Sabtu, 23 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (730): Tidung di Indonesia, Nabawan di Sabah; Apakah Ada Hubungan Antar Populasi Zaman Kuno?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sebagaimana pada artikel sebelum ini, penyebaran populasi sudah berlangsung sejak zaman kuno di pulau Borneo/Kalimantan. Penyebaran populasi di Borneo tidak terpisahkan dengan penyebaran populasi di pulau-pulau Filipina, pulau Sulawesi dan pulau-pulau di Maluku. Satu yang unik dari persebaran populasi di wilayah yang luas itu adalah terdapatnya penggunaan kata elementer ‘ina/qinak’=ibu dan ‘ama/amang’=ayah. Penggunaan kosa kata elementer tersebut ditemukan secara luas di Sumatra terutama di Tanah Batak. Apakah dalam hal ini dapat menjelaskan persebaran penduduk di wilayah Tidung dan wilayah Sabah? Yang jelas bahwa wilayah Tidoeng adalah wilayah yang sudah dikenal sejak zaman kuno dimana terdapat (kerajaan) Seludong (lihat Negarakertagama 1365).


Bahasa Tidung dialek Tarakan merupakan bahasa Tidung yang pertengahan karena dipahami oleh semua warga suku Tidung. Beberapa kata bahasa Tidung masih memiliki kesamaan dengan bahasa Kalimantan lainnya. Kemungkinan suku Tidung masih berkerabat dengan suku Dayak rumpun Murut (suku-suku Dayak yang ada di Sabah). Karena suku Tidung beragama Islam dan mengembangkan kerajaan Islam sehingga tidak dianggap sebagai suku Dayak, tetapi dikategorikan suku yang berbudaya Melayu (hukum adat Melayu) seperti suku Banjar, suku Kutai, dan suku Pasir. Bahasa Tidung termasuk dalam "Kelompok Bahasa Tidung" salah satu bagian dari Kelompok Bahasa Dayak Murut. Kelompok Bahasa Tidung terdiri: Bahasa Tidung, Bahasa Bulungan, Bahasa Kalabakan, Bahasa Murut Sembakung dan bahasa Murut Serudung. Penutur Bahasa Tidung pada umumnya terdapat diwilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan Sabah Malaysia. Penutur Bahasa Tidung terdapat pada dua Kabupaten di Kaltim, lima kab/kota di Kaltara dan tiga kota di negeri Sabah. Sepuluh daerah tersebut adalah Kota Tarakan, Kab. Malinau, Kab. Bulungan, Kab. Nunukan, Kab. Tana Tidung, Kab. Berau, Kab. Kutai Kartanegara, Kota Tawau, Kota Sandakan dan Kota Lahad Datu. (Wikipedia) .

Lantas bagaimana sejarah Tidung di Indonesia, Nabawan di Sabah; apakah ada hubungan populasi zaman kuno? Seperti disebut di atas, persebaran populasi sejak zaman doeloe menarik diperhatikan karena pada masa ini ditemukan ada arsiran dari satu etnik ke etnik lannya di nusantara, dalam hal ini wilayah-wilayah yang berada di utara khatulistiwa. Lalu bagaimana sejarah Tidung di Indonesia, Nabawan di Sabah; apakah ada hubungan populasi zaman kuno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (729): Melanau di Serawak, Malinau di Indonesia; Apakah Ada Hubungan Populasi Zaman Kuno?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Negara Serawak (kini masuk Federasi Malaysia) di pantai utara Borneo beragam etnik yang mana populasi dominan adalah etnik Iban yang hampir separuh populasi (negara) Serawak. Sementara etnik Melanau termasuk lima besar penduduk asli yang jumlahnya sekitar enam persen. Di wilayah tetangga Serawak di bagian wilayah Indonesia terdapat nama (wilayah) Malinau yang secara toponimi sama. Dalam hal ini apakah etnik Melanau di Serawak dan nama Malinau di (provinsi) Kalimantan Utara memiliki hubungan propulasi?


Melanau merupakan bangsa penduduk asli Sarawak dan dikategorikan Austronesia. Kaum Melanau juga merupakan penduduk pedalaman Sarawak terawal. Morris (1991) menyebutkan mereka mempunyai hubungan linguistik dan sosial dengan etnik dari kawasan hulu yang bertetangga dengan etnik Kayan, Kenyah, Kajang, Bidayuh. Etnik Melanau bermigrasi ke hilir di masa lampau melalui sungai Batang Mukah dan Oya. Di wilayah hilir Sebagian etnik Melanau Bergama Islam. Kaum Melanau dikategorikan sebagai Austronesia berdasarkan penggunaan bahasa yang tergolong dalam Malayo-Polynesian, sama seperti kaum Kayan, Kenyah, Bidayuh, Iban, Melayu dan lain-lain. Perkampungan orang Melanau kebanyakannya dibangun di tepi sungai dan berdekatan dengan pantai. Pada masa kini hampir keseluruhan masyarakat Melanau menganuti agama Islam dan Sebagian kecil menganuti agama Kristen namun terdapat juga yang mempercayai tuhan laut iaitu "inah'' ataupun juga dikenali sebagai "ipok". Etnik -ektnik Melanau berkumpul di kawasan persisiran pantai seperti kawasan lembah utara sungai Rajang, Igan, Roban, Kabong, Matu-Daro, Pulau Bruit, Mukah, Gua Niah, Taman Negara Mulu, Dalat, Oya, dan Bintulu, tetapi terdapat juga populasi mereka di kota-kota lain seperti Kuching, Sibu dan Miri. (Wikipedia). 

Lantas bagaimana sejarah etnik Melanau di Serawak dan apakah ada hubungan populasi dengan nama Malinau di Indonesia? Seperti disebut di atas, secara linguistic Bahasa etnik Melanau di pesisir Serawak berkerabat dengan Bahasa-bahasa di pedalaman termasuk di wilayah bagian Indonesia di Malinau. Lalu bagaimana sejarah etnik Melanau di Serawak dan apakah ada hubungan populasi dengan etnik Malinau di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.