Sabtu, 09 November 2019

Sejarah Sukabumi (33): Si Jampang dan Si Pitung Asal Soekaboemi? Soekaboemi di Batavia dan Djampang di Soekaboemi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

Ada dua tokoh yang kerap disebut pendekar di Batavia. Namanya Si Pitoeng dan Si Djampang. Pada masa ini Si Pitung disebut berasal dari Rawabelong, padahal Si Pitoeng berasal dari Soekaboemi. Juga pada masa ini disebut Si Djampang berasal dari Sukabumi, padahal Si Djampang berasal dari Djampang. Judul di atas sepintas tampak membingungkan. Tapi cara berpikirlah yang membuat kita bingung.

Si Pitung dan Si Jampang (sketsa, sumber internet)
Dalam penulisan sejarah, kesalahan sering terjadi. Sumber kesalahan yang kerap muncul berasal dari sumber lisan (cerita ke cerita turun temurun). Sumber tulisan lebih dapat diverifikasi karena buktinya dapat ditunjukkan. Yang jadi persoalan adalah sulitnya menemukan sumber tulisan menyebabkan menyebarnya sumber lisan. Namun sejarah tetaplah sejarah. Sejarah bukanlah cerita. Sejarah adalah fakta atau kejadian yang benar-benar terjadi (di masa lampau). Dalam upaya penulisan sejarah, perbaikan dapat dilakukan sejauh ditemukan sumber baru yang lebih andal (valid).

Lantas dari mana asal sebenarnya Si Jampang dan Si Pitung? Itulah pertanyaan intinya. Untuk mengurangi kesalahpahaman kita  tentang asal-usul dua tokoh di Tanah Betawi (Batavia) ini ada baiknya kita menelusuri kembali sumber-sumber tempo doeloe. Semoga penelusuran ini berhasil menjelaskan kebingungan yang ada.

Sejarah Sukabumi (32): Sejarah Preanger Regentschappen; Tjiandjoer Masa Lalu, Bandung Masa Kini, Sukabumi Masa Depan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Soekaboemi terhubung dengan sejarah Tjiandjoer. Pada permulaan sejarah Preanger Regentschappen bermula di Tjiandjoer. Ketika 1870 ibu kota Preanger dipindahkan dari Tjiandjoer ke Bandoeng (kedudukan Residen relokasi ke Bandoeng), secara administratif wilayah Soekaboemi dipisahkan dari wilayah administrasi Tjiandjoer. Meski demikian, struktur pemerintahan lokal di Soekaboemi masih tetap berpusat di Tjiandjoer (Bupati di Tjiandjoer dan Patih di Soekaboemi). Saat inilah Pemerintahan Hindia Belanda dibentuk di Soekaboemi yang setingkat dengan di Tjiandjoer yang masing-masing dipimpin oleh Asisten Residen.

Fort Padjadjaran (Peta 1687 dan lukisan Rach 1772)
Sesuai misi dan tujuannya, sejak era VOC yang diteruskan Pemerintah Hindia Belanda, struktur (pemerintahan) wilayah mengikuti hukum ekonomi (perdagangan). Pemerintah Hindia Belanda tidak menerapkan pola pemerintahan yang seragam (statis), tetapi berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah lain sesuai besar kecilnya kepentingan Pemerintah Hindia Belanda (bersifat dinamis). Kedudukan Gubernur di bawah Gubernur Jenderal pada tahun 1870 hanya ada di Province Sumatra’s Westkust yang berpusat di Padang dan Province Celbes di Makassar (pergeseran dari Maluku di Ambonia). Di seluruh Jawa hanya diterapkan setingkat Residen, termasuk di Residentie Preanger Regetschappen (yang mengalami relokasi Residen dari Tjiandjoer ke Bandoeng). Pada tahun 1903 Province Sumatra’s Westkust dilikuidasi dan tahun 1915 dibentuk provinsi baru yakni Province Sumatra’s Oostkust yang berpusat di Medan. Baru pada tahun 1921 di (pulau) Jawa dibentuk tiga provinsi (West, Midden, Oost). Province West Java berpusat di Batavia.
. 
Sekitar tahun 1850an orang-orang Eropa/Belanda sudah merasakan pergeseran spasial di Hindia Belanda: Maluku adalah masa lalu, Jawa adalah masa kini dan Sumatra adalah masa depan. Setali tiga uang, pada dekade sekitar 1870an di Residentie Preanger Regentschappen orang-orang Eropa/Belanda menganggap Tjiandjoer adalah masa lalu, Bandoeng adalah masa kini, dan Soekaboemi adalah masa depan. Tentang masa depan di Soekaboemi sudah kita telusuri, kini gilirannya untuk kembali mundur untuk menelusuri ke origin di Tjiandjoer.