Kamis, 21 Desember 2023

Sejarah Bahasa (188): Bahasa Adang di Pulau Alor; Banyak Bahasa di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Terbanyak Kabupaten Alor


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Adang adalah sebuah bahasa Timor-Alor-Pantar yang dipertuturkan di wilayah pulau Alor bagian barat laut, provinsi Nusa Tenggara Timur. Bahasa Adang mempunyai dialek bernama "Aimoli". Atas dasar perbedaan linguistik dan identitas sosial, dialek itu dianggap sebagai bahasa terpisah dari bahasa Kabola. Kelompok populasi berbahasa Adang berada di kepala burung pulau Alor.


Kabupaten Alor sebagian besar tanah pegunungan terdiri tiga pulau besar dan pulau-pulau kecil. Disebutkan tempo dulu ada kerajaan Abui di pegunungan Alor dan kerajaan Munaseli di ujung timur pulau Pantar. Kerajaan berikutnya adalah Pandai dekat Munaseli dan kerajaan Bunga Bali di Alor Besar. Disebutkan tentara Majapahit tiba di Munaseli mereka temukan puing-puing kerajaan Munaseli penduduknya telah melarikan diri. Para tentara Majapahit banyak yang menetap di Munaseli. Galiau (Pantar) dalam Negarakartagama disebut terdiri 5 kerajaan: Kui dan Bunga Bali di Alor; Blagar, Pandai dan Baranua di Pantar. Aliansi 5 kerajaan raja-raja mereka memiliki leluhur yang sama. Mereka juga memiliki hubungan darah dengan aliansi serupa di Solor dan Lembata. Pigafetta, sempat berlabuh di pantai Pureman 8-25 Januari 1522. Pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda memindahkan pelabuhan dan pusat pemerintahan Alor dari Alor Kecil ke Kalabahi. Gereja pertama dibangun di Kalabahi (sekarang Gereja Pola) pada tahun 1912. (https://www.detik.com/))

Lantas bagaimana sejarah bahasa Adang di pulau Alor? Seperti disebut di atas bahasa Adang dituturkan di wilayah kepala burung pulau Alor. Banyak bahasa di provinsi Nusa Tenggara Timur, terbanyak di kabupaten Alor. Lalu bagaimana sejarah bahasa Adang di pulau Alor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Adang di Pulau Alor; Banyak Bahasa di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Terbanyak di Kabupaten Alor

Alor Kecil adalah nama tempat di wilayah kepala burung pulau Alor. Nama Alor Kecil mewakili Kawasan wilayah kepala burung untuk membedakan dengan wilayah utama pulau Alor. Ke kota inilah penduduk berbagai tempat di pulau Alor melakukan transaksi.


Kelompok populasi asli di pulau Alor terdapat di wilayah pedalaman di pegunungan. Di wilayah pantai banyak para pendatang yang berasal usul dari berbagai tempat. Yang memiliki otoritas tinggi di pulau ini adalah Raja, radja dari kerajaan Alor.

Berdasarkan Meulemans, yang sudah mengenal wilayah menyatakan penduduk pegunungan berada pada masa raja Alor terbagi menjadi 5 suku (stam) (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1914).


Kelima suku adalah 1. Owalawéni, 2. Adang, 3. Tulata 4. Kebola dan 5. Lawaking. Di (wilayah) Koei penduduknya terbagi menjadi 2 suku yaitu: 1. Barawahieng dan 2. Kelong. Penduduk pegunungan Mataroe dan Batoelolong kemungkinan juga termasuk suku Barawahieng, setidaknya mereka berbicara dalam bahasa yang sama. Sementara pembagian suku di sisa pulau belum selesai.

Sementara itu disbeutkan kelompok populasi di wilayah pantai, bukan asli, tapi dari masa ke masa terbentuk populasu campuran (melting pot) yang terdiri orang Saleiere, Solor, Jawa, penduduk eks Moena, dll. Populasi pantai Koei sebagian berasal dari Timor yang kemudian dari Koei lambat laun menyebar ke arah timur dan berturut-turut menetap di Pureman dan Kolana.


Kelompok populasi Adang kelompok populasi asli yang berada di sisi utara wilayah kepala burung pulau Alor. Oleh karena di pulau yang terbilang relative kecil, dengan jumlah kelompok populasi yang banyak, besar dugaan di masa lampau (kelompok populasi awal) mereka tersebut berasal dari berbagai tempat. Nama Adang ditemukan di Filipina dan nama pulau (dekat Langkawi). Lalu apakah kelompok populasi Adang di Alor dan kelompok populasi Adang di Filipina/Langkawi memiliki asal usul yang sama?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Banyak Bahasa di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Terbanyak di Kabupaten Alor: Bahasa Adang Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar