Jumat, 26 Maret 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (48): Kisah Catur Indonesia Catur Dunia, dari Beheula hingga Zaman Now; Game Dewa Kipas v GM Irene

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini

Beberapa hari yang lalu, saat saya pulang dari rumah sakit (suntik vaksin Covid) di tengah jalan saya membuka channel Pro-3 RRI sedang berlangsung pertandingan catur antara Dadang Subur alias Dewa Kipas melawan GM Irene Kharisma Sukandar. Pertandingan yang disiarkan lansung melalui podcast Deddy Corbuzier itu, di luar soal kalah menang, yang menarik adalah pertandingan yang direncanakan empat babak itu ditonton 1,2 Juta orang lebih. Itu tentu luar biasa, catur zaman Now mendapat tempat dan perhatian kembali. Setelah di rumah, saya cek di berbagai media, ternyata latar belakang diadakan pertandingan sudah begitu menghebohkan di dunia catur. Saya cepat paham.

Sebelum permainan catur berkembang di Amerika Serikat, sudah jauh berkembang permainan catur di Eropa. Namun jenis permainan catur sendiri berawal dari Tiongkok di zaman kuno. Perkembangan permainan catur yang pesat di Eropa, melalui orang-orang Belanda permainan catur standar Eropa akhirnya mengalami difusi di Indonesia (baca: Hindia Belanda), tidak hanya di antara orang-orang Eropa di perkotaan tetapi juga diantara orang-orang pribumi baik di perkotaan maupun pelosok-pelosok kampong di pedalaman. Permainan catur sendiri diantara orang pribumi sudah sejak lama ada (zaman kuno) namun bentuk dan sistem permainannya berbeda. Oleh karena orang pribumi sudah terbiasa bermain catur, maka masuknya sistem baru catur Eropa mudah diserap penduduk, dan bahkan mampu bersaing dengan pecatur-pecatur tangguh Belanda. Berita catur dari Tanah Batak membuat gempar dunia catur internasional di Eropa.

Lantas bagaimana sejarah catur Indonesia di dunia catur internasional? Pertandingan catur antara Dewa Kipas dan GM Irene Kharisma Sukandar, itu ibarat penampilan Alip Ba Ta, seorang gitaris fingerstyle yang mendapat perhatian dunia musik internasional. Okelah, setiap permaian ada siklusnya apakah permainan catur atau permainan musik dan sebagainya. Lalu bagaimana sejarah catur Indonesia yang sebenarnya di mata internasional? Tentu saja tidak dimulai hari ini, tetapi jauh di masa lampau. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sejarah Awal Catur Indonesia: Bermula di Tanah Batak

Tunggu deskripsi lengkanya

Catur Dunia Milik Semua Orang: Catur Zaman Now Akan Lebih Populer

Tunggu deskripsi lengkanya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar