Minggu, 31 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (746): Teluk di Manila, Danau Laguna di Pulau Luzon dan Geomorfologi; Danau Terbesar Danau Toba

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Manila kini adalah kota metropolitan tang menjadi ibu kota negara Republik Filipina. Kota orang Tagalog ini berada di teluk Manila. Wilayah Manila ini kini seakan memisahkan teluk Manila dengan danau Laguna. Kini hanya dihubungkan oleh sungai Pasig. Apakah pada masa lalu teluk dan danau menjadi satu kesatuan perairan/laut?


Laguna de Bay adalah danau terbesar di Filipina dan kedua terbesar di Asia Tenggara setelah Danau Toba di Indonesia. Danau ini terletak di Pulau Luzon antara Provinsi Laguna di selatan dan Rizal di utara. Metro Manila terletak di tepi baratnya. Luas permukaan danau ini adalah 949 kilometer persegi dan memiliki kedalaman rata-rata sekitar 2 meter. Laguna de Bay mengalir ke Teluk Manila melalui Sungai Pasig. Di tengah danau ini terletak sebuah pulau yang bernama Pulau Talim, yang merupakan bagian dari Binangonan, Rizal dan Cardona, Rizal di Provinsi Rizal. Prasasti Lempeng Tembaga Laguna ditemukan pada tahun 1989 di Laguna de Bay, Manila, Filipina. Penanggalan yang tertera menunjukkan tahun 822 Saka, atau 21 April 900. Prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno meskipun banyak kata-kata dari bahasa Sanskerta, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Tagalog Kuno serta ditulis dengan aksara Kawi. Gulungan tembaga ini agak berbeda pembuatannya apabila dibandingkan dengan gulungan tembaga dari Jawa semasanya. Huruf-huruf pada keping Laguna ditatah pada kepingnya langsung, sedangkan di Jawa ditulis pada keping yang dipanaskan dan menjadi lunak. Isi prasasti ini mengenai pernyataan pembebasan hutang emas terhadap seseorang bernama Namwaran. Di dalamnya juga menyebutkan sejumlah nama tempat di sekitar Filipina (Tondo, Pila, dan Pulilan) dan tempat yang belum bisa dipastikan (Dewata dan Medang). Prasasti ini menjadi petunjuk mengenai adanya pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Pulau Luzon pada awal abad X. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi teluk Manila pulau Luzon dan danau Laguna? Seperti disebut di atas, danau Laguna adalah danau terbesar kedua di Asia Tenggara setelah danau Toba. Danau ini diduga tempo doeloe Bersatu dengan teluk Manila. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi teluk Manila pulau Luzon dan danau Laguna? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (745): Cotabato Teluk Kuno di Mindanao dan Geomorfologi; Sungai Tamontoka hingga Danau Buluan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pulau Mindanao adalah pulau yang bergunung-gunung. Namun diantara gunung-gunung itu juga terdapat teluk dan dataran rendah. Dataran rendah yang terbilang luas terdapat pantai barat dimana terdapat kota Cotabato. Nama "Cotabato" disebut merujuk dari kata Maguindanao ‘kuta wato’, atau kemungkinan dari kata Melayu "kota batu". Penduduk asli disebut orang Maguindanao, bagian dari kelompok etnis Moro. Nama manguindano berarti “penghuni dataran banjir”.


Cotabato, officially the Province of Cotabato and formerly but still colloquially known as North Cotabato (Hiligaynon: Aminhan Cotabato; Cebuano: Amihanang Cotabato; Maguindanaon: Pangutaran Kutawatu; Filipino: Hilagang Cotabato), is a landlocked province in the Philippines located in the Soccsksargen region in Mindanao. Its capital is the city of Kidapawan. Some of its barangays are under the jurisdiction of the nearby Bangsamoro Autonomous Region. Cotabato derives its name from the Maguindanaon word kuta watu (from Malay - "Kota Batu"), meaning "stone fort", referring to the stone fort which served as the seat of Sultan Muhammad Kudarat in what is now Cotabato City (which the province derives its name from). Islam was introduced in this part of the country in the later part of the 15th century by Sharif Mohammed Kabungsuwan, an Arab-Malay Muslim warrior-missionary. Sharif Kabungsuwan invaded Malabang in 1475, facing armed resistance from the non-Muslim natives, nevertheless successfully vanquishing and subjugating them to his (Islamic) rule through the might of his Samal warriors. Christianity was introduced in 1596, but the Spaniards were unable to penetrate into the region until the second half of the 19th century. The district of Cotabato was formed in 1860, covering the areas of what is now Cotabato, Maguindanao and Sultan Kudarat provinces with its capital at Tamontaka. Fort Pikit was established by the Spaniards in 1893 as they continued their conquest of the remnants of Maguindanao Sultanate, which would soon be the site of one of the province's oldest towns, Pikit. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi teluk Kota Cotabato di pulau Mindanao? Seperti disebut di atas, kota Cotabato ini terhubung dengan danau-danau pedalaman melalui sungai Tamontoka hingga ke danau Buluan. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi teluk Kota Cotabato di pulau Mindanao? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 30 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (744): Sabah dan Perkebunan Besar; Perluasan Perkebunan di Sumatra Timur dan Semenanjung Malaya


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Tentang sejarah perkebunan di Indonesia di dalam blog ini sudah ditulis sebelumnya dalam beberapa artikel. Bagaimana dengan sejarah perkebunan di wilayah Sabah? Tampaknya belum ada yang menulis. Seperti di Semenanjung Malaya dan Serawak, di wilayah Federasi Malaysia di Sabah juga kini sudah banyak perkebunan-perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit. Namun persoalan perkebunan di Malaysia dalam hal ini di Sabah hingga ini hari juga kerap dihubungkan dengan pekerja migran asal Indonesia.


Pada akhir abad ke 18 Belanda mengalihkan fokus perdagangan kepada tanaman pertanian lain yang bukan tergolong barang mewah, seperti kopi, tembakau, tebu, diikuti seabad kemudian kina, teh, karet, kelapa sawit. Kiranya kekalahan persaingan perdagangan antara Belanda dan Inggris menjadi pemicu­nya. Tanaman-tanaman perkebunan terakhir itu baru menguntungkan manakala dikerjakan oleh buruh berupah rendah –bahkan tak berupah—dan lahan berharga murah. Dengan pengelolaan seperti ini, keuntungannya yang diperoleh begitu besar, bahkan mampu mengangkat Negeri Belanda lepas landas. Inilah alasan utama yang membuat Belanda mengubah strategi pengelolaan dan penguasaan tanaman komersial dari yang semula hanya melakukan perdagangan dengan rakyat yang bertindak se­bagai produsen, menjadi pengelolaan yang ber­basis korporasi. Pemerintah hindia Belanda dan pengusaha-pengusaha Belanda secara ambisius membangun secara besarbesaran korporasi yang memproduksi dan meperdagangkan tanaman komersial. Penguasaan Belanda atas komoditas perkebunan, khususnya yang di kelola oleh korporasi, berakhir ketika terjadi pengambil ali­han seluruh korporasi Belanda oleh pemerintah Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 menjadi jembatan emas un­tuk mengurai kabut penjajahan, yang secara ekonomis lebih berupa penguasaan perkebunan. Untuk memasti­kan manfaat bagi bangsa Indonesia, nasionalisasi atau pengambilalihan kepemilikan perkebunan besar dari negara asing kepada pemerintah Indonesia dilakukan berkali-kali. (https://ditjenbun.pertanian.go.id/profil/sejarah/)

Lantas bagaimana sejarah perkebunan awal di Sabah sebagai perluasan perkebunan di Sumatra Timur dan Semenanjung Malaya? Seperti disebut di atas, dalam sejarah perkebunan di Sabah relative baru jika dibandingkan di Indonesia khususunya di Jawa dan Sumatra. Awal perkebunan di Sabah dipicu oleh kebutuhan perluasan perkebunan di Sumatra Timur dan Semenanjung Malaya. Lalu bagaimana sejarah perkebunan di Sabah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (743): Serudong Geomorfologi Kota Kuno di Teluk St Lucia; Tiga Kerajaan Kuno Brunai, Sulu, Serudong


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dimana itu Seridong? Banyak orang kurang memperhatikan selama ini. Namun menjadi menarik perhatian Ketika pemerintah negara Sabah (bagian Federai Malaysia) ingin membangun wilayah Serudong karena negara Indonesia akan memindahkan ibu kota baru negara di Nusantara, Kalimantan Timur. Wilayah Serudong kini masuk wilayah Sabah di perbatasan Indonesia di pedalaman. Namun banyak pula yang tidak mengetahui Serudong adalah salah satu nama (kerajaan) kuno sebagaimana dicatat dalam teks Negarakertagama 1365.


Bisnis Indonesia (Sabtu - 30 Juli 2022). Sabah berencana membentuk otoritas pembangunan daerah untuk mengelola kota perbatasan baru di Serudong, Kalabakan, salah satu dari empat titik masuk ke Kalimantan, dimana ibu kota baru Indonesia akan berlokasi. Titik masuk lainnya adalah di Long Pasia, Pagalungan, dan Sebatik. Menteri Utama Sabah Hajiji Noor seperti dikutip dari www.freemalaysiatoday.com, Selasa (9/11/2021) mengatakan bahwa proposal untuk pembentukan RDA (Regional Development Authority) Sabah Maju Jaya Serudong akan diajukan selama rapat Anggaran 2022 yang ditetapkan pada Desember mendatang. Hajiji mengatakan bahwa pemerintah negara bagian berkomitmen untuk memastikan bahwa kota perbatasan akan dikembangkan, untuk mengantisipasi perkembangan besar yang diharapkan ketika Indonesia memindahkan ibu kotanya dari Jakarta ke Kalimantan. Kota perbatasan akan mencakup kawasan industri dan komersial, perumahan, dan fasilitas lain yang akan dikembangkan di sekitar pusat bea cukai, imigrasi, karantina dan keamanan (customs, immigration, quarantine and security/CIQS). Pembangunan pusat CIQS di perbatasan Malaysia-Indonesia akan didanai oleh pemerintah federal, seperti yang disebutkan oleh Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob saat membahas Rencana Malaysia Ke-12 baru-baru ini. Hajiji mengatakan bahwa pembangunan perbatasan Sabah-Kalimantan juga akan menjadi salah satu pembicaraan ketika Ismail bertemu dengan Presiden Indonesia Joko Widodo selama kunjungannya ke RI..

Lantas bagaimana sejarah Serudong suatu kota kuno di teluk St Lucia dan bagaimana sejarah gemorfologinya? Seperti disebut di atas, Serudong diduga adalah kota kuno yang kini ingin dibangun Malaysia sebagai pusat pembangunan baru di batas negara Sabah dengan Indonesia. Lalu bagaimana sejarah Serudong suatu kota kuno di teluk St Lucia dan bagaimana sejarah gemorfologinya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 29 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (742): Nusantara versus India, Mana Dulu Berkembang Lebih Awal? Kebudayaan di India dan di Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam dunia pengetahuan alam sebelum kegiatan eksploitasi dalam perkembangan lebih lanjut diperlukan eksplorasi. Dalam hal ini jika eksploitasi sudah jenuh diperlukan kegiatan baru yang mengawali (eksplorasi). Demikian pula yang terjadi dalam dunia social, dalam bidang penyelidikan ilmu-ilmu social. Pertanyaannya: Apakah kita sudah cukup puas dengan narasi sejarah yang ada masa kini? Tampaknya tidak. Dunia modern membuat manusia sampai ke bulan. Narasi pengetahuan sejarah (hasil eksploitasi pengetahuan) yang ada masa ini haruslah dijadikan sebagai syarat perlunya saja. Dunia modern memerlukan eksplorasi yang lebih baru dan mutakhir. Dengan demikian kekayaan ilmu pengathuan manusia tidak hanya yang sudah ada, itu-itu saja.


Satu topik sejarah yang belum pernah diretas pada masa ini adalah hukum keseimbangan sejarah. Selama ini narasi sejarah selalu datang dari satu tempat ke tempat lain dalam satu arah. Contohnya sejarah (peradaban Nusantara/Indonesia) mengalir dari barat di India. Pendapat ini semakin diikat dengan teori penyebaran manusia homo sapiens yang bermula di Afrika (Out of Africa). Bukankah homo sapiens lebih baru dari homo lainnya seperti homo neanderthal? Hukum keseimbangan sejarah dalam hal ini bahwa timbangan tidak harus sama berat di dua sisi. Ukuran proporsi juga harus menjadi hukum keseimbangan sejarah. Jika narasi sejarah Nusantara/Indonesia masa ini selalu dihubungan dengan origin di India, lalu apakah tidak ada kontribusi Nusantara/Indonesia dalam terbentuknya fakta sejarah. Jika ada, maka narasi sejarah haruslah dibuat dalam konteks keseimbangan.

Lantas bagaimana sejarah Nusantara versus India, dimana lebih dulu berkembang lebih awal? Seperti disebut di atas, peradaban manusia itu (hingga ini hari) telah berlangsung ribuan tahun. Dalam hal ini ribuan hal telah terjadi, ribuan masa telah dilalui. Apakah ribuan masa itu memiliki hal yang seragam dan arah yang sama? Lalu bagaimana sejarah Nusantara versus India, dimana lebih dulu berkembang lebih awal? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (741): Zending di Borneo Utara; Etnik Melayu Harus Islam, Etnik Dayak Ada Islam, Kristen dan Pagan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Federasi Malaysia tidak hanya bermasalah soal ras (Melayu, India dan Cina), juga memiliki permasalahan soal bahasa dan budaya diantara penduduk. Soal agama juga menjadi masalah tersendiri di Malaysia. Federasi Malaysia yang terbagi antara wilayah barat (Semenanjung Malaya) dan wilayah timur (Serawak dan Sabah) secara geografis memiliki masalah sendiri pula. Dua wilayah Malaysia dipisahkan oleh wilayah Indonesia (Kepuluan Natuna).


Islam adalah agama resmi dari federasi Malaysia, namun negara bagian Serawak tak memiliki agama resmi. Namun, pada masa kepemimpinan Abdul Rahman Ya'kub, Konstitusi Sarawak diamendemenkan untuk menjadikan Yang di-Pertuan Agong sebagai kepala Islam di Sarawak dan mengukuhkan hukum-hukum yang mengesahkan urusan-urusan Islam. Faktanya agama dominan di Serawak adalah Kristen, sebanyak 60.2% dari populasi, sementara yang beragama Islam hanya sebanyak 18.4%. Sebanyak 2.1 persen disebut agama tradisi (pagan?). Populasu keseluruhan Serawak 2.9 juta jiwa. Sabah adalah negara bagian terbesar kedua di Malaysia dengan jumlah umat Kristen terbanyak, setelah Sarawak. Sekitar seperempat dari 3,9 juta penduduk Sabah beragama Kristen.. Sedangkan secara keseluruhan di Federasi Malaysia agama Islam (61.32%) dan Kristen (9.24%). Ini mengindikasikasin populasi di Serawak dan Sabah lebih beragam dari penganut agama (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah zending di Borneo Utara khususnya di Serawak dan Sabah? Seperti disebut di atas, di Malaysia etnik Melayu harus Islam, tetapi diantara penduduknya khususnya etnik Dayak ada yang Islam, Kristen dan pagan. Lalu bagaimana sejarah zending di Borneo Utara khususnya di Serawak dan Sabah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 28 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (740): Tanjung Datu dan Geomorfologi, Batas Indonesia di Serawak; Tanjung Batu Tinagat di Sabah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Masih ingat polemik pembangunan menara mercusuar di wilayah perairan Tanjung Datu, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat tahun 2014? Pemerintah Malaysia membangun baru mercu suar. Padahal sesuai landas kontinental, mercusuar itu berada di wilayah perairan Indonesia sesuai perjanjian RI-Malaysia tahun 1969. Nama Tanjung Datu bagi Indonesia juga menjadi penting, karena menjadi nama kapal Indonesia. Namun artikel ini tidak tentang membahas itu tetapi tentang geomorfolofi sejarah wilayah Tanjung Datu sendiri. Tanjung Datu sendiri batas sejak era Hindia Belanda di barat dan Tanjung Batu Tinagat di timur.


Kapal kelas Tanjung Datu dibangun oleh PT Palindo Marine mulai 15 Maret 2016. Pembangunannya memakan waktu 636 hari. Ini resmi beroperasi pada Senin, 18 Januari 2018. Pada 13 Desember 2020, KN Tanjung Datu menyelamatkan kapal nelayan China yang terombang-ambing di Laut Natuna Utara. Kapal, Lu Rong Yuan Yu 168, memiliki kemudi yang patah. Awak Tanjung Datu melakukan perbaikan dan kapal dikawal keluar ZEE Indonesia. Dengan sengketa di Laut China Selatan, KN Tanjung Datu telah mengusir sekitar 31 hingga maksimal 64 kapal nelayan (dalam satu kali kesempatan) dikawal oleh 3 kapal Penjaga Pantai China di Laut Natuna Utara. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Tanjung Datu, batas Indonesia dan Serawak? Seperti disebut di atas, Tanjung Datu begitu penting bagi Indonesia. Sejak era Hindia Belanda Tanjung Datu adalah batas di barat dan Tanjung Batu Tinagat di timur. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Tanjung Datu, batas Indonesia dan Serawak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (739): Sibu dan Bintulu, Geomorfologi Dua Kota Lama di Wilayah Serawak;Kuching Nama Kota Baru


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Nama Kota Kuching adalah nama kota baru. Kota yang menggantikan nama Kota Serawak. Jauh sebelum kota Serawak/Kuching terbentuk ada dua kota lain yang lebih tua di wilayah Serawak yakni Kota Sibu dan Kota Bintulu. Pada masa ini Kota Sibu seakan berada jauh di pedalaman sementara Kota Bintulu berada di pantai. Dua kota tua ini dulunya sama-sama di pantai.


Sibu is an inland city in the central region of Sarawak. It is the capital of Sibu District in Sibu Division, Sarawak, Malaysia. The city is located on the island of Borneo and covers an area of 129.5 square kilometres (50.0 sq mi). It is located at the confluence of the Rajang and Igan Rivers, Sibu is mainly populated by people of Chinese descent, mainly from Fuzhou. Other ethnic groups such as Iban, Malay and Melanau are also present, but unlike other regions of Sarawak, they are not as significant. Sibu was founded by James Brooke in 1862 when he built a fort in the town to fend off attacks by the indigenous Dayak people. Before 1873, Sibu was called "Maling", which was named after a bend of the Rajang river called "Tanjung Maling" opposite the present day town of Sibu near the confluence of Igan and Rajang rivers. On 1 June 1873, the third division of Sarawak (present day Sibu Division) was created under the Brooke administration. The division was later named after the native Pulasan fruit which can be found abundantly at the region ("Pulasan" is known as "Buah Sibau" in the Iban language). In the 15th century, the Malays living in southern Sarawak displaced the immigrant Iban people towards the present-day Sibu region. Throughout the 17th and 18th centuries, the Rajang basin was rife with tribal wars between the Ibans and indigenous people in the Rajang basin. The Ibans would occasionally form a loose alliance with the Malays to attack the Kayan tribes and perform raids on Chinese and Indonesian ships passing through the region. Bintulu is a coastal town on the island of Borneo in the central region of Sarawak, Malaysia. Bintulu is located 610 kilometres (380 mi) northeast of Kuching, 216 kilometres (134 mi) northeast of Sibu, and 200 kilometres (120 mi) southwest of Miri. With a population of 114,058 as of 2010, Bintulu is the capital of the Bintulu District of the Bintulu Division of Sarawak, Malaysia. The name of Bintulu was derived from the local native language "Mentu Ulau" (picking heads). Bintulu was a small fishing village when Rajah James Brooke acquired it in 1861. Brooke later built a fort there in 1862. In 1867, the first General Council meeting (now Sarawak State Legislative Assembly) was convened in Bintulu. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Sibu dan wilayah Bintulu, dua kota lama di Serawak? Seperti disebut di atas, wilayah Sibu dan wilayah Bintulu adalah pusat perdagangan awal dimana kini terbentuk kota besar Sibu dan Bintulu. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Sibu dan wilayah Bintulu, dua kota lama di Serawak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 27 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (738): Wilayah Kuching dan Geomorfologi; Asal Usul Nama Sarawak; Brunai, Melanau, Sabah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini soal nama kerap menjadi perdebatan, termasuk soal nama Serawak dan nama Kuching. Itu satu hal. Hal lain dalam hal ini adalah bagaimana geomorfologi wilayah Kuching yang kini menjadi wilayah ibu kota negara Serawak berada. Duan ama terawal yang diidentifikasi yang masih eksis hingga ini hari adalah Melanau dan Brunai. Dalam hal ini bagaimana geomorfologi wilayah Kuching dimana kemudian terbentuk nama kampong Serawak dan nama kampong Kuching.


Kuching merupakan ibu kota Serawak, Malaysia. Kota ini juga merupakan ibu kota Divisi Kuching. Kota ini terletak di Sungai Serawak di ujung barat daya negara bagian Serawak di pulau Kalimantan dan meliputi area seluas 431 kilometer persegi (166 sq mi) dengan populasi sekitar 165,642 di wilayah administratif Kuching Utara dan 159,490 di wilayah administrasi Kuching Selatan. dengan jumlah 325,132 orang. Kuching adalah ibu kota ketiga Serawak pada tahun 1827 pada masa pemerintahan Kekaisaran Brunei. Pada tahun 1841, Kuching menjadi ibu kota Serawak setelah Serawak diserahkan ke James Brooke untuk membantu Kerajaan Brunei dalam menghancurkan pemberontakan. Kota ini terus mendapat perhatian dan pengembangan selama pemerintahan Charles Brooke seperti pembangunan sistem sanitasi, rumah sakit, penjara, benteng, dan bazar. Namun, Rajah terakhir Serawak, Sir Charles Vyner Brooke memutuskan untuk menyerahkan Serawak sebagai bagian dari Mahkota Inggris pada tahun 1946. Kuching tetap menjadi ibu kota selama periode Mahkota Inggris. Setelah pembentukan Malaysia pada tahun 1963, Kuching juga tetap dikekalkan menjadi ibu kota dan mendapat status resmi kota pada tahun 1988. Sejak itu, kota Kuching dibagi menjadi dua wilayah administratif yang dikelola oleh dua pemerintah daerah yang terpisah. Pusat administrasi pemerintahan negara Serawak terletak di Wisma Bapa Malaysia, Kuching. Nama "Kuching" sudah digunakan untuk kota ini pada saat Brooke tiba pada tahun 1839. Ada banyak teori mengenai derivasi dari kata "Kuching". Itu mungkin berasal dari kata Melayu untuk hewan kucing, atau dari nama "Cochin", sebuah pelabuhan perdagangan India di Pantai Malabar dan istilah generik di Tiongkok dan India Britania untuk perdagangan pelabuhan. Namun, sumber lainnya melaporkan bahwa kota Kuching sebelumnya dikenal sebagai "Serawak" sebelum Brooke tiba. Pemukiman ini berganti nama menjadi "bagian Serawak" selama ekspansi kerajaan. Barulah pada tahun 1872 bahwa pemukiman ini berganti nama menjadi "Kuching" semasa administrasi Charles Brooke. Ada lagi teori yang lebih kredibel bahwa Kuching sebenarnya berarti "Ku" - Lama dan "Ching" - "Sumur" atau "sebuah sumur tua"  dalam bahasa Tionghoa selama pemerintahan Brooke. Namun nama kota ini dalam bahasa Tionghoa sekarang adalah GÇ” jìn (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Kuching dan asal usul nama Sarawak? Seperti disebut di atas, nama-nama tempat kerap menjadi perdebatan hingga kini. Namun apakah nama-nama tempat itu terkait dengan perubahan geomorfologi suatu wilayah?  Lalu bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Kuching dan asal usul nama Sarawak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (737): Mengapa Brunai Kecil Diantara Serawak dan Sabah; Bagaimana Hubungan Inggris dan Brunai


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Wilayah (negara) Brunai yang sekarang begitu kecil. Sudah kecil dua bagian pulau (yang dibatasi wilayah negara Serawak). Mengapa wilayat Brunai begitu kecil diantara dua negara yang lebih besar (Serawak dan Sabah). Ibarat wilayah negara Malaysia dibandingkan dengan wilayah Indonesia. Wilayah negara Brunai hanya berada di wilayah pesisir pantai (sementara Serawak dan Sabah berbatas hingga ke pedalaman). Dalam hubungan ini bagaimana hubungan Inggris dengan (kerajaan) Brunai di masa lampau?


Brunei terdiri dari dua bagian yang tidak berkaitan; 97% dari jumlah penduduknya tinggal di bagian barat yang lebih besar, dengan hanya kira-kira 10.000 orang tinggal di daerah Temburong, yaitu bagian timur yang bergunung-gunung. Jumlah penduduk Brunei 470.000 orang. Dari bilangan ini, lebih kurang 80.000 orang tinggal di ibu kota Bandar Seri Begawan. Sejumlah kota utama termasuk kota pelabuhan Muara, serta kota Seria yang menghasilkan minyak, dan Kuala Belait, kota tetangganya. Di daerah Belait, kawasan Panaga ialah kampung halaman sejumlah besar ekspatriat, disebabkan oleh fasilitas perumahan dan rekreasi Royal Dutch Shell dan British Army. Klub Panaga yang terkenal terletak di sini. Iklim Brunei ialah tropis khatulistiwa, dengan suhu serta kelembapan yang tinggi, dan sinar matahari serta hujan lebat sepanjang tahun. Brunei dibagi atas empat distrik: Belait, Brunei dan Muara; Temburong; dan Tutong. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah mengapa Brunai wilayahnya kecil diantara wilayah Serawak dan Sabah? Seperti disebut di atas, wilayah Brunai hanya wilayah kecil dan jauh lebih luas dari wilayah Serawak dan wilayah Sabah. Apa yang terjadi di masa lampau? Lalu bagaimana sejarah mengapa Brunai wilayahnya kecil diantara wilayah Serawak dan Sabah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 26 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (736): Nunukan dan Geomorfologi di Teluk St Lucia; Batu Tinagat, Pulau Sebatik, Nunukan, Tarakan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Wilayah pulau Nunukan dan pulau Sebatik yang sekarang sesungguhnya dapat dikatakan sebagai wilayah baru. Wilayah yang sudah tua justru berada di bagian pedalaman dimana sungai-sungai bermuara ke teluk St Lucia. Dalam teks Negarakertagama 1365 disebutkan nama Saroedong. Aktivitas manusia di pedalaman telah menyebabkan proses sedimentasi jangka panjang di teluk sehingga terbentuk daratan baru termasuk pulau Sebatik dan pulau Nunukan. Dalam hubungan ini bagaimana sejarah batas Indonesia di teluk St Lucia tersebut?


Pulau Sebatik adalah sebuah pulau di sebelah timur laut Kalimantan. Pulau ini secara administratif yang merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Utara, pulau Sebatik merupakan Pulau Terdepan dan Pulau Terluar di Indonesia. Sebatik adalah salah satu tempat di mana terjadi pertempuran hebat antara pasukan Indonesia dan Malaysia saat terjadinya "Konfrontasi". Di sebelah barat pulau ini terdapat Pulau Nunukan. Pulau Sebatik merupakan daerah perbatasan Indonesia-Malaysia. Pulau Sebatik terbagi dua. Belahan utara seluas 187,23 km²merupakan wilayah Negara Bagian Sabah, Malaysia, sedangkan belahan selatan dengan luas 246,61 km²masuk ke wilayah Indonesia di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Pada tanggal 16 Desember 2014, Presiden Jokowi mengunjungi wilayah perbatasan Republik Indonesia di Pulau Sebatik. Di pulau terluar ini, Presiden mengunjungi beberapa lokasi seperti Tanah Kuning Patok II dan Sungai Pancang, di mana terdapat pos Angkatan Laut yang dapat melihat langsung wilayah Malaysia, yakni Tawau. Di tempat ini, selain meninjau fasilitas di pos perbatasan, Presiden Jokowi juga menaiki menara pos perbatasan milik pasukan marinir TNI-AL di Sei Bajo, dan selanjutnya memanjat pos menara tertinggi Pos Perbatasan Sei Pancang, di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi Nunukan tempo doeloe di Teluk St Lucia? Juga bagaimana sejarah Batu Tinagat, Pulau Sebatik, Nunukan dan Tarakan? Seperti disebut di atas, wilayah Nunukan yang sekarang dimana terdapat pulau Sebatik dan pulau Nunukan terbilang pulau-pulau yang baru. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi Nunukan tempo doeloe di Teluk St Lucia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (735): Sandakan dan Geomorfologi, Nama Kota Elopura di Teluk Cowie; Siapa Pahlawan Mat Saleh?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Sandakan yang sekarang sesungguhnya dapat dikatakan sebagai wilayah baru. Wilayah yang sudah tua diantaranya adalah wilayah Marudu. Pada zaman kuno Marudu sudah dikenal, tetapi di wilayah Sandakan masih perairan yang luas berupa teluk besar. Ke dalam teluk besar ini bermuara sungai Kinabatangan. Aktivitas manusia di pedalaman di lerang gunung Kinabalu telah menyebabkan proses sedimentasi jangka Panjang di teluk sehingga terbentuk daratan baru (wilayah Sandakan).


Sebuah pemukiman Eropa pertama dibangun oleh seorang penyeludup Skotlandia dari Glasgow bernama William Clark Cowie yang menamai pemukiman tersebut "Sandakan", (dalam bahasa Suluk artinya "Tempat yang digadaikan"). Tempat tersebut kemudian diganti namanya menjadi Kampong German (Kampung Jerman), karena kehadiran beberapa basis Jerman disana. Ketika pemukiman baru lainnya dibangun tak lama setelah pemukiman Cowie sebelumnya dihancurkan oleh sebuah kebakaran, pemukiman tersebut disebut sebagai Elopura, yang artinya "kota cantik". Nama tersebut diberikan oleh Perusahaan Borneo Utara Britania namun penduduk lokal tetap menggunakan nama yang lama dan kemudian pemukiman tersebut kembali namanya diubah menjadi Sandakan. Selain Elopura, pemukiman tersebut juga dijuluki Hong Kong Kecil karena keberadaan etnis Tionghoa yang kuat yang bermigrasi dari Hong Kong (utamanya Kanton dan Hakka). Pryer merupakan orang yang menamai pemukiman tersebut Elopura yang artinya "kota cantik". Beberapa tahun kemudian, pemukiman tersebut kembali dinamai menjadi Sandakan. Namun, nama Elopura masih digunakan untuk beberapa fungsi pemerintahan lokal dari Majelis Legislatif Negara Bagian Sabah, termasuk pemilihan.] Kota tersebut biasanya disebut "Sandakan" pada masa sekarang ketimbang "Elopura" atau "Hong Kong Kecil". Namun, terdapat sebuah upaya yang dibuat untuk mengembangkan Sandakan sehingga kota tersebut kembali disebut "Hong Kong Kecil". (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Sandakan di Sabah? Tidak hanya itu, mengapa disebut nama Kota Elopura di teluk Cowie dan siapa Mat Saleh? Seperti disebut di atas, wilayah Sandakan yang sekarang adalah wilayah baru, dimana kemudian muncul pemukiman baru dari arah pantai dimana kini Kota Sandakan berada. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Sandakan di Sabah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 25 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (734): Sulu di Filipina Tuntut Malaysia di Sabah; Mengapa Brunai Diam Saja, Indonesia Wait en See?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Timor bagian timur sejak era VOC (Belanda) dan masalah Indonesia dengan Timor Leste adalah soal sederhana dan mudah diselesaikan. Tidak demikian dengan Borneo bagian timur sejak era VOC. Mengapa? Yang jelas hingga ini hari Sulu di Filipina kukuh tuntut Malaysia di Sabah. Dalam hubungan ini, mengapa Brunai diam saja dan Indonesia wait en see. Soal Sabah dapat dikatakan soal yang sungguh rumit.


Malaysia Tidak Gubris Tuntutan Sultan Sulu Atas Akuisisi Sabah. REPUBLIKA.CO.ID, Kuala Lumpur— Pemerintah Malaysia tidak akan melayani semua tuntutan dari pihak mana pun terkait Negara Bagian Sabah termasuk tuntutan dari Sultan Sulu karena negara bagian ini diakui Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sejak 16 September 1963. "Pemerintah Malaysia memandang serius isu kedaulatan negara, termasuk kedaulatan dan keutuhan Negeri Sabah dalam Malaysia," ujar Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob, di-sela-sela pertemuan UMNO di WTC Kuala Lumpur, Jumat (18/3/2022). Dia mengatakan tuntutan oleh pihak yang mengaku sebagai ahli waris dari Sultan Sulu terhadap Pemerintah Malaysia melalui badan arbitrasi internasional adalah tidak sah dan melanggar undang-undang." Hal ini karena penunjukan arbiter Dr Gonzalo Stampa itu dibatalkan Pengadilan Tinggi Madrid pada 29 Juni 2021 yang mengakibatkan semua keputusan yang dikeluarkan Dr Gonzalo Stampa tidak valid, termasuk final award atau penghargaan final yang dikeluarkan pada 28 Februari 2022," katanya. Dr Stampa tidak mengindahkan keputusan Pengadilan Tinggi Madrid dengan memindahkan tempat arbitrase ke Paris, Prancis dan telah melanjutkan proses arbitrase sampai dia mengeluarkan final award. "Untuk memastikan kedaulatan dan kepentingan Malaysia dilindungi, pemerintah telah mengajukan permohonan untuk membatalkan penghargaan final tersebut yang dibuat pada 3 Maret 2022 di pengadilan di Paris, Prancis," katanya. Ini untuk memastikan bahwa hasil penghargaan final tidak dapat ditegakkan oleh pemohon kapan saja dan di negara mana saja dan agar Malaysia tidak perlu membayar uang kompensasi senilai 14,9 miliar dollar AS (Rp 213,62 triliun) seperti yang diklaim. "Pemerintah Malaysia tetap berkomitmen untuk menyelesaikan masalah ini secara menyeluruh dan meyakinkan. Ditekankan bahwa Pemerintah Malaysia tidak akan mengalah bahkan satu inci pun menjaga dan mempertahankan kedaulatan dan kedudukan Negara Bagian Sabah di Malaysia akan dipertahankan selamanya," katanya.

Lantas bagaimana sejarah Sulu di Filipina tuntut Malaysia di Sabah? Seperti disebut di atas, secara historis Sabah adalah wilayah Sulu yang dialihkan dengan status sewa yang awalnya Maskapai Borneo Utara/Inggris yang kemudian dialihkan dalam pembentukan Federasi Malaysia 1963. Menjadi masalah karena Malaysia menghentikan setoran nilai sewa sejak 2013. Lalu bagaimana sejarah Sulu di Filipina tuntut Malaysia di Sabah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (733): Tawi-Tawi Diantara Sulu dan Sabah; Tawi-Tawi Dekat Bulungan, Tidung, Sandakan dan Marudu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam sejarahnya Tawi-Tawi kepulauan adalah wilayah Kerajaan Sulu. Dalam sejarah, Kerajaan Sulu terbilang wilayah yang bersifat independent cukup lama (dibandingkan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara). Mengapa? Di bagian wilayah Sulu di Tawi-Tawi dan sekitar merupakan salah satu wilayah di bawah proteksi (kerajaan) Sulu yang kerap melakukan perlawanan kepada orang-orang Eropa sejak era Portugis/Spanyol. Pada era Hindia Belanda, para bajak laut yang dikejar Angkatan laut Hindia Belanda sangat aman berlindung di Tawi-Tawi (ibarat pengejaran keuangan di berbagai negara pada masa kini sangat aman di bank-bank Swiss).


Tawi-Tawi (Tagalog: Lalawigan ng Tawi-Tawi; Tausug: Wilaya' sin Tawi-Tawi; Sinama: Jawi Jawi/Jauih Jauih) is an island province in the Philippines located in the Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao (BARMM). The capital of Tawi-Tawi is Bongao. It is the southernmost province of the country, sharing sea borders with the Malaysian state of Sabah and the Indonesian North Kalimantan province, both on the island of Borneo to the west. To the northeast lies the province of Sulu. Tawi-Tawi also covers some islands in the Sulu Sea to the northwest, Cagayan de Tawi-Tawi Island and the Turtle Islands, just 20 kilometres (12 mi) away from Sabah. The municipalities comprising the current Tawi-Tawi province were formerly under the jurisdiction of Sulu until 1973 (1.087 km²; population 322.317 (2000)).  Administrative divisions: Tawi-Tawi comprises 11 municipalities, all encompassed by two legislative districts and further subdivided into 203 barangays. Bongao — the capital of the province; Languyan — created by President Marcos for rebel leader Hadjiril Matba who joined the government in the 1970s; Mapun — Tawi-Tawi's northernmost municipality, formerly Cagayan de Tawi-Tawi or Cagayan de Sulu; Panglima Sugala — formerly known as Balimbing. However, in the EDSA Revolution, the word "balimbing" acquired a derogatory meaning associated with turncoatism due to the fruit's many sides. It is the former capital of the province; Sapa-Sapa; Sibutu — home to the descendants of Malay royalty in Borneo and not necessarily associated with the Sulu royalty; Simunul — site of oldest mosque in the Philippines and home of Sheikh Makdum, one of the early pioneers spreading Islam in the country; Sitangkai — southernmost municipality in the country; South Ubian; Tandubas; Turtle Islands — a turtle sanctuary and protected area; Most of the municipalities are located on the islands in the Sulu Archipelago. Two of them, Mapun (which is closer to Palawan) and Turtle Islands, lie within the Sulu Sea. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Tawi-Tawi diantara Sulu dan Sabah? Seperti disebut di atas, Tawi-Tawi kepulauan berada di dalam yurisdiksi Kerajaan Sulu di masa lampau, yang mana pada hari ini provinsi berada di antara provinsi Sulu (Filipina) dan wilayah negara Sabah (Federasi Malaysia). Lalu bagaimana sejarah Tawi-Tawi diantara Sulu dan Sabah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.