Jumat, 26 Maret 2021

Sejarah Australia (3): Misteri Selat Torres dalam Pelayaran Abel Tasman 1642; Pulau Daru, Morehead, Moresby dan Pulau Moa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disini 

Dalam peta-peta lama, terutama pada era Portugis dan era Belanda (VOC), geografi dipetakan berbeda dengan yang tergambar pada citra masa kini (misalnya googlemap). Mengapa demikian? Lantas apa yang terjadi? Perbedaan gambaran geografi itu terdapat di selat Torres yang sekarang (selat antara pantai selatan Papua dan pantai utara dataran Australia). Hal itulah mengapa pelayaran Abel Tasman dari selatan Lautan Hindia menuju pulau Tasman dan Selandia Baru dan kembali ke Batavia, tetapi tidak melalui selat Torres tetapi dari pantai utara Nova Guinea (Papua) via pulau Seram (Amboina) terus ke Batavia. Itulah yang digambarkan pada petta pelayaran Tasman tahun 1642. Selat Torres digambarkan sebagai daratan yang menyatu antara pantai utara Australia dengan pantai selatan Nova Guinea. Jelas ini suatu misteri.

Pada peta-peta lama juga ditemukan gambaran yang berbeda situasi dan kondisi tempo doeloe dengan sekarang di Teluk Tomini. Pada peta lama teluk Tomini gambarkan pada peta sebagai daratan. Ini juga suatu misteri. Sedangkan gambaran peta-peta lama tentang bentuk pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan juga berbeda dengan gambaran pada masa kini. Namun perbedaan ini dapat dijelaskan, karena adanya proses sedimentasi jangka panjang karena adanya pengaruh aliran sungai yang besar dari pedalaman dan aktivitas gunungapi. Di pantai utara Jawa banyak teluk telah tertutup sedimentasi jangka panjang sehingga membentuk daratan seperti kecamatan Teluk Naga di kabupaten Tangerang dan kecamatan Cabangbungin di kabupaten Bekasi pada era VOC adalah teluk yang beubah jadi rawa dan kemudian menjadi daratan. Hal itu juga dengan sisi luar kota Semarang dan kota Soerabaja. Di pantai timur Sumatra juga terjadi pendangkalan yang membentuk rawa dan daratan sehingga pulau Sumatra tempo doeloe lebih ramping jika dibandingan gambaran pada masa kini (bahkan di era Hindoe-Boedha, kota pelabuhan Palembang dan kota pelabuhan Jambi berada di pantai). Idem dito di pantai-pantai selatan, barat dan timur pulau Borneo.

Lantas bagaimana sesungguhnya sejarah yang terjadi secara geografi di Selat Torres? Seperti disebut di atas, apakah gambaran pada peta-peta lama benar-benar suatu misteri? Atau hanya asumsi para pelaut-pelaut pada masa itu di kawasan yang dimaksud suatu daratan, karena kurangnya pengetahuan? Semua itu tentu saja perlu penjelasan dan dapat dijelaskan seperti halnya paparan (hamparan permukaan tanah laut dangkal) Sahul yang dulunya daratan yang menyatukan pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan denga benua Asia (dan paparan Sahul yang menyatukan pulau Papua dengan Australia). Lalu bagaimana penjelasannya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (48): Kisah Catur Indonesia Catur Dunia, dari Beheula hingga Zaman Now; Game Dewa Kipas v GM Irene

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini

Beberapa hari yang lalu, saat saya pulang dari rumah sakit (suntik vaksin Covid) di tengah jalan saya membuka channel Pro-3 RRI sedang berlangsung pertandingan catur antara Dadang Subur alias Dewa Kipas melawan GM Irene Kharisma Sukandar. Pertandingan yang disiarkan lansung melalui podcast Deddy Corbuzier itu, di luar soal kalah menang, yang menarik adalah pertandingan yang direncanakan empat babak itu ditonton 1,2 Juta orang lebih. Itu tentu luar biasa, catur zaman Now mendapat tempat dan perhatian kembali. Setelah di rumah, saya cek di berbagai media, ternyata latar belakang diadakan pertandingan sudah begitu menghebohkan di dunia catur. Saya cepat paham.

Sebelum permainan catur berkembang di Amerika Serikat, sudah jauh berkembang permainan catur di Eropa. Namun jenis permainan catur sendiri berawal dari Tiongkok di zaman kuno. Perkembangan permainan catur yang pesat di Eropa, melalui orang-orang Belanda permainan catur standar Eropa akhirnya mengalami difusi di Indonesia (baca: Hindia Belanda), tidak hanya di antara orang-orang Eropa di perkotaan tetapi juga diantara orang-orang pribumi baik di perkotaan maupun pelosok-pelosok kampong di pedalaman. Permainan catur sendiri diantara orang pribumi sudah sejak lama ada (zaman kuno) namun bentuk dan sistem permainannya berbeda. Oleh karena orang pribumi sudah terbiasa bermain catur, maka masuknya sistem baru catur Eropa mudah diserap penduduk, dan bahkan mampu bersaing dengan pecatur-pecatur tangguh Belanda. Berita catur dari Tanah Batak membuat gempar dunia catur internasional di Eropa.

Lantas bagaimana sejarah catur Indonesia di dunia catur internasional? Pertandingan catur antara Dewa Kipas dan GM Irene Kharisma Sukandar, itu ibarat penampilan Alip Ba Ta, seorang gitaris fingerstyle yang mendapat perhatian dunia musik internasional. Okelah, setiap permaian ada siklusnya apakah permainan catur atau permainan musik dan sebagainya. Lalu bagaimana sejarah catur Indonesia yang sebenarnya di mata internasional? Tentu saja tidak dimulai hari ini, tetapi jauh di masa lampau. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.