Jumat, 17 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (300): Pahlawan Indonesia versus Republik Maluku Selatan (RMS); Republik Indonesia, RIS dan NKRI


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sesunguhnya ketika pergerakan (kebangkita) bangsa Indonesia mulai terjadi di seluruh Hinfia Belanda, di sejumlah wilayah terbentuk fraksi-fraksi penduduk, juga pada masyarakat Ambon (Maluku). Ada yang cooperative dan ada yang noncooperative. Hal itulah yang menyebabkan terbentukanya Sarikat Ambon di Semarang pada tahun 1920 yang dimotori oleh AJ Patty. Namun sebagian masyarakat Ambon menentang inisiatif AJ Patty dkk. Fraksi yang menentang Sarikat Ambon menganggap Belanda adalah pelindung (ayah). Pada tahun 1932 dilakukan reunifikasi dengan membentuk persatuan Ambon yang baru di Batavia. Ini sejalan dengan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Ketika Belanda mengakui kedaultan Indonesia (27 Desember 1949) riak-riak perpecahan diantara masyarakat Ambon kembali terjadi yang kemudian munculnya gagasan pembentukan Republik Maluku Selatan (RMS)..

Republik Maluku Selatan atau RMS adalah sebuah republik di Kepulauan Maluku yang diproklamasikan tanggal 25 April 1950. Pulau-pulau terbesarnya adalah Seram, Ambon, dan Buru. RMS di Ambon dikalahkan oleh militer Indonesia pada November 1950, tetapi konflik di Seram masih berlanjut sampai Desember 1963. Kekalahan di Ambon berujung pada pengungsian pemerintah RMS ke Seram, kemudian mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di Belanda pada tahun 1966. Ketika pemimpin pemberontak Dr. Chris Soumokil ditangkap militer Indonesia dan dieksekusi tahun 1966, presiden dalam pengasingan dilantik di Belanda. Pemerintahan terasing ini masih berdiri dan dipimpin oleh John Wattilete, pengacara berusia 55 tahun, yang dilantik pada April 2010. Tidak semua wilayah dan suku di Indonesia yang langsung bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemberontakan pribumi pertama yang terorganisasi muncul di Maluku Selatan dengan bantuan pemerintah dan militer Belanda. Kontra-revolusioner Maluku Selatan awalnya bergantung pada perjanjian pascakolonial yang menjanjikan bentuk negara federal (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Republik Maluku Selatan (RMS) sebagai wujud gagasan ingin memisahkan dari dari negara Indonesia? Seperti disebut di atas, munculnya gagasan Republik Maluku Selatan (RMS) keterlibatan orang-orang Belanda diduga sangat besar pada era RIS. Masalahnya adalah ketika berbagai negara federal telah menyatu kembali sebagai negara kesatuan (NK)RI mengapa muncul gagasan yang ingin memisahkan diri dengan membentuk negara Republik Maluku Selatan? Apakah perpecahan masa lalu yang sudah sempat terikat kembali muncul lagi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (299): Pahlawan Indonesia di Ambon GA Siwabessy: Dokter Nederlandsch Indische Artsenschool (NIAS)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Satu lagi pahlawan Indonesia berasal dari Saparua adalah GA Siwabessy. Pahlawan Saparua yang terbilang dari generasi lebih muda dibanding pahlawan yang disebut sebelumnya. Lantas apakah masih ada generasi berikutnya? Kita lihat nanti. GA Siwabessy sendiri memulai pendidikan tinggi di sekolah kedokteran NIAS di Soerabaja. Seperti halnya Dr J Leimena, Dr GA Siwabessy terhitung cukup lama menangani kementerian kesehatan.

Prof. Dr. Gerrit A. Siwabessy (19 Agustus 1914-11 November 1982) pernah menjadi Menteri Badan Tenaga Atom Nasional (1964) dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (1966-1978). Gerrit Augustinus Siwabessy lahir di negeri Ullath, pulau Saparua, Enoch Siwabessy, ayahnya adalah seorang petani cengkih yang meninggal dunia ketika Gerrit baru berusia satu tahun. Setelah meninggalnya ayahanda dari Gerrit, ibunya kemudian menikah lagi dengan seorang dari Ambon Yakub Leuwol, seorang guru sekolah dasar. Hal ini memungkinkan Gerrit menjalani pendidikan dasar dan menengah dengan baik. "Beta selalu menyertai tuan guru Leuwol yang berturut-turut ditempatkan sebagai guru di Larike, Tawiri, dan Lateri," tulis Siwabessy dalam memoarnya. Pada 1931, Siwabessy berhasil menyelesaikan pendidikannya di sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di kota Ambon. Kemudian Siwabessy meneruskan pendidikan di sekolah kedokteran NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School) di Surabaya. Di NIAS Siwabessy, sesuai nama marganya dipanggil kawan-kawannya dengan julukan Upuleru, yang dalam bahasa Maluku Tengah artinya “dewa”. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Indonesia GA Siwabessy? Seperti disebut di atas, GA Siwabessy menempuh pendidikan tinggi di Soerabaja, yang berbeda dengan seniornya di Batavia, Bandoeng dan Belanda. Lalu bagaimana sejarah GA Siwabessy? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.