Tampilkan postingan dengan label Sejarah Mahasiswa Tionghoa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Mahasiswa Tionghoa. Tampilkan semua postingan

Jumat, 27 Juni 2025

Sejarah Mahasiswa Cina (4): Ongkiehong Meraih Doktor Kedokteran 1922; Keluarga Besar Marga Ong Kie Hong dari Amboina


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa Cina di blog ini Klik Disini

Ongkiehong adalah satu nama marga baru di Indonesia pada era Pemerintah Hindia Belanda. Ongkiehong awalnya nama satu orang Cina: Ong Kie Hong. Dalam hal ini Ong (ditempatkan di depan nama) adalah nama marga asli. Pembentukan nama marga baru itu diusulkan kepada pemerintah dan kemudian diputuskan pengadilan. Tentu saja juga ada orang Eropa yangt melakukannya. Diantara orang pribumi juga ada yang membentuk marga baru, seperti Salim (salah satu yang terkenal Agus Salim).


Marga China di Indonesia dan Nama Marga Tionghoa Versi Indonesia. 16 April 2024. Orang Tionghoa yang berada di Indonesia mempunyai nama marga Tionghoa khusus. Kemudian dari beberapa marga tersebut telah muncul nama versi Indonesia. Inilah beberapa nama marga China di Indonesia yang sering digunakan oleh masyarakat Tionghoa-Indonesia, yakni: Cia/Tjia; Kang/Kong; Gouw/Goh; Lee/Lie; Lauw/Lau; Oey/Ng/Oei; Tan; Ong; Tio/Thio/Theo/Teo; Hoan / Hwan; Lim; Nama Marga China Versi Indonesia: 1. Chen : Tan, Tjhin (Tanudisastro, Tanto, Tanutama, Tanu, Tansil, Tanusautra, Tanadi, Tanujaya, Tanuwijaya, Tandiono, Tanasal, dan Tanzil). 2. Zeng :Cheng, Tsang, Tjan (Tjandra atau Chandra). 3. Han: Han (Handaya, Handjojo, Handojo, Handoyo, dan Hantoro). 4. Lim: Lin (Salim, Halim, dan Alim). 5. Guo: Kuo, Kwee, Kwik (Kusuma atau Kusumo, Kartawiharja, dan Kumala) (https://kumparan.com/) 

Lantas bagaimana sejarah Heinrich Frederik (HF) Ongkiehong raih doktor kedokteran 1922? Seperti disebut di atas Ongkiehong adalah salah satu marga (nama keluarga) yang dibentuk di Indonesia pada era Pemerintah Hindia Belanda. Salah satu yang menggunakan nama baru itu adalah Heinrich Frederik Ongkiehong dari keluarga besar marga Ongkiehong di Amboina yang meraih gelar pendidikan tertinggi di Leiden. Lalu bagaimana sejarah Heinrich Frederik Ongkiehong raih doktor kedokteran 1922? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 19 Juni 2025

Sejarah Mahasiswa Cina (3): Tjwan Ing Li dan Tjwan Kiat Li Bersaudara; Raih Gelar Doktor Kedokteran di Belanda 1921, 1922


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa Cina di blog ini Klik Disini

Dalam dunia akademik, tidak banyak keluarga yang mampu menyekolahkan anak hingga mendapat gelar sarjana di luar negeri. Untuk mendapatkan gelar doktor tidak mudah. Keluarga yang mampu menyekolahkan anak untuk mencapai gelar doktor tentunya saja jumlahnya sedikit. Yang menjadi luar biasa dalam hal ini, dua bersaudara kelahiran Djombang sama-sama berhasil meraih gelar doctor di bidang kedokteran di Belanda pada tahun 1921 dan pada tahun 1922.


Bagi keluarga kaya menyekolahkan anak ke perguruan tinggi berkualitas tidaklah sulit. Pertanyaannya apakah anak-anaknya dapat diterima di perguruan tinggi berkualitas? Sebaliknya, untuk keluarga yang anaknya diterima tetapi secara ekonomi paspasan tentu saja sulit. Lebih sulit lagi jika anaknya yang diterima di perguruan tinggi berkualitas dua, tiga, empat atau lima orang. Dalam tahun-tahun terakhir ini muncul gagasan program satu keluarga (minimal) satu sarjana. Di Provinsi Bali program yang mendapat dukungan dari 26 kampus negeri dan swasta tersebut akan direalisasikan tahun ini (lihat https://www.detik.com). Pemerintah Bali akan memberikan bantuan biaya kuliah sebesar Rp 1,4 juta per bulan per mahasiswa yang diprioritaskan bagi para lulusan SMA/SMK yang berasal dari keluarga kurang mampu di seluruh Bali. Bagaimana jika berasal dari keluarga mampu? Apakah jargon satu keluarga satu sarjana masih berlaku? Bagaimana jika satu keluarga yang paspasan ada tiga anak diterima di perguruan tinggi berkualitas? Ada juga program di suatu lembaga/kantor memberikan bantuan pegawai berupa premi asuransi kesehatan tetapi hanya dibatasi untuk pasangan (istri/suami) dan dua anak saja. Bagaimana kalau anaknya tiga atau empat? Ada juga program perguruan tinggi memberi keringanan (gratis) bagi dosen yang anaknya diterima tetapi hanya dibatasi untuk anak (urutan kelahiran) kesatu, kedua dan ketiga. Bagaimana jika dosen tersebut kebetulan baru ini anaknya ada yang diterima di perguruan tinggi, tetapi kebetulan anak yang keempat atau anak kelima? (bandingkan jika ada yang memiliki tiga anak yang semuanya diterima di perguruan tinggi tersebut). Satu yang jelas pada keluarga (termasuk keluarga dosen) yang paspasan, semakin banyak anak yang diterima di perguruan tinggi berkualitas akan semakin berat. Jargon satu keluarga satu sarjana dan uang kuliah berkeadilan ibarat ada semangat mempromosikan keadilan, tetapi keadilan yang sepenuhnya tidak akan pernah dilaksanakan.

Lantas bagaimana sejarah dua bersaudara Tjwan Ing Li dan Tjwan Kiat Li? Seperti disebut di atas, untuk masuk perguruan tinggi tidak mudah. Namun menjadi sangat sulit bagi keluarga paspasan, apalagi jenjang pendidikan master dan doktor. Yang jelas dua bersaudara dari Djombang tersebut sama-sama dapat meraih gelar doktor kedokteran di Belanda 1921 dan 1922. Lalu bagaimana sejarah dua bersaudara Tjwan Ing Li dan Tjwan Kiat Li? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 18 Juni 2025

Sejarah Mahasiswa Cina (2): O Siau Dhai Kelahiran Jogja, Yatim dan Miskin; Meraih Gelar Doktor Kedokteran 1910 Amsterdam


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa Cina di blog ini Klik Disini

Sejauh yang diketahui, tidak ada yang pernah menulis sejarah O Siau Dhai. Mengapa? Satu yang jelas setelah Oei Jan Lee mendapat gelar doktor dalam bidang hukum di Belanda (1889), orang kedua adalah bernama O Siau Dhai. Sementara itu, Tan Tjoen Liang yang pernah satu kelas dengan Oei Jan Lee di sekolah menengah KW III School Batavia, di Belanda hanya sampai untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Delft dan menjadi insinyur teknik mesin pada tahun 1894.


Di internet jika mencari nama O Siau Dhai, hanya ditemukan dalam dua laman yang berada di Belanda (https://www.openarchieven.nl). Dalam laman pertama dicatat Siau Dhai O lahir tanggal 8 Agustus 1881 di Djokjokarta. Pada laman kedua dicatat O Siau Dhai pada usia 43 tahun menikah dengan Catherine le Roij (usia 33 tahun). Dalam catatan tersebut ayah dari O Siau Dhai bernama Tiang Po O dan ibunya bernama Bang Nio Liem. Sementara itu jika ditanya AI, disebut nama Tiang Po O mirip nama Tan Tiang Po. Nama Tan Tiang Po di laman Wikipedia disevbut sebagai Luitenant der Chinezen (1846–1912)di tanah partikelir (particuliere land) di Batoe-Tjepper. Okelah, Tiang Po O dan Tan Tiang Po adalah satu hal. Hal yang penting invgin diketahui adalah O Siau Dhai. 

Lantas bagaimana sejarah  O Siau Dhai kelahiran Jogjakarta? Seperti disebut di atas, O Siau Dhai setelah lulus dokter melanjutkan studi lagi. Dokter O Siau Dhai meraih gelar doktor di bidang kedokteran tahun 1910 di Amsterdam. Lalu bagaimana sejarah  O Siau Dhai kelahiran Jogjakarta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 17 Juni 2025

Sejarah Mahasiswa Cina (1): Oei Jan Lee, Putra Kapitan Cina Asal Bandaneira; Orang Indonesia Pertama Raih Doktor di Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa Cina di blog ini Klik Disini

Di dalam buku berjudul Orang Indonesia jang Terkemoeka di Djawa yang terbit pada tahun 1944 tentulah tidak ada nama orang Cina. Mengapa? Fakta bahwa pada masa Pemerintah Hindia Belanda orang Cina dengan identitas diri sebagai orang Tionghoa sudah menjadi orang Indonesia. Satu yang jelas orang Cina umumnya menentang kehadiran Jepang di Indonesia (sebab sebelumnya Jepang menginvasi Tiongkok di Mansuria). Okelah. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, dalam serial artikel ini akan mendeskripsikan orang-orang Cina terpeladjar di Indonesia pada masa Pemerintah Hindia Belanda.


Sejarah Bangsa Cina di Kepulauan Banda. Isra Amin Ali. Regering Reglement tahun 1854. Di era itu juga, dalam tata kota Neira, Belanda membagi 3 area besar yaitu : 1. Dutch Colonial Town,  kawasan ini merupakan pemukiman pejabat serta warga berkebangsaan Belanda - terletak di Desa Dwiwarna, 2. Chinesse Quarter, kawasan ini terletak di Desa Nusantara, dan 3. Arabian Quarter, kawasan ini terletak di Desa Kampung Baru. Untuk mempermudah koordinasi dan kontrol atas aktivitas yang dilakukan,  maka pemerintah Kolonial Belanda mengangkat pemimpin di masing-masing komunitas Cina dan Arab yang dikenal dengan istilah "Kapitein ".  Pada awal abad ke-20 di Banda Neira yang menjadi Kapitan Cina marga Kok sedangkan Kapitan Arab adalah Syech Said bin Abdullah Baadilla. Sebagai informasi tambahan bahwa Sarjana Hukum pertama dari Hindia Belanda yang mengenyam pendidikan di Universitas Leiden adalah Oei Jan Lee seorang keturunan Tionghoa yang berasal dari Banda Neira.  Oei Jan Lee lahir di Banda Neira pada tahun 1863, ayahnya seorang Letnan Cina yang membantu Kapitan Cina.  Setamat pendidikan dasar di sekolah Belanda di Banda Neira beliau melanjutkan pendidikan dan pelatihan swasta di Banda untuk persiapan masuk HBS (sekolah menengah Belanda) di Batavia (https://www.kompasiana.com). 

Lantas bagaimana sejarah Oei Jan Lee, putra Kapitan Cina asal Bandaneira? Seperti disebut di atas, Oei Jan Lee adalah orang Indonesia pertama meraih gelar doktor di bidang hukum di Belanda. Bagaimana bisa? Lalu bagaimana sejarah Oei Jan Lee, putra Kapitan Cina asal Bandaneira? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Sekali lagi, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.