Selasa, 11 Juni 2019

Sejarah Jakarta (55): Daftar Nama Jalan di Jakarta Tempo Dulu; Nama Jalan, Lapangan dan Taman Diubah Pada Era NKRI, 1950


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Nama jalan tempo doeloe di Jakarta adalah jalan lama. Nama-nama jalan tersebut yang berbau Belanda dan Tionghoa telah diubah. Perubahan nama jalan itu dilakukan pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Namun nama-nama jalan lama yang bersifat umum tetap dipertahankan hingga sekarang, seperti nama tempat, nama pulau, nama gunung dan sebagainya. Jalan-jalan yang belum ada namanya atau jalan yang dibangun baru setelah tahun 1950 diberinama sesuai Indonesia seperti jalan MH Thamrin, jalan Sudirman dan jalan Sisingamangaraja.

Nama jalan tempoe doeloe di Jakarta (Peta 1937)
Penamaan nama jalan di wilayah perkotaan (urban) pada era Hindia Belanda dilakukan dengan peraturan pemerintah. Wilayah kota, seperti Batavia nama jalan ditetapkan oleh keputusan Wali Kota (Burgemeester). Nama-nama jalan lama yang sudah ada namanya dan eksis sejak lampau diratifikasi, sedangkan jalan yang belum ada namanya atau jalan yang baru dibangun diberi nama sesuai keputusan pemerintah. Perubahan-perubahan nama jalan (pergantian nama) juga dilakukan berdasarkan keputusan pemerintah.

Jumlah nama jalan di Batavia hingga berakhirnya era kolonial Belanda sebanyak 473 buah (lihat lampiran di bawah). Jumlah ini semakin bertambah seiring dengan pembangunan jalan baru atau perubahan status jalan dari jalan pribadi menjadi jalan umum. Dalam penamaan jalan ini dibedakan antara satu jalan dengan jalan lainnya berdasarkan kategori dan fungsi (boulevard, straat, laan, weg, gang).

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Perubahan Nama Indonesia

Pada era Pemerintahan RIS, perubahan nama jalan masih terkesan canggung dan malu-malu kucing. Nama Oranje Boulevard hanya diubah menjadi Djalan Raja Oranje (lihat Provinciale Drentsche en Asser courant, 08-04-1950). Hal ini boleh jadi karena sistem pemerintahan RIS masih terkait dengan Belanda. Istilah kata, pemerintah belum berani mengubah nama secara total. Yang baru diubah nama secara total adalah nama kota Batavia menjadi Djakarta dan kota Buitenzorg menjadi Bogor (lihat De vrije pers: ochtendbulletin, 21-01-1950).

Provinciale Drentsche en Asser courant, 08-04-1950
Pada era pendudukan militer Jepang nama-nama berbau Belanda hanya beberapa nama jalan yang diganti dan seperlunya yang terkait dengan kepentingan Jepang dan Indonesia. Misalnya Van Heutz-boulevard diganti menjadi Djalan Imamura; Oranje-boulevard berubah nama menjadi Djalan Raya Showa; Nassau-boulevard menjadi Djalan Raya Meiji dan Rijswijk straat menjadi Djalan Istana (lihat De bevrijding: weekblad uitgegeven door de Indonesische Vereniging Perhimpoenan Indonesia, 26-05-1945). Pada saat Belanda/NICA kembali nama-nama yang diubah selama pendudukan Jepang dikembalikan seperti semua (karena peraturan/keputusan pemerintah kota Batavia belum diubah alias masih berlaku).

Setelah Pemerintahan RIS dibubarkan dan Pemerintahan NKRI diproklamirkan pada tanggal 18 Agustus 1950, semua nama-nama berbau Belanda dan Tionghoa diganti. Pergantian nama dilakukan secara bertahap karena memerlukan waktu untuk pembahasan dan proses penetapan. Pada bulan Oktober 1950 pemerintah kota Djakarta mengumumkan perubahan 30 buah nama jalan termasuk di dalamnya nama Oranje Boulevard diganti sepenuhnya menjadi Djalan Diponegoro, Nassau Boulevard menjadi Djalan Imam Bondjol dan Van Heutzboulevard menjadi Djalan Teuku Umar (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 10-10-1950). Bersamaan dengan perubahan nama jalan ini juga diubah nama taman yakni Burgemeester Bisschopplein menjadi Taman Surapati.

Java-bode, 10-10-1950
Sehari kemudian diumumkan perubahan nama-nama jalan yang baru sebanyak 30 buah lagi antara lain: Molenvliet West menjadi Djalan Gadjah Mada; Molenvhet Oost menjadi Djalan Hajam Wuruk;  dan Nieuwe weg van Gambir Selatan (Kebonsirih) menjadi Djalan Thamrin (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 11-10-1950). Dengan demikian nama jalan yang telah diubah menjadi 60 buah. Beberapa hari kemudian diumumkan kembali perubahan nama jalan sebanyak 30 buah (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 16-10-1950). Jumlah nama jalan/taman yang berubah telah mencapai sebanyak 90 buah. Nama-nama jalan yang berubah tersebut antara lain: Drukkerijweg menjadi Djalan Percetakan Negara dan Landhuisweg menjadi Djalan Tambak.

Setelah itu, baru secara acak diumumkan perubahan nama jalan sesuai kebutuhan dan pertimbangan yang baru. Pada bulan April 1952 diumumkan lagi perubahan nama-nama jalan dan nama taman yang cukup banyak yang totalnya ada 41 buah (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 03-04-1952). Nama-nama jalan yang baru tersebut antara lain: Koningin Emmalaan menjadi Djalan Slamat Rijadi; Generaal Staallaan menjadi Djalan Djenderal Oerip Soemohardjo; dan  nama taman Wilhelminapark menjadi Taman Widjaja Kusuma (kelak menjadi lokasi pembangunan Masjid Istiqlal). Diantara nama-nama yang ditabalkan kemudian yang terpenting diantaranya pada bulan Desember 1953 adalah Djalan Teuku Tjiditiro untuk menggantikan nama jalan Mampangweg (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-12-1953).

Kramatstraat, 1920
Setelah sekian lama diumumkan kembali nama jalan yang baru dan pergeseran nama jalan (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 27-11-1954). Nama jalan baru tersebut adalah Djalan Hadji A. Salim untuk menggantikan Djalan Geredja Theresia. Sedangkan nama jalan  Geredja Theresia digeser menempati nama jalan Djalan Sunda. Sedangkan nama Djalan Sunda sendiri menempati jalan yang baru dibangun, yaitu jalan yang menghubungkan Djalan Thamrin dengan Djalan Hadji Agus Salim.

Analisis Nama Jalan dan Nama Pahlawan

Pada awal pergantian nama jalan di Djakarta pada tahun 1950 belum ada nama tokoh Indonesia yang ditabalkan sebagai pahlawan nasional. Sebab penetapan nama Pahlawan Nasional baru dimulai tahun 1956. Sedangkan penetapan hari Pahlawan pada tanggal 10 November baru dilakukan pada tahun 1958.

Sementara itu dalam penetapan nama jalan di Djakarta yang dimulai tahun 1950 sudah ditabalkan nama-nama pahlawan sebagai nama jalan. Tiga diantara yang pertama ditabalkan nama pahlawan menjadi nama jalan adalah Diponegoro, Imam Bondjol dan Teuku Umar. Tiga nama pahlawan ini menempati tiga jalan strategis pada saat itu. Lantas mengapa tidak ada di tempat strategis itu nama-nama pahlawan seperti Sisingamangaradja, Pattimura, Sultan Badarudin, Antasari, Ngurah Rai dan Sultan Hasanuddin.

Penabalan nama jalan tidak linier dengan penetapan nama Pahlawan Nasional. Nama pahlawan pertama yang ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional baru dimulai tahun 1956. Nama-nama yang pertama antara lain adalah Abdul Muis dan Ki Hadjar Dewantara. Hari pahlwan sendiri, meski hari pahlawan sudah diperingati pada tanggal 10 November 1946 di Jogjakarta, tetapi penetapan Hari Pahlawan baru dilakukan 13 tahun kemudian pada tahun 1959 (Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959).

Lantas mengapa penabalan nama jalan dengan penetapan Pahlawan Nasional tidak linier? Itu boleh jadi karena penabalan nama jalan adalah urusan Pemerintah Kota sedangkan penetapan Pahlawan Nasional adalah urusan Pemerintah Pusat. Pada era Pemerintahan Soekarno nama-nama pahlawan yang ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional tidak/belum banyak, antara lain:  1959 Abdul Muis, Ki Hadjar Dewantara, Suryopranoto;  1960 Mohammad Husni Thamrin; 1961 Agus Salim, Ahamd Dahlan, Ernest Douwes Dekker, Cokroaminoto, Sam Ratulangi, Samanhudi, Sisingamangaraja XII, Soetomo; 1962 Ferdinand Lumbantobing, Gatot Subroto, Sukarjo Wiryopranoto; 1963 Juanda Kartawijaya, Saharjo, Albertus Sugiyapranata, Tan Malaka, Zainul Arifin Pohan; 1964 Cipto Mangunkusumo, Cut Nyak Dhien, Fakhruddin, Kartini, Mas Mansyur, Cut Nyak Meutia, Muwardi, Pakubuwono VI, Soedirman, Soerjo, Urip Sumoharjo dan Wahid Hasyim.

Yang menyisakan pertanyaan adalah penabalan nama tiga pahlawan sebagai nama jalan pada tahun 1950, sementara nama Diponegoro, Imam Bondjol dan Teuku Umar baru ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1973. Pertanyaan lainnya, mengapa nama Pahlawan Nasional ada yang tidak ditabalkan sebagai nama jalan. Pertanyaan-pertanyaan ini masih dapat dilanjutkan mengapa ada pahlawan yang lebih heroik tidak ditetapkan sebagai Panhlawan Nasional pada tahun-tahun awal. Tampaknya semua itu tergantung selera, selera orang yang terlibat dalam (proses politik) penetapan, apakah penetapan nama jalan atau penetapan Pahlawan Nasional. Oleh karena itu sejarah terkesan kacau.

Para pahlawan (tempo doeloe) berjuang atas inisiatifnya sendiri apakah untuk melawan kehadiran penjajah, membebaskan bangsanya dari penindasan dan ketidakadilan penjajah atau berjuang untuk cita-cita bangsa, Namun untuk dijadikan nama jalan atau ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional ternyata harus diperjuangkan sendiri baik oleh ahli warisnya atau pihak yang simpati pada perjuangannya.   

Lantas apakah hingga ini hari ada nama jalan di Jakarta untuk sekelas Soekarno, Amir Sjarifoeddin, Mohamad Hatta, Soeharto, Abdul Haris Nasution? Makin kacau lagi, bukan?

Daftar Nama Jalan Tempo Dulu

Berikut adalah nama-nama jalan tempo dulu di Jakarta. Sebagian diantaranya diubah namanya, sebagian yang lain namanya tetap dipertahankan. Tentu saja ada nama jalan baru dengan penabalan nama jalan. Dalam daftar ini juga ada nama jalan yang hilang (jalannya ditutup). Kita mulai dari yang sudah disebut di atas.

Oranje Boulevard-Djalan Diponegoro
Nassau Boulevard-Djalan Imam Bondjol
Van Heutzboulevard-Djalan Teuku Umar
Burgemeester Bisschopplein-Taman Surapati.
Molenvliet West-Djalan Gadjah Mada
Molenvhet Oost-Djalan Hajam Wuruk
Nieuwe weg van Gambir Selatan-Djalan MH Thamrin
Drukkerijweg-Djalan Percetakan Negara
Landhuisweg-Djalan Tambak.
Koningin Emmalaan- Djalan Slamat Rijadi
Generaal Staallaan-Djalan Djenderal Oerip Soemohardjo
Wilhelminapark-Taman Widjaja Kusuma
Mampangweg-Djalan Teuku Tjiditiro
Schoolweg-Djalan Dokter Sutomo
Sipayersweg-Djalan Dokter Wahidin
Rijswrjkstraat-Djalan Modjopahit
Nieuwe Vliegveldlaan-Djalan Angkasa
Eyckmanlaan-Djalan Kimia
Boxlaan-Djalan Borobudur
Bontiusweg-Djalan Mendut
Sunset Boulevard-Djalan Djawa
Stoviaweg-Djalan Kwini
Duracusweg-Djalan Prambanan
Van Heutszplein-Taman Tjut Mutiah
Wilhelminalaan-Djalan Waringin
Julianalaan-Djalan Kembodja
Villalaan-Djalan Tjendana
Regentesselaan-Djalan Rasamala
JP Coenweg-Djalan Sultan Agung
Dambrinkweg-Djalan Merak
Logeplantsoen-Taman Sunda Kelapa
Van Breenweg-Djalan Krakatau
Theresiakerkweg-Djalan Geredja Theresia
Scottweg-Djalan Budi Kemuliaan
Noordwijk-Djalan Nusantara
Rijswijk-Djalan Scgara
Willemslaan-Djalan Perwira
Postweg-Djalan Pos
Postweg Noord-Djalan Pos Utara
Vrijmetselaarsweg-Djalan Budi Utomo
Kramatlaan-Djalan Mutiara
Nieuwe Laan-Djalan Djambrut
Rasamalaweg-Djalan Mahoni
Nieuw Guineaweg-Djalan Irian
Djambrut I-Djalan Permata I
Djambrut II-Djalan Permata II
Djambrut III-Djalan Permata III
Djambrut IV-Djalan Permata IV
Laan Holle-Djalan Sabang
Thomasweg-Djalan Tanah Abang Lima
Laan de Bruyn-kops-Djalan Tanah Abang Empat
Laan de Riemer-Djalan Tanah Abang Tiga
Laan Trivelli-Djalan Tanah Abang Dua
Kerkhofiaan-Djalan Tanah Abang Satu
Citadelweg-Djalan Segara Satu
Koningsplein Noord-binnen- Djalan Segara Dua
Secretaritweg-Djalan Segara Tiga
Poolweg-Djalan Segara Empat
Waterlooplein-Lapangan Banteng
Defensielijn v/d Bosch-Djalan Bungur Besar
Laan Wieehert-Djalan Sofil
Zuiderw«g-Djalan Mustiks
Siuisweg-Djalan Tambak
Kemajoranweg-Djalan Garuda
Marinelaan-Djalan Elang
Laan Halkema-Djalan Kakatua
Laan Kadiman-Djalan Kasturi
Laan Cornelius-Djalan Merpati
Struwer Gang I-Djalan Bangau I
Struwer Gang II-Djalan Bangau II
Struwer Gang III-Djalan Bangau III
Struwer Gang IV-Djalan Bangau IV
Struwer Gang V-Djalan Bangau V
Eyckmanlaan-Djalan Kimia
Eyckmanpark-Taman Kimia
Bontiusweg-Djalan Mendut
Kelingit Gang-Djalan Kalasan
Hanweg-Djalan Sembodja
Han Soei Liong Gang II-Gang Balikpapan II
Han Soei Liong Gang III-Gang Balikpapan III
Han Soei Liong Gang IV-Gang Balikpapan IV
Han Soei Liong Gang V-Gang Balikpapan V
Horning Gang I-Gang Klintji I
Horning Gang II-Gang Klintji II
Horning Gang III-Gang Klintji III
Horning Gang IV-Gang Klintji IV
Sluisbrugplein-ditutup
Harmonieplein –ditutup
Matramanweg-Djalan Raja Matraman
Berenlaan-Djalan Kesatrian
Kazerneweg-Djalan Kesatrian I
Balikelor-Djalan Kesatrian II
Koningin Wilhelminalaan-Djalan Slamat Rijadi I
Prinses Julianalaan-Djalan Slamat Rijadi II
Oranjeplein-Taman Slamat Rijadi
Niogweg-Djalan Slamat Rijadi III
Hoopkade-Djalan Slamat Rijadi I
Generaal Staalplein-Lapangan Djenderal Oerip Soemohardjo
Kakatuaweg (Djatinegara)-Djalan Pujuh
Bangoweg (Djatinegara)-Djalan Tjerutjük
Steenbrekersweg-Medan Merdeka Selatan Dalam
Roomsche Kerkweg- Djalan Geredja Room
Waterlooplein Noord-Djalan Lapangan Banteng Utara
Waterlooplein Oost-Djalan Lapangan Banteng Timur
Waterlooplein West-Djalan Lapangan Banteng Barat
Waterlooplein Zuid-Djalan Lapangan Banleng Sclatan
Paleisplein-ditutup
Senenweg-Djalan Raja Senen
Mendjanganweg-Djalan Kwini I
Nieuweweg-Djalan Kwini II
Hospitaalweg-Djalan Dokter Abdulrachman Saleh
Setjangweg-Djalan Dokter Abdulrachman Saleh I
Hospitaalweg Binnen-Djalan Dokter Abdulrachman Saleh II
Struwer Buntu Gang-Gang Bangau Buntu
Pegangoaan Timur, Djalan Borobudur tot de spoorweg-Djalan Penataran
Landhuisweg-Djalan Tambak Simpang
Matraman Plantsoen-Taman Matraman
Ijsfabrieklaan-Djalan Talang
Van det Houtlaan-Djalan Bonang
Promptweg-Djalan Sibajak
Heveaweg-Djalan Dempo
Rivierlaan-Djalan Tjilosari
Stillelaan-Djalan Tjiliman
Alataslaan-Djalan Tjimandiri
Vioslaan-Djalan Tjisedanc
Viosplein Zuid-Djalan Tjidurian
Viosplein Noord-Djalan Tjiasem
Viosplantsoenweg-Djalan Tjitanduj
Dierentuinlaan-Djalan Kebon Binatang I
Zwembadweg-Djalan Kebun Binatang II
Gang Holle Dierentuin-Djalan Kebun Binatang III
Tjikinilaan-Djalan Kebun Binatang IV
Spoorweglaan-Djalan Lengkeng
Spoorweglaan ketjil-Djalan Serikaja
Oude Tamarindelaan-Djalan Asam Lama
Nieuwe Tamarindelaan-Djalan Asam Baru
Engelse Kerkweg-Djalan Geredja Inggeris
Strulswijkstraat-Djalan Tengah Salemba
Generaal van Daalenweg-Djalan Siliwangi
Van Dijkstraweg-Djalan Siliwangi Satu
Van Rietschotenweg-Djalan Siliwangi Dua
Kroesenplein-Djalan Siliwangi Tiga
Gerth. v. Wijk-Djalan Siliwangi Empat

Tunggu daftar lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

3 komentar:

  1. Selamat siang, ini adalah tulisan yang sangat bagus dan saya sangat tertarik dengan pembahasan ini. Apakah terdapat sumber data atau penelitian yang membahas ini? Terima kasih banyak. Semoga sukses selalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Artikel di atas adalah hasil suatu penelitian--sebagaimana semua artikel dalam blog ini hasil suatu penelitian mandiri. Setahu saya belum ada penelitian (lain) yang membahas topik ini. Sumber data artikel ini sudah disebut dalam tulisan, apakah pada artikel di atas atau atau artikel lain dalam blog ini. Selaat belajar sejarah. Serial Artikel Sejarah Jakarta adalah bagian dari menarasikan Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini

      Hapus
  2. Bagus tulisan ini mengenang saya saat masih kecil di kebun kelapa jalan asem utan kayu

    BalasHapus