Jumat, 21 April 2023

Sejarah Banyumas (56): Berakhirnya Perang Kemerdekaan, Pengakuan Kedaulatan Cara Belanda; Situasi Kondisi Wilayah Banyumas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Indonesia memproklamasikan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Dalam hubungan ini tidak ada yang menginginkan perang diantara Indonesia dan Belanda. Namun masalahnya siapa yang memulai, dan bagaimana harus mengakhirinya. Perang kemerdekaan Indonesia harus diakhiri yang lalu kemudian dilanjutkan ke meja perundingan. Celakanya Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia sejak 17 Agustus 1945, hanya mengakui kedaulatan Indonesia yang diberlakukan tanggal 27 Desember 1949. Okelah. Itu artinya perang belum benar-benar berakhir di Indonesia termasuk di wilayah Banyumas.


Sejarawan Ingatkan Pentingnya Pengakuan Kedaulatan. Banjarnegara 18 Agustus 2022. Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Banjarnegara Heni Purwono mengingatkan pentingnya pengakuan kedaulatan atas kemerdekaan. Pengakuan kedaulatan penuh ini penting bagi Bangsa Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. “Dalam memperingati HUT RI, salah satu hal penting yang perlu diketahui masyarakat adalah tentang pengakuan kedaulatan RI, ternyata Belanda tidak mengakui 17 Agustus 1945,” kata Heni Selasa (16/8). Bangsa Indonesia kala itu menganut pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) harus membayar 4,3 milyar Gulden kepada Belanda agar mengakui kedaulatan Indonesia. “Dan itu pun tidak 17 Agustus 1945, melainkan 27 Desember 1949,” terang Heni. Heni menjelaskan Belanda tidak mau mengakui 17 Agustus karena mereka tidak mau menanggung biaya agresi militer 1 dan 2. Dalam konteks Banjarnegara, menurut dia aneh kalau masih ada yang masih mempermasalahkan perubahan Hari Jadi Banjarnegara dari 22 Agustus 1831 menjadi 26 Februari 1571. Sebab 22 Agustus 1831 menandai pemindahan ibu kota Banjarnegara oleh Belanda sekaligus mengganti bupatinya yang pro Diponegoro. Untuk itu menurutnya dibutuhkan pendekatan pemahaman (verstegen) dalam mengkaji sejarah. (https://www.banyumasekspres.id/)

Lantas bagaimana sejarah berakhirnya perang kemerdekaan, pengakuan Belanda terhadap kedaulatan Indonesia? Seperti disebut di atas, jika Belanda tidak mengakui kemerdekaaan Indonesia 17 Agustus dan hanya mengakui kedaulatan Indonesia sejak 27 Desember 1949, itu berarti perang kemerdekaan memang belum benar-benar berakhir. Bagaimana situasi di wilayah Banyumas pasca pengakuaan kedaulatan tersebut. Lalu bagaimana sejarah berakhirnya perang kemerdekaan, pengakuan Belanda terhadap kedaulatan Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (55): Perang Indonesia, Kemerdekaan di Wilayah Banyumas; Amir Sjarifoeddin, Soedirman dan Abdoel Haris


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Perang kemerdekaan Indonesia di wilayah Banyumas. Apakah keutamannya? Yang jelas sudah ada yang menulis tentang perang kemerdekaan Indonesia di wilayah Banyumas. Mengapa harus ditulis kembali? Nah, itu dia. Tentu saja menarik untuk mempelajari sejarah wilayah (residentie) Banyumas selama masa perang kemerdekaan Indonesia. Ada sejumlah tokoh sentral pada awal perang kemerdekaan Indonesia, diantaranya Mr Amir Sjarifoeddin Harahap, Soedirman dan Abdoel Haris Nasoetion.


Karesidenan Banyumas pada masa kemerdekaan 1945-1947. Diah Tjaturini. Skripsi. 1989. Abstrak. Penelitian mengenai situasi di Karesidenan Banyumas dilakukan di Jakarta, Purwokerto dan Banyumas sejak bulan April 1988 sampai November 1988. Tujuannya untuk mengetahui situasi di Karesidenan Banyumas sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai dilancarkannya Aksi militer I Belanda pada tanggal 21 Juli 1947. Pengumpulan data dilakukan melalui kepustakaan, berupa buku-buku, manuskrip, surat kabar dan surat pribadi. juga melalui wawancara serta peninjauan ke lokasi. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Karesidenan Banyumas merupakan daerah yang aman dan tenang, serta tidak pernah dilanda pertempuran namun merupakan pusat kekuatan untuk dikirim ke daerah pertempuran. Dengan situasi yang berbeda dengan daerah lain, maka Karesidenan Banyumas dapat memusatkan perhatian pada kehidupan dan kesejahteraan rakyatnya. Keadaan yang semula tenang dan aman berubah setelah dilancarkan Aksi Militer I Belanda, yang menyebabkan seluruh daerah di karesidenan ini jatuh dalam kekuasaan tentara NICA, sehingga kerap terjadi pertempuran antara pasukan Republik Indonesia dengan tentara NICA. (https://lontar.ui.ac.id/)

Lantas bagaimana sejarah perang kemerdekaan Indonesia di wilayah Banyumas? Seperti disebut di atas, sejarah perang kemerdekaan Indonesia di wilayah Banyumas, meski sudah ada yang menulisnya, tetapi masih perlu ditulis lagi. Tiga diantar sejumlah tokoh pada masa perang kemerdekaan Indonesia adalah Mr Amir Sjarifoeddin, Soedirman dan Abdoel Haris Nasoetion. Lalu bagaimana sejarah perang kemerdekaan Indonesia di wilayah Banyumas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.