Rabu, 10 Juni 2020

Sejarah Pulau Bali (8): Herman Neubronner van der Tuuk, dari Tapanoeli ke Boeleleng, 1870; Kisah Ahli Bahasa yang Sebenarnya


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini

Siapa sesungguhnya menginisiasi pendidikan modern di Bali? Jelas bukan Asisten Residen yang berkedudukan di Boeleleng. Orang tersebut adalah Dr. Herman Neubronner van der Tuuk, ahli bahasa-bahasa Nusantara yang bergelar doktor (Ph.D). Darimana Dr. Herman Neubronner van der Tuuk mempelajari pentingnya pendidikan bagi pribumi? Bukan dari Malaka, tetapi dari Tapanoeli. Dr. Herman Neubronner van der Tuuk adalah penyusun kamus dan tata bahasa Batak. Siapa gurunya di Tapanoeli? Guru Dr. Herman Neubronner van der Tuuk berada di Afdeeling Mandailing en Angkola, namanya AP Godon (Asisten Residen Mandailing en Angkola).

HN van der Tuuk dari Tapanoeli hingga Bali
Orang Tapanoeli respek kepada Kolonel AV Michiels dan tangan kananya Kaptein Alexander van der Hart. Mereka inilah yang membebaskan Tanah Batak dari kelaliman Padri tahun 1838. Lalu pemerintahan dibentuk di Afdeeling Mandailing en Angkola pada tahun 1840. Pada tahun ini juga Gubernur Jenderal Pieter Merkus mengirim FW Jung Huhn, seorang geolog Jerman ke Angkola untuk meneliti geologi dan botani. Jung Huhn dan rekannya TJ Willer mengundang datang Michiels dan Hart tahun 1842. Dua orang ini disambut dengan tarian kolosal (tor-tor) yang diiringi musik gondang. Awalnya direncanakan dua hari di (kota) Padang Sidempoean akhirnya molor menjadi empat hari. Para pemimpin lokal mengajak dua tentara profesional ini berburu rusa. Selesai bertugas, Jung Huhn menyarankan kepada pemerintah pusat agar jangan menyertakan pemimpin lokal dalam pemerintahan jika tak ingin kita yang diatur mereka. Mungkin Jung Huhn telah membaca laporan Marsden (1782) yang menyatakan pendudukan Angkola )dan Mandailing) mampu menciptakan senjata dan mesiu (campuran belerang dan arang getah damar) dan lebih dari separuh penduduknya mampu membaca (aksara Batak) angka yang sangat tinggi melampaui seluruh bangsa-bangsa di Eropa. Itu sebabnya pemimpin lokal di Mandailing en Angkola tidak pernah diangkat regent (bupati) seperti sebelumnya di Jawa dan Minangkabau. TJ Willer seorang ahli geografi sosial mengusulkan agar mereka diberi pendidikan dan sekolah. Pada era Gubernur Jenderal Rochussen, datang seorang sekuler ahli bahasa Dr. Herman Neubronner van der Tuuk. Asisten Residen AP Godon kerap berdiskusi sebagai sesama Eropa di pedalaman Tanah Batak di Afdeeling Mandailing en Angkola (Residentie Tapanoeli). AP Godon kemudian membawa seorang siswa Sati Nasoetion untuk studi ke Belanda pada tahun 1857 sementara van der Tuuk berhasil menyusun kamus dan tata bahasa Batak (tata bahasa pertama di Hundia Belanda). Satu usul yang aneh dari van der Tuuk kepada pemerintah, jika pusat (Batavia) mengirim pejabat ke Tanah Batak harus yang sudah berkeluarga (membawa istri). Laporan ini tampaknya dibaca oleh kantor zending Jerman. Ketika Nommensen yang masih lajang datang dari Jerman, sebelum memasuki Tanah Batak, diketahui Nommensen menikah lebih dulu di Sibolga pada tahun 1862.

Dr. Herman Neubronner van der Tuuk memulai karir di Hindia Belanda di Tanah Batak (Residentie Tapanoeli) dan tiba setelah setahun AP Godon menempati posisi Asisten Residen di Afdeeling Mandailing en Angkola yang berkedudukan di Panjaboengan. Seperti duet Eropa pertama (Jung Huhn dan TJ Willer), duet AP Godon dan van der Tuuk juga serasi (saling mengisi). Sukses dari Tapanoeli membuat Dr. Herman Neubronner van der Tuuk mendapat proyek bahasa dari pemerintah di Residentie Lampoeng yang kemudian membawanya secara alamiah ke Bali (Boeleleng). Untuk mengenal lebih jauh dan menambah pengetahuan siapa sejatinya Herman Neubronner van der Tuuk serta meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.