaimana semua itu bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 18 Januari 2021

Sejarah Museum (2): Situs Salak Datar di Lereng Gunung Halimun, Situs Sebelum atau Sesudah Era Pakwan-Padjadjaran?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Museum dalam blog ini Klik Disini

Banyak situs tua di wilayah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Salah satu situs tua terdapat di desa Cimaja, kecamatan Cikakak, kabupaten Sukabummi. Meski situs tersebut sudah diketahui secara luas tetapi sejauh ini keterangan mengenai situs kurang terinformasikan, apakah karena belum adanya penyelidikan dan penelitian tidak diketahui secara jelas. Namun yang jelas situs Salak Datar sudah dilaporkan sejak tahun 1843.

Situs tua pada dasarnya tidak hanya dipandang sebagai sisa (peradaban) masa lalu yang eksotik tetapi juga haruslah dianggap sebagai salah satu museum luar rungan yang dapat berfungsi sebagai laboratorium untuk mengenal peradaban kuno di sekitar. Situs kuno juga dapat dilihat sebagai penanda navigasi perjalanan sejarah di sekitar yang dapat menjelaskan sejarah ada tidaknya hubungan hubungan masa lampau dengan peradaban masa kini. Yang jelas lokasi situs ini tidak terlalu jauh dari pantai, di kawasan ditemukannya emas.

Bagaimana sejarah Situs Salak Datar? Tampaknya belum ada yang pernah menulis. Meski demikian, ada baiknya dimulai saja. Namun demikian, menunggu penyelidikan lebih lanjut dari pihak yang berkompeten, ada baiknya kita narasikan sebatas sejarah penemuannya. Bagaimana sejarah situs terbentuk adalah satu hal, bagaimana sejarah penemuan situs ini adalah hal lain lagi. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 14 Januari 2021

Sejarah Museum (1): Sejarah Awal Museum di Indonesia, Sejak Zaman VOC (Belanda); Narasi Sejarah Memperkaya Isi Museum

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Museum dalam blog ini Klik Disini

Sejarah dan museum tidak terpisahkan. Sejarah merujuk pada narasi fakta dan data. Itu berarti sejarah adalah suatu analisis (tentang fakta dan data) yang hasilnya ditulis dan kemudian dipublikasikan. Bentuk data bermacam-macam, ada lisan (rekaman bunyi), ada tulisan (teks) dan ada lukisan (gambar). Bentuk lainnya data adalah benda (benda kuno) termasuk bangunan (termasuk candi) dan isinya. Satu hal yang terlupakan dalam analisis sejarah adalah data tentang alam itu sendiri, seperti pulau, gunung, sungai dan danau. Sebagian fakta dan data sejarah ini tersimpan atau disimpan di dalam museum dan narasinya disimpan dalam biblioteek (perpusatakaan).

Museum adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan. Di Indonesia, museum yang pertama kali dibangun adalah Museum Radya Pustaka. Pada awalnya, museum bermula sebagai tempat untuk menyimpan koleksi milik individu, keluarga atau institusi kaya. Benda-benda yang disimpan biasanya merupakan karya seni dan benda-benda yang langka, atau kumpulan benda alam dan artefak arkeologi (Wikipedia).

Pemutakhiran narasi sejarah memiliki relasi yang kuat dengan pembangunan dan pengembangan museum. Oleh karena museum memiliki fungsi dasar sebagai tempat penyimpanan maka semakin banyak museum dan semakin banyak isinya akan memperkuat analisis sejarah yang lalu pada gilirannya narasi sejarah akan memperkaya pemahaman terhadap isi museum. Dalam hal ini, serial artikel sejarah museum dalam blog ini dibuat untuk menampung semua sejarah museum di Indonesia sejak era Hindia Belanda yang diharapkan dapat memperkuat kedudukan museum yang ada di tengah-tengah kita pada masa ini. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Kita mulai dari artikel pertama tentang Sejarah Asal Usul Museum di Indonesia. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.