Minggu, 10 April 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (524): Pahlawan Indonesia – Ong Ka Lok, Pemimpin Cina di Ampenan 1901-17;Ong Kie Hong di Ambon

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pemerintah Hindia Belanda sejak awal sudah mengangkat pemimpin komunitas untuk memudahkan administrasi warga. Komunitas dalam hal ini satu populasi penduduk pendatang (Cina, Arab, pribumi dari etnik lain) di dalam suatu kota atau wilayah pribumi. Pada masa lampau di kota (pelabuhan) Ampenan, Lombok paling tidak ada tiga komunitas pendatang yakni Cina, Arab dan Bugis (berasal dari Sulawesi). Pemimpin Cina pertama yang diangkat di kota Ampenan adalah Ong Ka Lok.

Beberapa hari yang lalu, salah satu pembaca blog ini berkorespondensi untuk mendapatkan data lebih banyak tentang Ong Ka Lok. Kebetulan saya juga menyimpan sejumlah data lama tentang Ong Ka Lok, data yang saya kumpulkan pada saat menulis artikel Sejarah Lombok (10): Sejarah Ampenan dan Rezim Bali Selaparang di Lombok; Siapa Sesungguhnya GP King dan Hans Lange? Pembaca yang bertempat tinggal di Zhangzhou City, Fujian Province, Cina saya respon akan mengirimkan data yang diperlukan. Oleh karena pada bulan-bulan terakhir saya sedang menulis para tokoh masa lalu, dan sehubungan dengan kebutuhan data tersebut saya pikir saya harus menganalisis data tersebut dan membuat artikel sendiri. Dengan demikian, rekan pembaca yang berasal dari Fujian akan lebih mudah membaca data-data yang dikirimkan dalam konteks (narasi) sejarah.

Lantas bagaimana sejarah Ong Ka Lok? Seperti disebut di atas, Ong Ka Lok adalah pemimpin komunitas Cina pertama di kota Ampenan, Lombok. Lalu bagaimana sejarah Ong Ka Lok? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (523): Pahlawan Indonesia–JumlahOrangBelanda Meninggal; Cornelis de Houtman hingga Jenderal Spoor

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti telah disinggung pada artikel sebelum ini, sudah ribuan, mungkin jutaan, orang Belanda meninggal dunia di Indonesia (baca: Hindia) sejak kehadiran orang Belanda kali pertama (1595-1597). Tokoh terkenal Belanda yang meninggal di Hindia adalah Cornelis de Houtman (1599). Gubernur Jenderal Belanda kedua meninggal di Djajakarta (kemudian disebut Batavia, kini Jakarta) pada tahun 1615. Orang Belanda terkenal yang terakhir meninggal di Indonesia adalah Jenderal Simon Hendrik Spoor tahun 1949.

Cornelis de Houtman adalah pemimpin ekspedisi pertama Belanda ke Hindia Timur (1595-1597). Ada tiga kapal tetapi sudah banyak pelaut (maupun pedagang) yang meninggal selama di pelayaran sebelum tiba di Banten 17 Juni 1596. Salah satu kapal mengalami kerusakan di luat Madura yang akibatnya tujuan ke Amboina berbelok di pantai timur Lombok. Saat memasuki perairan antara Lombok dan Bali kapal yang rusak di bakar dan ditenggelamkan. Dengan dua kapal dan jumlah penumpang yang tersisa kembali ke Belanda via pantai selatan Jawa.  Cornelis de Houtman kembali memimpin ekspedisi. Saat berlabuh di Atjeh terjadi kerusuhan yang mengakibatkan Cornelis de Houtman terbunuh pada tanggal 11 September 1599. Sementara adiknya Frederik de Houtman yang menjadi juru bahasa (bisa berbahasa Melayu) ditangkap dan dipenjara selama dua tahun sebelum ditebus Kerajaan Belanda. Setelah beberapa kali ekspedisi dikirim ke Hindia, Kerajaan Belanda mengim satu ekspedisi yang pimpin oleh seorang marsekal van Hagen. Di dalam ekspedisi ini Frederik de Houtman yang telah berhasil menyusun kamus bahasa Melayu ikut serta. Armada van Hagen pada tahun 1605 berhasil menaklukkan benteng Portugis di Amboina. Lalu yang diangkat sebagai gubernur pertama di Hindia adalah Frederik de Houtman di Amboina. Sejak itu ekspedisi Belanda yang datang semakin intens Jumlah orang Belanda semakin banyak yang datang seiring dengan penemuan kapal uap (awal terbentuknya Pemerintah Hindia Belanda; 1800) dan semakin banyak lagi setelah pembukaan Terusan Suez (1869). Tapi jangan lupa, semakin banyak pula orang Belanda yang meninggal di Hindia.

Lantas bagaimana sejarah orang Belanda meninggal di Hindia? Seperti disebut di atas, orang Belanda semakin banyak yang meninggal dari waktu ke waktu sejak era VOC dan jumlahnya semakin banyak pada era Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah orang Belanda meninggal di Hindia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.